Jalan Yang Lurus #1a: Eksistensi Tuhan (bagian 1)


Seri JALAN YANG LURUS adalah seri video terbaru dari channel Crusader Network. Tujuan dari seri ini adalah membantu siapapun yang merindukan kebenaran dan hidup kekal untuk menemukan satu-satunya jalan lurus yang membawa manusia pada keselamatan kekal. Kehadiran seri ini menjadi sangat penting karena di tengah semakin mudahnya manusia mengakses informasi, ada banyak tawaran jalan yang katanya membawa pada kebenaran namun ternyata jalan tersebut berliku dan menyesatkan.

Setiap orang ingin hidup dalam kebenaran. Oleh karenanya orang belajar dari tradisi, dari sejarah, dari lingkungan, dari berbagai guru, dari kitab-ktab suci, atau dari berbagai literatur lain untuk mengetahui kebenaran agar mereka bisa hidup dalam kebenaran.

Lalu apakah kebenaran itu?

Benar artinya sesuai dengan kenyataan, 1+1=2 adalah benar karena sesuai dengan kenyataan. Maka kebenaran adalah konsep atau gagasan yang sesuai dengan realitas atau kenyataan. Dalam hal realitas empiris kebenaran itu bersifat obyektif karena manusia bisa mengacu pada bukti empiris. 1+1=2 berlaku sama dan obyektif bagi setiap orang karena ada bukti empiris yang mengkonfirmasi kebenaran itu.

Dalam realitas non-empiris persoalannya menjadi berbeda. Misalnya saja tentang  tujuan hidup manusia, tentang bagaimana manusia harus menjalani kehidupan di dunia, tentang moralitas, tentang kehidupan setelah kematian, dan sebagainya. Itu semua abstrak dan tidak memiliki bukti empiris yang dapat dijadikan acuan, maka kebenaran tentang itu dapat berbeda-beda bagi setiap orang atau bersifat subyektif, yaitu setiap orang mendefinisikan sendiri kebenaran tersebut sesuai persepsi dan pikirannya. Karena kebenaran non-empiris ini subyektif dan berbeda-beda, maka sesungguhnya manusia tidak mungkin mampu mengetahui realitas non-empiris yang sesungguhnya.

Celakanya, justru kebenaran non-empiris seperti tujuan hidup, bagaimana manusia menjalani hidup, tentang moralitas, dan bagaimana kehidupan setelah kematian itu adalah kebenaran esensial. Yang saya maksud dengan kebenaran esensial adalah kebenaran yang perlu diketahui manusia untuk menjalani kehidupan.

Agar jelas saya ambil contoh...

Mengetahui dengan tepat berapa diameter bulan itu juga sebuah kebenaran, tapi bukan kebenaran esensial karena informasi itu tidak perlu diketahui untuk menjalani kehidupan. Sebaliknya mengetahui bagaimana dosa kita dapat diampuni adalah kebenaran esensial, karena informasi itu perlu diketahui untuk menjalani kehidupan.

Hanya ada satu kemungkinan agar kebenaran esensial yang non-empiris itu dapat diketahui secara obyektif. Yaitu jika ada suatu PRIBADI MAHA TAHU yang memberitahukannya kepada manusia. Pribadi ini maha tahu karena Dialah yang menciptakan dan merancang seluruh kehidupan dan segala sesuatu yang ada. Pribadi Maha Tahu dan Pencipta inilah yang kita sebut sebagai TUHAN.

Karena TUHAN adalah pencipta dari segala sesuatu dan Dia maha tahu, maka apapun yang dinyatakan TUHAN sang pencipta sebagai kebenaran kepada manusia adalah kebenaran yang sesungguhnya, yaitu kebenaran yang obyektif dan mutlak. Hanya dengan menerima kebenaran yang dinyatakan TUHAN kepada kita saja manusia dapat mengetahui kebenaran esensial yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan, tidak ada alternatif lain....

Oleh karena itu syarat pertama bagi manusia agar dapat mengenal dan mengetahui kebenaran esensial adalah percaya adanya TUHAN Sang Pencipta. Tanpa percaya pada TUHAN tidak ada gunanya kita berbicara panjang lebar soal kebenaran esensial, karena kita tidak mungkin mengetahuinya secara obyektif.

Lalu apa pentingnya kita memahami kebenaran esensial?

Bagi orang beriman, dengan memahami kebenaran esensial kita dapat menjalani hidup sesuai dengan apa yang dikehendaki TUHAN. Karena TUHAN sang pencipta adalah pemilik seluruh kebenaran yang tahu dengan tepat bagaimana manusia harus menjalani kehidupan, maka hidup menurut kehendak TUHAN adalah bentuk kehidupan terbaik yang dapat dijalani manusia.

Seperti apakah bentuk kehidupan terbaik yang mungkin ada bagi manusia?

Tak ada bentuk kehidupan yang lebih baik daripada kehidupan TUHAN sendiri, maka kehidupan terbaik yang mungkin bagi manusia adalah ikut ambil bagian dalam kehidupan TUHAN. Atau dengan kata lain, hidup bersama TUHAN. Itu berlaku baik saat kita hidup di dunia sekarang ini, maupun nanti dalam kehidupan setelah kematian. Itulah bentuk kehidupan terbaik yang mungkin ada bagi manusia. Hidup bersama TUHAN hanya dapat dicapai dengan cara menjalani kehidupan ini sesuai dengan hukum-hukum dan perintah TUHAN. Tidak ada alternatif lain....

Tapi ada masalah...

TUHAN itu tidak kelihatan dan tidak dapat dibuktikan keberadaan-Nya secara empiris, sehingga bagi sebagian orang TUHAN itu tidak ada.

Sebenarnya itu bukan alasan untuk menolak keberadaan TUHAN!

Kita dapat mengetahui keberadaan udara yang tak dapat dilihat dari fenomena yang disebabkannya, seperti daun yang bergerak atau nafas yang kita hirup. Demikian juga kita dapat sampai pada kesimpulan adanya TUHAN dengan mengamati alam ciptaan dengan segala fenomena dan hukum-hukum alam yang ada di dalamnya..

Beberapa abad yang lalu St. Thomas Aquinas telah merumuskan 5 cara kita dapat mengetahui keberadaan TUHAN:

1. Melalui argumen berdasarkan gerakan
2. Melalui argumen berdasarkan sebab akibat
3. Melalui argumen berdasarkan keberadaan yang mungkin dan perlu
4. Melalui argumen berdasarkan derajat kualitas
5. Melalui argumen berdasarkan rancangan cerdas di alam

Argumen yang pertama dapat dijelaskan sebagai berikut. Setiap yang bergerak disebabkan oleh suatu penggerak. Jika ini dirunut terus ke belakang, kita akan sampai pada suatu titik dimana ada suatu penggerak pertama yang tidak digerakkan oleh apapun juga. Penggerak pertama yang tidak digerakkan oleh apapun itulah yang disebut sebagai TUHAN.

Argumen yang kedua hampir mirip. Segala sesuatu dapat ada atau terjadi karena suatu sebab. Jika ini dirunut terus ke belakang, kita akan sampai pada suatu titik dimana ada penyebab pertama yang keberadaannya tidak disebabkan oleh apapun juga. Suatu penyebab pertama yang keberadaannya tidak disebabkan oleh apapun adalah TUHAN.

Argumen yang ketiga juga hampir mirip dua argumen yang pertama, tapi dengan pendekatan yang sedikit berbeda. Argumen ini berdasarkan pada dua jenis keberadaan, yaitu keberadaan yang perlu dan keberadaan yang mungkin. Sebagai contoh, bagi orangtua saya keberadaan saya bisa ada atau tidak ada, maka keberadaan saya dalam konteks ini hanyalah keberadaan yang mungkin. Tapi agar saya ada maka kedua orang tua saya harus ada terebih dahulu, tidak mungkin tidak. Dalam hal ini keberadaan kedua orang tua saya adalah keberadaan yang perlu.

Jika ini dirunut terus ke belakang kita akan sampai pada suatu titik dimana keberadaan seluruh ciptaan bisa ada atau tidak ada. Tapi ada sesuatu yang perlu ada agar segala ciptaan atau seluruh alam semesta ini dapat ada. Tanpa sesuatu yang perlu ada itu maka tidak mungkin ada apapun. Nah, satu-satunya hal yang keberadaannya mutlak perlu ada itu adalah TUHAN.

Ketiga argumen ini memiliki sebuah kesamaan, yaitu pada dasarnya berargumen bahwa alam semesata berawal pada satu titik permulaan. Sekarang kebenaran arguman ini sudah dikonfirmasi oleh sains yang mengatakan bahwa alam semesta memang memiliki awal.

Argumen yang keempat, yaitu argumen berdasarkan derajat kualitas dapat dijelaskan sebagai berikut. Suatu sifat memiliki derajat kualitas yang berbeda beda. Misalnya baik, punya derajat kebaikan, ada sesuatu yang lebih baik dari yang lain. Demikian juga indah, ada derajat keindahan, ada sesuatu yang lebih indah dari yang lain. Adanya derajat kualitas yang berbeda-beda dari sifat-sifat tersebut dimungkinkan karena ada satu ukuran kesempurnaan yang menjadi tolok ukur dari semua sifat-sifat tersebut. Kesempurnaan yang menjadi tolok ukur dari segala sifat itu adalah TUHAN. Itu sebabnya kita memberi atribut TUHAN sebagai Maha Besar, Maha Baik, Maha Bijaksana, Maha Adil, dan sebagainya.

Argumen kelima mengatakan bahwa sesuatu yang kompleks dapat ada di alam karena ada kecerdasan yang merancangnya. Ini dapat dianalogikan dengan anak panah yang ditembakkan tepat pada sasaran karena ada pemanah yang mengarahkannya. Dengan mengambil analogi itu kita akan sampai pada kesimpulan bahwa seluruh alam semesta yang begitu kompleks namun berjalan dengan hukum alam yang teratur seperti sekarang dapat ada karena adanya suatu kecerdasan super yang telah merancang semuanya, yaitu TUHAN.

Ini adalah argumen yang paling populer. Beberapa abad setelah Thomas Aquinas, argumen ini dikembangkan lebih lanjut oleh filsuf Inggris, William Paley dengan analogi pembuat jam. Kurang lebih seperti ini, jika kita berjalan-jalan dan menemukan sebuah jam, adalah tidak mungkin jam itu muncul begitu saja di alam. Mengingat kompleksnya fungsi yang ada di dalamnya, jam itu pasti memiliki pembuat. Dengan demikian keberadaan jam tersebut sudah cukup untuk membuktikan adanya si pembuat jam.

Dengan menggunakan analogi yang sama kita akan sampai pada kesimpulan bahwa seluruh alam semesta yang begitu kompleks dan berjalan dengan hukum yang teratur ini membuktikan adanya pribadi maha cerdas yang telah merancangnya, yaitu TUHAN.

Perkembangan sains juga kembali memperkuat argumen berdasarkan desain. Dari pengamatan sains, sejauh ini keberadaan bumi sebagai planet yang memungkinkan adanya kehidupan begitu unik dan tidak terdapat di bagian lain dari alam semesta. Besar bumi, adanya bulan yang mengitari bumi, jarak antara bumi dengan matahari, dan lain sebagainya telah dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan bumi menjadi tempat adanya mahluk hidup termasuk manusia.

Jika saja besar bumi berbeda, atau jaraknya dengan matahari berbeda dengan yang sekarang, entah lebih panjang atau lebih pendek, atau besar matahari berbeda dari yang ada sekarang, maka keadaan planet bumi akan sama dengan planet-plenet lain yang tidak memiliki kehidupan.

Berdasarkan fakta ini kita dapat mengambil kesimpulan adanya Pencipta maha cerdas yang telah merancang alam semesta. Adanya pengaturan (fine-tuning) sedemikian rupa dalam proses terbentuknya alam semesta sehingga memungkinkan adanya bumi sebagai tempat bagi kehidupan manusia dikenal dengan istilah prinsip kosmologi antropik.

Dari apa yang telah dijelaskan tadi, sesungguhnya keberadaan TUHAN yang tak terlihat itu dapat diketahui manusia berdasarkan penalaran akal sehat. Dan  sekarang banyak bukti sains juga sudah mendukung berbagai argumen tentang keberadaan TUHAN. Bukti empiris keberadaan TUHAN sampai saat ini memang tidak ada, tapi alasan untuk mempercayai keberadaan TUHAN sudah cukup tersedia bagi manusia!

Maka dari itu ketika kita berhadapan pada penolakan gigih kaum atheist yang terus menyangkal keberadaan TUHAN, masalah sesungguhnya bukan terletak pada tidak adanya alasan yang cukup untuk mempercayai eksistensi TUHAN, tapi pada keengganan mereka untuk mengakui keberadaan TUHAN.

Mengapa?

Karena keberadaan TUHAN memiliki konsekuensi bahwa manusia harus hidup menurut hukum-hukum dan tujuan yang telah ditetapkan oleh TUHAN. Inilah yang tidak dikehendaki oleh kaum atheist. Mereka ingin hidup menurut aturan yang bisa mereka tentukan sendiri dan menurut tujuan-tujuan yang bisa mereka tetapkan sendiri.

Tapi apakah sikap ini dapat dipertanggungjawabkan?

Blaise Pascal memberikan sebuah argumen pragmatis yang menunjukkan bahwa pilihan atheist bukanlah pilihan yang cerdas.

Bagi seorang atheist, jika ternyata TUHAN memang tidak ada maka keuntungannya kecil: dia bisa hidup sesuka hatinya. Itu saja. Tetapi jika ternyata TUHAN ada, maka kerugiannya akan sangat besar karena dia akan mengalami sengsara kekal di neraka.

Sebaliknya bagi seorang beriman, jika TUHAN ternyata tidak ada maka kerugian yang dialaminya kecil saja: yaitu dia harus hidup menurut ajaran TUHAN fiktif selama hidupnya di dunia. Tetapi apabila TUHAN sungguh ada, maka ia mendapat keuntungan yang besar karena mendapatkan bagian dalam kehidupan kekal.

Jadi dengan memperhitungkan resiko dan keuntungannya, memilih percaya pada TUHAN (atau theist) memberikan keuntungan sangat besar dengan resiko yang kecil sementara memilih tidak percaya TUHAN (atau atheist) memberikan keuntungan kecil dengan resiko yang sangat besar. Argumen ini dikenal dengan istilah: Pascal's wager atau pertaruhan Pascal.

Jika kita ringkaskan semuanya, berdasarkan berbagai argumen tentang eksistensi TUHAN maka percaya pada TUHAN adalah pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan oleh akal sehat sementara berdasarkan Pascal's wager percaya pada TUHAN juga memberikan keuntungan yang besar dengan resiko kecil.

Tapi ada satu masalah besar, pada kenyataannya ada banyak agama yang mengajarkan TUHAN yang berbeda satu sama lain. Tidak mungkin TUHAN yang diajarkan semua agama itu sama benarnya. Jika TUHAN itu benar ada maka pasti hanya ada satu TUHAN yang benar, sedangkan tuhan-tuhan yang lainnya salah.

Sementara itu hanya percaya pada TUHAN yang benar saja yang dapat memberikan keuntungan hidup kekal. Sebaliknya, percaya pada TUHAN yang salah akan memiliki konsekuansi yang sama dengan atheist, manusia akan menerima hukuman kekal di neraka.

Argumen eksistensi TUHAN yang telah dijelaskan tadi hanya menjawab adanya TUHAN tapi tidak menjawab manakah TUHAN yang benar dari sekian banyak klaim tentang TUHAN. Demikian juga Pascal's wager tidak menjelaskan percaya kepada TUHAN yang mana dari sekian banyak konsep tentang TUHAN yang dapat memberikan keuntungan hidup yang kekal. Jika kita percaya pada TUHAN menurut ajaran yang salah, kita akan tetap menerima resiko hukuman kekal di neraka.

Satu-satunya hal pasti dalam Pascal's wager hanyalah ini: menjadi atheist adalah pilihan yang sangat buruk, keuntungannya kecil tapi resikonya besar! Oleh karena itu mulai dari titik ini, pilihan untuk menjadi atheist dapat kita coret untuk seterusnya....

Selanjutnya inilah pertanyaan yang perlu dijawab: bagaimanakah manusia dapat menemukan dan percaya pada TUHAN yang benar, yaitu TUHAN sang pencipta yang meletakkan dasar seluruh kebenaran?

Pertanyaan ini akan kita bahas pada video bagian kedua....