Semua muslim penggemar video-video Dr.Zakir Naik pasti sangat ingat dengan pertanyaan yang dilontarkan pendakwah tersebut dengan lantang, "Dimanakah dalam Kitab Suci Yesus mengatakan 'Aku adalah TUHAN, sembahlah Aku'..."
Gaya propaganda ala tukang obat Dr. Zakir Naik begitu meyakinkan banyak muslim sehingga mereka yakin pertanyaan tersebut tidak mungkin dijawab orang Kristen. Tentu saja mereka salah....
Akar masalah dari pertanyaan klasik tadi adalah muslim tidak percaya bahwa Yesus adalah TUHAN dan menganggap bahwa ketuhanan Yesus bukan dari pernyataan atau ajaran Yesus sendiri melainkan hasil rekayasa murid-murid-Nya. Biasanya mereka menyalahkan Rasul Paulus sebagai orang yang mengajarkan konsep ketuhanan Yesus.
Pada video kali ini saya akan menunjukkan bahwa Yesus memang sudah menyatakan Diri-Nya Tuhan. Saya tidak akan mengutip surat-surat Rasul Paulus sedikitpun supaya muslim yang berakal sehat sadar bahwa klaim ketuhanan Yesus tidak berasal dari ajaran Rasul Paulus, melainkan berasal dari Yesus sendiri.
---------
Saya akan mulai dengan menunjukkan sifat-sifat ketuhanan yang ada pada Yesus dimana sifat-sifat tersebut juga diakui oleh Alquran sebagai sifat yang hanya dimiliki oleh TUHAN saja.
TUHAN itu kekal, yang awal dan yang akhir, ini adalah salah satu sifat TUHAN sebagaimana yang diakui dalam Alquran,
Dialah yang awal dan yang akhir... (Al Hadiid 57:3)
Yesus juga menyatakan Diri-Nya kekal, sebagai yang awal dan yang akhir:
"Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa." (Why.1:8)
Ini juga konsisten dengan pernyataan-Nya di Injil, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." (Yoh.8:58) Dengan demikian amat jelas Yesus telah menyatakan Diri-Nya kekal.
Berikutnya, hanya TUHAN yang dapat mengampuni dosa, nabi atau malaikat tidak punya kuasa untuk mengampuni dosa. Itu seperti diakui juga oleh Alquran:
...dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? (Ali Imran 3:135)
Dalam Injil sangat jelas Yesus menyatakan Dia punya kuasa untuk mengampuni dosa:
"...Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa"
(Mat.9:6, Mrk.2:10, Luk.5:24).
Juga hanya TUHAN saja yang menjadi hakim di pengadilan terakhir sebagaimana tertulis di ayat alquran ini:
Kekuasaan di hari itu ada pada Allah, Dia memberi keputusan di antara mereka... (Al Hajj 22:56)
Dalam Injil Yesus menyatakan bahwa Bapa menyerahkan kuasa penghakiman dunia kepada Yesus Putra-Nya:
"Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak..." (Yoh.5:22)
"Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia..." (Yoh.5:26-27)
Berikutnya Alquran menyatakan bahwa salah satu sifat TUHAN adalah kebenaran mutlak,
...karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq. (Al Hajj 22:6)
Dan di Injil Yesus juga berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku..." (Yoh.14:6)
Berdasarkan ayat-ayat Injil tadi dapat kita simpulkan bahwa Yesus memiliki sifat-sifat ketuhanan yang juga diakui oleh Alquran! Yesus itu kekal, berkuasa mengampuni dosa, berkuasa menghakimi seluruh manusia, dan Yesus adalah kebenaran mutlak! Dengan demikian Yesus adalah TUHAN yang patut disembah!
Bahkan Injil mencatat bahwa Yesus sendiri pernah mengatakan, "Aku dan Bapa adalah satu" (Yoh.10:30). Pernyataan ini membuat banyak orang Yahudi marah dan berniat melempari Yesus dengan batu.
Kata orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." (Yoh.10:33)
Pernyataan Yesus bahwa Ia dan Bapa adalah satu dipahami oleh orang Yahudi bahwa Yesus telah menyamakan Diri-Nya dengan Allah. Yesus sama sekali tidak menyangkal tuduhan tersebut dan malah menegaskannya,
"...masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?" (Yoh.10:36)
Ayat-ayat Injil tadi menunjukkan bahwa Yesus memang pernah mengatakan Diri-Nya adalah Anak Allah dan sekaligus juga menyamakan Diri-Nya dengan Allah!
Ini juga konsisten dengan pengakuan Yesus sendiri di hadapan Imam Besar yang bertanya, "Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?" Atas pertanyaan ini Yesus tidak menyangkal dan Ia menjawab, "Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit." (Mrk.14:61-62)
Jawaban ini sangat mengejutkan Imam Besar dan para imam lain karena Yesus menyamakan Diri-Nya dengan Anak Manusia yang disebutkan oleh Nabi Daniel dalam penampakan yang dilihatnya (Dan.7:13-14). Mereka sangat paham bahwa dengan jawaban itu berarti Yesus telah menyatakan Diri-Nya adalah Mesias dan Anak Yang Maha Tinggi.
Mereka sepakat Yesus harus dihukum mati karena telah menghujat TUHAN dengan pengakuan tersebut. Tuduhan yang tidak dibantah Yesus itu kemudian menjadi satu-satunya alasan orang-orang Yahudi menuntut kepada Pilatus agar Yesus disalibkan, "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah." (Yoh.19:7).
Jadi sudah cukup jelas bahwa melalui Injil Yesus memang menyatakan Diri-Nya adalah Tuhan.
Selanjutnya, dimanakah Yesus minta disembah?
Dalam Injil memang Yesus tidak pernah meminta orang menyembah-Nya, malahan yang meminta disembah itu iblis ketika ia mencobai Yesus di padang gurun.
Tapi di keempat Injil bertebaran banyak ayat-ayat yang menunjukkan Yesus membiarkan Diri-Nya disembah. Mulai dari saat kelahirannya hingga setelah kebangkitan-Nya. Jadi tidak perlu diragukan bahwa Kitab Suci memang menyatakan Yesus adalah TUHAN dan layak disembah. Ini sekaligus juga menghapus anggapan bahwa ketuhanan Yesus adalah hasil rekayasa para murid atau siapapun. Itu adalah fakta yang dinyatakan oleh TUHAN sendiri!
Sayang sekali, dengan segala bukti dan argumen yang kuat sekalipun, muslim tetap sulit menerima Yesus sebagai TUHAN. Penyebab utamanya adalah karena mereka sudah disesatkan dengan propaganda konsep keesaan TUHAN yang keliru. Keesaan TUHAN menurut islam bersifat unitarian, mutlak hanya ada satu pribadi saja. Maka mengakui Yesus sebagai TUHAN dianggap bertentangan dengan sifat keesaan TUHAN.
Padahal tuhan dalam konsep unitarian adalah tuhan yang sendirian dan kesepian saat belum ada ciptaan. Tuhan unitarian juga tidak memiliki kasih karena kasih mensyaratkan adanya relasi. Karena sebelum ada ciptaan tuhan unitarian kesepian dan tidak memiliki kasih maka dia bukanlah tuhan yang sempurna dalam dirinya sendiri. Konsekuensinya, tuhan unitarian bukan TUHAN yang benar.
Sebaliknya, TUHAN dalam konsep trinitarian sebagaimana yang dipahami Kristen adalah TUHAN yang sempurna dalam Diri-Nya sendiri. Dalam konsep ini, sejak sebelum ada ciptaan TUHAN sudah ada dalam tiga pribadi secara bersamaan: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Ketiga Pribadi Ilahi ini hidup dalam kasih yang sempurna: Bapa mengasihi Putra dan Roh Kudus, Putra mengasihi Bapa dan Roh Kudus, Roh Kudus mengasih Bapa dan Putra.
Maka sejak sebelum ada ciptaan TUHAN Trinitas dalam ketiga Pribadi-Nya sudah memiliki kehidupan dengan kasih yang sempurna. Inilah TUHAN yang sempurna dalam Diri-Nya sendiri dan sekaligus TUHAN yang benar. Penjelasan lebih lengkap tentang konsep trinitas ini bisa anda lihat dalam video seri ini yang berjudul "Tauhid VS Trinitas".
Tapi apakah TUHAN dalam konsep trinitas ini berarti ada banyak tuhan yang disembah orang Kristen? Sama sekali tidak karena Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah satu substansi ilahi yang sama, kekal, dan tidak tercipta. Ketiga Pribadi ilahi ini tidak disembah secara terpisah, melainkan sebagai satu TUHAN saja karena orang Kristen memang hanya menyembah satu TUHAN sesuai dengan yang diajarkan dalam Kitab Suci. Orang Kristen itu monoteis, bukan triteis!
Sebenarnya penolakan atas ketuhanan Yesus kaena melanggar prinsip keesaan TUHAN hanyalah alasan formal saja. Ada tujuan yang lebih mendasar dari penolakan tersebut. Dengan mengetahui apa yang dikehendaki TUHAN melalui inkarnasi, kita akan mengetahui apa yang sesungguhnya ingin disangkal oleh ajaran islam!
Inkarnasi TUHAN sesungguhnya sudah dinubuatkan melalui banyak nabi. Artinya, inkarnasi TUHAN sudah menjadi bagian dari rencana TUHAN bagi keselamatan manusia.
Misalnya melalui Musa ketika TUHAN bersabda, "..seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban." (Ul.18:18).
Saya sengaja mengutip ayat ini karena sering diklaim oleh banyak ulama muslim sebagai nubuat bagi muhamad. Tentu saja klaim tersebut tidak benar karena nubuat lain yang diberikan TUHAN kepada Nabi Mikha memastikan bahwa yang dimaksud pada ayat tersebut adalah Yesus:
Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. (Mik.5:2)
Ayat ini menubuatkan inkarnasi TUHAN karena tidak mungkin manusia biasa sudah ada sejak lama sebelum dia dilahirkan! Dan dengan tepat dinubuatkan pula bahwa TUHAN yang akan berinkarnasi itu akan dilahirkan di Betlehem, tempat kelahiran Yesus Kristus.
Nubuat kepada Nabi Yesaya juga makin menguatkan:
Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perawan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel. (Yes.7:14).
Ayat ini menubuatkan Mesias akan lahir dari seorang perawan! Imanuel arinya 'Tuhan beserta kita', dan Yesus yang lahir dari Perawan Maria memenuhi nubuat tersebut saat Ia berkata, "... ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat.28:20). Yesus Kristuslah Sang Imanuel yang dinubuatkan melalui Nabi Yesaya!
Di sepanjang sejarah hanya ada satu manusia yang lahir di Betlehem dari seorang Perawan, yaitu Yesus Kristus. Dia adalah TUHAN sendiri karena keberadaan-Nya sudah sejak sebelum manusia dijadikan seperti yang dikatakan-Nya sendiri, "...sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." (Yoh.8:58).
Tapi untuk apa TUHAN berinkarnasi menjadi manusia?
Menurut nubuat yang dinyatakn kepada Nabi Musa, Yesus Kristus datang untuk menyatakan kebenaran Firman TUHAN. Sedangkan menurut nubuat kepada Nabi Yesaya, Yesus Kristus datang untuk menjadi korban penebus dosa dan mendatangkan keselamatan. Jadi kita akan fokus pada ketiga hal ini: menyatakan kebenaran, menebus dosa, dan membawa keselamatan.
Kita akan mulai dari yang pertama: menyatakan kebenaran.
Sepanjang sejarah TUHAN sudah mengutus banyak nabi, mereka semua mengajarkan kebenaran Firman TUHAN. Tapi itu semua tidak cukup sehingga TUHAN harus berinkarnasi menjadi manusia untuk menggenapi semua ajaran para nabi. Artinya, ada kebenaran penting yang tidak mampu diajarkan oleh para nabi.
Ini bisa kita simpulkan dari Sabda Yesus:
"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yoh.13:34)
Karena dikatakan sebagai perintah baru maka pasti perintah itu belum diberikan oleh nabi-nabi sebelumnya. Sekilas perintah ini sama saja dengan perintah yang lama dan sudah diajarkan para nabi, "..kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.." Tapi sesungguhnya perbedaannya amat besar!
Melalui para nabi, kita diperintahkan untuk mengasihi sesama manusia seperti kita mengasihi diri sendiri. Disini ukurannya adalah kasih kita pada diri sendiri. Tapi pada perintah baru yang diajarkan Yesus ukurannya sangat berbeda, kita harus mengasihi sesama seperti Yesus telah mengasihi kita. Karena Yesus adalah TUHAN yang berinkarnasi maka ukuran perintah yang baru adalah kasih TUHAN kepada manusia! Tentu kita sepakat bahwa kasih TUHAN kepada kita jauh lebih besar dari kasih kita pada diri sendiri!
Sudah pasti tak ada satu nabipun yang sanggup mengajarkan bagaimana kasih TUHAN kepada manusia, hanya TUHAN sendiri yang sanggup mengajarkannya. Dan Yesus tidak mengajarkannya melalui konsep atau rumusan kata-kata, melainkan melalui perbuatan nyata di sepanjang hidup-Nya yang dipuncaki dengan pengorbanan Diri-Nya di kayu salib,
"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (Yoh.15:13) Di atas kayu salib itulah TUHAN menyatakan kasih-Nya yang terbesar kepada manusia!
Tapi mengapa kita harus mengasihi sesama seperti TUHAN telah mengasihi? Mengapa mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri sendiri tidak cukup? Itu karena TUHAN menghendaki kita menjadi sempurna seperti Dia,
"Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Mat.5:48)
TUHAN menghendaki kita menjadi sempurna karena pada mulanya manusia memang diciptakan serupa dengan citra TUHAN. Jadi dengan mengasihi sesama seperti TUHAN telah mengasihi sesungguhnya kita mengembalikan kodrat manusiawi kita sebagai citra TUHAN.
Mengajarkan kasih TUHAN agar manusia dapat kembali pada kodratnya semula sebagai citra TUHAN inilah yang tidak mungkin diajarkan oleh para nabi manapun. Kebenaran penting ini hanya mungkin diajarkan oleh TUHAN sendiri dengan datang berinkarnasi sebagai manusia! Tidak ada jalan lain!
Sekarang yang kedua: menebus dosa manusia...
Menjadi pertanyaan besar, mengapa TUHAN sendiri harus mengorbankan Diri-Nya di kayu salib untuk menebus dosa manusia? Bukankah TUHAN yang maha pengampun dapat menghapuskan dosa sebesar apapun jika Dia menghendakinya?
Bukankah dengan memberikan korban binatang setelah banjir reda, Nuh telah meredakan murka TUHAN? Bukankah para nabi mengajarkan bahwa orang jahat yang bertobat dan berbalik dari kejahatannya tidak akan kena hukuman? Bukankah dengan bertobat dan berpuasa orang-orang Niniwe tidak jadi terkena hukuman yang telah dirancang TUHAN bagi mereka?
Itu semua benar dan tertulis dalam Kitab Suci!
Jadi untuk apa lagi TUHAN harus mengorbankan Diri-Nya di kayu salib?
Memang benar persembahan korban binatang, pertobatan dan puasa dapat menghapuskan dosa dan membatalkan hukuman TUHAN. Tapi itu semua tidak cukup sehingga TUHAN tetap menubuatkan inkarnasi dan pengorbanan-Nya di atas kayu salib untuk menebus dosa manusia!
Banjir yang memusnahkan banyak manusia dan binatang di jaman Nuh, dan juga penghancuran terhadap kota Sodom dan Gomorah di jaman Abraham mengajarkan manusia pada satu hal: dosa manusia yang besar dapat mendatangkan murka TUHAN. Maka ketika Yunus datang ke kota Niniwe untuk memberi peringatan dengan berseru, "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan." (Yun.3:4), orang-orang Niniwe mulai dari Raja hingga rakyat bertobat dari dosa mereka dan merendahkan diri di hadapan Tuhan dengan berpuasa.
Dengan demikian ketakutan pada hukuman TUHAN menjadi motivasi utama manusia untuk berbalik dari dosa, merendahkan diri di hadapan TUHAN, maupun memberikan korban persembahan. Ini memang tidak salah, tapi karena motivasinya adalah takut pada hukuman TUHAN maka bentuk-bentuk pertobatan semacam itu tidak menyentuh akar masalah dan tidak cukup bagi TUHAN.
Dengan mengorbankan Diri-Nya di kayu salib TUHAN ingin mengubah pandangan manusia atas dosa secara radikal agar pertobatan manusiapun dapat membawa pengampunan dosa yang tuntas sampai ke akarnya.
Melalui salib TUHAN membuka kesadaran baru bagi manusia, bahwa dosa-dosa manusia ternyata telah menimbulkan penderitaan bagi TUHAN. Dosa bukan hanya sebatas pelanggaran atas hukum-hukum TUHAN, tapi lebih dari itu dosa adaah penolakan manusia atas kasih TUHAN. Karena kasih TUHAN begitu besar dan tulus maka setiap penolakan terhadap kasih TUHAN menjadi begitu menyakitkan dan menyiksa Dia!
Kesadaran baru inlah yang ingin diajarkan kepada manusia!
Adakah nabi yang sanggup mengajarkan kesadaran semacam itu? Adakah agama lain yang mampu mengajarkannya? Tidak ada. Hanya penderitaan Yesus Kristus di kayu salib sebagai TUHAN yang harus menanggung dosa manusia saja yang sanggup membawa manusia pada kesadaran tersebut.
Maka dengan percaya dan menerima pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib kita menyadari bahwa dosa-dosa kita telah melukai dan menyakiti TUHAN begitu dalam. Dengan demikian kita tidak lagi bertobat karena takut akan hukuman-Nya tapi karena kita menyesal telah menyakiti TUHAN begitu dalam dengan dosa-dosa kita. Kita bukan lagi bertobat karena takut pada hukuman-Nya melainkan karena TUHAN telah mengasihi kita dan kita bertekad tidak ingin lagi menolak kasih-Nya dengan dosa-dosa kita! Itulah pertobatan yang menyentuh akar permasalahan dan sekaligus menjadi pertobatan yang sempurna!
Maka dari itu hanya melalui penyaliban Yesus Kristus saja seluruh dosa manusia dapat ditebus dengan sempurna dan hubungan manusia dengan TUHAN kembali dipulihkan secara utuh! Melalui penebusan dosa di atas kayu salib TUHAN memberikan awal yang baru bagi setiap manusia yang percaya kepada-Nya. Yaitu untuk kembali hidup dalam kasih-Nya dan menjadi kudus sebagai citra TUHAN!
Dengan demikian tidak benarlah anggapan bahwa orang Kristen bebas berbuat apa saja karena dosanya sudah ditebus. Dosa yang dibuat setelah seorang Kristen percaya tetaplah merupakan penolakan akan kasih TUHAN, dan itu kembali menyakiti-Nya. Orang itu harus bertobat lagi agar hubungan dengan TUHAN kembali dipulihkan! Hanya orang Krsten tak berakal sehat saja yang berani berkata, "Mari kita berbuat semau kita karena dosa kita sudah ditebus seluruhnya!"
Berikutnya, membawa keselamatan....
Sama dengan logika yang kita gunakan sebelumnya, seandainya apa yang diajarkan para nabi telah mampu membawa manusia pada keselamatan kekal, maka TUHAN seharusnya tidak perlu berinkarnasi ke dunia dan menderita di kayu salib. Tapi nyatanya TUHAN melakukan itu!
Adam dan Hawa terusir dari Taman Eden hanya karena mereka melakukan sebuah dosa saja. Tapi dosa tersebut membuat mereka kehilangan kodratnya sebagai citra TUHAN sehingga tidak lagi layak untuk hidup di bersama TUHAN di Taman Eden. Ini mengajarkan kita bahwa TUHAN menghendaki kita sempurna tanpa cacat sebagai citra TUHAN agar kita layak hidup bersama Dia.
Persyaratan seketat ini tidak akan mampu dipenuhi oleh ajaran nabi-nabi manapun....
Sebaik apapun ajaran para nabi mereka tidak mampu mengajarkan dua hal penting ini: pertobatan yang sempurna dan memulihkan kembali manusia menjadi sempurna sebagai citra TUHAN. Sebaliknya penderitaan dan wafat Yesus di kayu salib memberikan manusia penebusan dosa yang sempurna. Demikian juga seluruh hidup Yesus Kristus menjadi teladan sempurna bagi manusia untuk kembali menjadi citra TUHAN!
Maka dari itu sangat benarlah pernyataan Yesus ini: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yoh.14:6).
Hanya dengan percaya pada Yesus yang wafat di kayu salib maka dosa manusia ditebus seluruhnya, dan hanya dengan mengikuti teladan Yesus maka manusia dapat kembali menjadi citra TUHAN sehingga dapat kembali hidup bersama Bapa di dalam surga!
Nah, sekarang kita tahu mengapa islam menyangkal ketuhanan Yesus...
Karena menolak inkarnasi yang sudah dinubuatkan TUHAN melalui para nabi kita bisa yakin islam tidak berasal dari TUHAN, melainkan dari iblis.
Dan iblis yang menginspirasi islam tidak lain adalah malaikat yang terusir dari surga. Iblis ingin manusia menjadi sama seperti dia, yaitu tidak dapat hidup bersama TUHAN di dalam surga. Maka dari itu iblis menyesatkan manusia untuk tidak mengikuti satu-satunya jalan yang memungkinkan manusia dapat kembali ke surga. Melalui islam iblis mengajarkan manusia untuk menyangkal ketuhanan Yesus. Dengan demikian manusia tidak mendapat karunia penebusan dosa yang sempurna dan tidak dapat kembali menjadi kudus sebagai citra TUHAN.
Malah sebaliknya, melalui islam ibis mengajarkan manusia tentang surga yang penuh kegiatan cabul. Yaitu dengan cara menjanjikan bidadari-bidadari yang selalu perawan di dalam surga. Akibatnya banyak muslim yang merindukan surga mati konyol dalam keadaan menginginkan dosa percabulan!
Maka sebaik apapun seorang muslim hidup di dunia, jika dia mempercayai seluruh ajaran alquran maka dia pasti membawa keinginan cabul tersebut sampai saat kematiannya. Jiwanya akan menghadap pengadilan akherat dalam keadaan tercemar keinginan cabul yang melekat kuat! Nasib mereka jelas: mati dalam keadaan menyimpan harapan untuk berbuat cabul adalah resep jitu untuk langsung masuk ke neraka menemani iblis!
Seperti itulah nasib muslim yang percaya penuh pada alquran!
Saudara-saudaraku umat muslim....
Berhentilah percaya pada ajaran yang tujuannya cuma menghalangi kalian dari kebenaran dan keselamatan.
Selanjutnya mulailah percayalah pada TUHAN yang benar. TUHAN yang sungguh-sungguh mengasihi kita, bukan hanya dengan kata-kata dan janji tapi dengan bukti yang nyata! Percayalah pada TUHAN yang telah menebus dosa kita dengan pengorbanan Diri-Nya sendiri. Percayalah pada TUHAN yang mengajarkan kepada kita bagaimana kembali menjadi sempurna sebagai citra TUHAN, bukan dengan konsep dan teori tapi dengan teladan hidup yang nyata!
Dialah Yesus Kristus, TUHAN yang akan membawa kalian pada keselamatan kekal.
Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan...