Aliansi ISLAM Dan KIRI Sebagai POROS KEGELAPAN Yang Melawan KEBENARAN


Transkrip:

Salam damai dan sejahtera...

Ketika kita mengamati berbagai peristiwa politik, terutama dua tahun terakhir ini, kita melihat sebuah pola yang sepertinya aneh tapi sebenarnya memiliki akar persoalan yang sama. Dalam konteks konflik Israel-Palestina misalnya. Ada dua kelompok besar yang secara konsisten menyuarakan dukungan terhadap Palestina dan sekaligus anti terhadap Israel, yaitu kelompok Islam dan kelompok kiri. 

Di negara-negara Islam termasuk di Indonesia, suara-suara para demonstran yang menyuarakan kemerdekaan Palestina dan kutukan terhadap Israel adalah hal yang biasa dan dapat dipahami sebagai ungkapan solidaritas terhadap Palestina yang mayoritas muslim. Tapi di berbagai kota besar di negara-negara Barat, terutama di kampus-kampus, kelompok kiri yang umumnya sekular bahkan atheis juga ikut menyuarakan hal yang sama. Bagaimana mungkin kelompok Islam yang cenderung religius dan kelompok kiri yang cenderung sekular bisa bergandengan tangan dalam satu kubu?

Itu karena mereka dipersatukan oleh satu musuh bersama yaitu Israel! 

Tapi ini menimbulkan pertanyaan lagi... Bagaimana mungkin negara yang luasnya hanya sekitar 1/5 pulau Jawa itu bisa menimbulkan kebencian global dari kelompok islam dan golongan kiri? 

Itu hanya dapat kita pahami jika kita melihat konflik tersebut tidak hanya dengan kacamata politis ataupun konflik regional, tapi juga dalam dimensi teologis. Dari sudut pandang itu, kebencian terhadap Israel hanyalah refleksi dari kebencian terhadap kelompok yang lebih besar, yaitu kekristenan sebagai perpanjangan dan sekaligus penggenapan dari agama Yahudi! Kebencian bersama terhadap Kekristenan inilah yang menjadi kekuatan pemersatu dari kelompok Islam dan golongan kiri.

Mengapa Islam membenci Kekristenan?

Jawabannya sederhana, karena sejak awal Islam memang hadir sebagai antitesis dari Kekristenan! Sebagai Kristen kita percaya bahwa seluruh kebenaran telah dinyatakan secara utuh oleh Yesus Kristus dan dipercayakan seluruhnya pada Gereja Katolik. Dengan pertolongan Roh Kudus, kebenaran Sabda Tuhan itu akan tetap utuh sampai akhir jaman. Jadi adanya agama baru dengan wahyu baru bagi manusia, sama sekali sudah tidak diperlukan.

Tapi iblis, sang bapa segala dusta, ingin mengacaukan kebenaran Sabda Tuhan itu dengan menawarkan Islam sebagai agama baru. Untuk mendukung keberadaan Islam dibangunlah narasi-narasi palsu dan berbagai kebohongan, mulai dari penyaliban Yesus yang tidak pernah terjadi, penyangkalan terhadap Trinitas, sampai dengan tuduhan kitab-kitab terdahulu sudah dipalsukan. 

Intinya, Islam menawarkan kebenaran baru yang dibangun di atas kebohongan! 

Masalahnya, secara natural kebohongan tidak bisa bertahan di hadapan kebenaran. Maka agar Islam tetap eksis, mereka harus menghancurkan kekristenan yang menjadi pemegang kebenaran sejati. Asumsinya, jika kekristenan musnah maka bukti terhadap kebohongan Islam menjadi hilang. Minimal Islam harus menundukkan kekristenan agar tidak berani bersuara menentang Islam. Jadi keinginan untuk menghancurkan dan menundukkan kekristenan memang mutlak diperlukan Islam demi mempertahankan eksistensi agama mereka yang palsu.

Lalu mengapa golongan kiri juga membenci Kekristenan?

Sebelum menjawab itu kita pahami dulu akar sejarah istilah dikotomis kelompok kiri dan kanan. Munculnya istilah tersebut bermula pada Revolusi Perancis di akhir abad 18, tepatnya dalam Sidang Majelis Nasional. Pada masa itu perseteruan antara kelompok yang mendukung raja dan yang menentangnya sangat tajam. Maka diputuskan perlu pemisahan diantara kedua kelompok tersebut. Mereka yang mendukung raja dan menentang revolusi duduk di sebelah kanan kursi ketua majelis sedangkan yang menentang raja dan menuntut perubahan duduk di sebelah kiri. Sejak saat itu kaum konservatif yang mempertahankan nilai-nilai dan kemapanan disebut golongan kanan, sementara mereka yang liberal dan menginginkan perubahan serta revolusi disebut golongan kiri.

Jika kita tarik akar teologisnya, sebelum dunia dijadikan golongan kanan ini diwakili oleh para malaikat yang taat pada Tuhan sementara golongan kiri adalah para malaikat pemberontak yang menolak melayani Tuhan. Semboyan mereka adalah  "Non Serviam!" atau menolak untuk mengabdi. Mereka menolak taat pada kebenaran yang berasal dari Tuhan dan menginginkan kebenaran hasil ciptaan mereka sendiri. Jadi sumber inspirasi dari golongan kiri ini tidak lain adalah iblis yang selalu berusaha menolak kebenaran Tuhan dengan segala cara dan menciptakan kebenaran palsu mereka sendiri.

Dengan memahami ini maka sudah menjadi konsekuensi logis bagi golongan kiri, bahwa pada akhirnya mereka harus berhadapan dengan kekristenan sebagai pemegang kebenaran Tuhan. Sebagai alat perubahan, mereka menggunakan narasi pertentangan kelas yang dipinjam dari marxisme. Gereja sebagai pemegang kebenaran sejati mereka tempatkan sebagai kaum penindas sementara mereka menempatkan diri sebagai kaum tertindas. Dari gagasan marxisme itulah muncul narasi Gereja sebagai penindas hak-hak kaum LGBT, penindas kaum perempuan, penindas penduduk asli, dan sebagainya. Itu semua narasi palsu yang sengaja diciptakan sekedar untuk menuntut perubahan pada ajaran Gereja. Dan kebenaran baru yang menjadi cita-cita mereka tidak lain adalah masyarakat utopia global yang berlandaskan pada prinsip-prinsip DEI, diversity - equity - inclusion. 

Sama seperti narasi Islam tidak dapat bertahan melawan kebenaran, demikian juga narasi-narasi palsu golongan kiri ini sebenarnya rapuh di hadapan kebenaran. Itu sebabnya orang-orang yang berani mengungkap kebohongan narasi kelompok kiri seperti Charlie Kirk, harus disingkirkan.

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa Islam dan golongan kiri, memiliki musuh utama bersama yaitu Kekristenan sebagai pemegang kebenaran sejati yang berasal dari Tuhan. Bedanya, Islam ingin menggantikan kebenaran itu dengan kebenaran palsu yang dibawa Muhamad pada abad 6. Sementara golongan kiri ingin menggantikannya dengan kebenaran halusinasi rancangan mereka. Yaitu kebenaran yang didasarkan pada prinsip humanisme dan naturalisme, yang disesuaikan dengan tuntutan perubahan jaman. Soal cara, karena berasal dari bapa segala dusta maka keduanya sama-sama menggunakan kebohongan dan narasi palsu. Tapi karena kobohongan mereka mustahil dapat mengalahkan kebenaran sejati, pada akhirnya mereka akan menggunakan kekerasan.

Jadi sekarang kita bisa memahami mengapa Islam dan golongan kiri, meski memiliki perbedaan prinsip, keduanya ada dalam satu kubu ketika menghadapi Israel ataupun Kekristenan. Mereka adalah poros kegelapan hasil inspirasi bapa segala dusta, yang dibangun untuk melawan poros terang yang terdiri dari Israel sebagai bangsa penerima Sabda Tuhan dalam Perjanjian Lama dan Kekristenan sebagai penerima seluruh kebenaran Sabda Tuhan yang utuh.

Sampai di sini mungkin ada yang bertanya, mengapa Israel atau Yahudi ditempatkan dalam satu kubu dengan Kekristenan? Bukankah Yahudi menyangkal ketuhanan Yesus? 

Jangankan Israel atau Yahudi, bahkan Kekristenan sendiri sebenarnya juga terbagi-bagi, ada Katolik, Ortodoks dan Protestan. Mereka disatukan dalam satu poros terang karena semuanya menerima Sabda Tuhan yang benar. Perbedaannya, ada yang menyangkal sebagian Sabda Tuhan, dan ada yang menerima seluruh Sabda Tuhan serta menjaganya tetap utuh. 

Selain itu, semuanya pada waktunya akan dipersatukan sesuai nubuat Tuhan. Yahudi atau Israel adalah cabang zaitun asli yang sebelumnya telah dipisahkan karena ketidakpercayaan mereka tapi kemudian akan dicangkokkan kembali ke pohon zaitun asli setelah mereka menjadi percaya, sehingga pada akhirnya mereka semua akan diselamatkan (Rm.11:23-26). Sementara Ortodoks dan Protestan, mereka adalah domba-domba di luar kandang yang kelak akan dipersatukan Tuhan ke dalam kandang yang asli sehingga menjadi satu kawanan dengan satu gembala (Yoh.10:16). 

Dengan alasan itu maka mereka semua adalah bagian dari poros terang yang bertugas membangun peradaban sempurna, yaitu Kerajaan Allah. Meski ada pertentangan yang tidak kecil diantara mereka, bagaimanapun mereka semua telah menerima Sabda Tuhan yang benar. Dengan demikian pertentangan yang ada bersifat "internal" diantara sesama penerima Sabda Tuhan. Musuh mereka yang sesungguhnya adalah poros kegelapan, yaitu para pengikut bapa segala dusta yang ingin menggantikan kebenaran Tuhan dengan kebenaran palsu. Mereka adalah orang-orang yang namanya tidak tercatat dalam buku kehidupan.

Terima kasih atas perhatian anda...

Viva Christo Rey!

 

Posting Komentar

0 Komentar