Kristen Bersatulah, Kita Pasti Menang - Part 4


Pax vobis, salam damai dan sejahtera...

Video bagian keempat ini mungkin sangat kontroversial karena berbicara tentang gerakan ekumene sebagai rancangan iblis yang mengarah pada gereja atau agama Antikristus. Padahal gerakan ekumene dalam pengertian populer adalah gerakan persatuan Kristen yang diikuti nyaris seluruh gereja dan denominasi.

Oleh karenanya penting untuk menonton keseluruhan video ini agar memahami mengapa saya berkeyakinan gerakan ekumene bukanlah cara persatuan Kristen yang dikehendaki Tuhan.

Ekumene berasal dari kata 'oikos - menos' yang artinya kurang lebih 'milik rumah sendiri'. Pada awalnya istilah ekumene digunakan oleh Gereja Katolik yang berarti berkumpulnya gereja-gereja Katolik lokal yang terpisah. Dalam kegiatan ekumene Gereja Katolik di masa lalu, kelompok non-Katolik tidak dilibatkan. Namun dalam pengertian populer yang sekarang digunakan, gerakan ekumene adalah berkumpulnya berbagai denominasi atau aliran Kristen. Bahkan kini pengertiannya semakin luas karena ekumenisme global mencakup juga agama-agama non-Kristen.



Gerakan ekumene yang bertujuan mempersatukan Kekristenan diawali oleh Kongres Misionaris Edinburg pada tahun 1910. Gerakan yang bertujuan untuk mempersatukan Kekristenan ini awalnya hanya diikuti oleh berbagai denominasi Protestan dan Gereja Anglikan, tapi tidak melibatkan Gereja Otodoks maupun Gereja Katolik. Selain itu, Gereja Katolik memang menolak untuk teribat dalam kegiatan ekumene karena bertentangan dengan gagasan Gereja Katolik tentang kesatuan Gereja.

Pada tahun 1948 Gereja Ortodoks juga mulai terlibat gerakan ekumene dengan bergabung pada Dewan Gereja Sedunia (WCC). Sementara itu Gereja Katolik baru mulai berubah sikap dan membuka diri pada gerakan ekumene setalah Konsili Vatikan II. 

Tidak lama setelah Gereja Katolik bergabung, gerakan ekumene ini kemudian memasuki babak baru yang menembus batas-batas kekristenan. Itu terjadi ketika Paus Yohanes Paulus II mengundang semua agama, tidak hanya Kristen, untuk berkumpul dan berdoa bersama bagi perdamaian dunia pada tahun 1986 di Asisi. Ini menandai awal dari ekumenisme global semua agama yang sekarang menjadi resmi ketika Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Al-Azhar menandatangani dokumen "Human Fraternity" di Abu Dhabi tahun 2019. Dokumen ini sangat penting karena menyatakan Tuhan menghendaki perbedaan agama, atau dengan kata lain semua agama kini diakui memiliki dasar eksistensinya dari Tuhan. Menurut dokumen tersebut tidak ada agama yang sesat atau keliru, semua benar dengan caranya masing-masing!

Mari kita perhatikan baik-baik evolusi yang terjadi pada gerakan ekumene...

Ketika gerakan ini dimulai tahun 1910, prinsip yang menyatukan denominasi-denominasi Protestan yang berbeda adalah ajaran iman Kristen Alkitabiah sesuai semangat reformasi. Ketika Gereja Ortodoks bergabung, maka prinsip yang menyatukan hanyalah iman terhadap Allah Tritunggal dan ajaran Kitab Suci. Ketika Gereja Katolik bergabung, prinsip yang menyatukan masih sama namun Gereja Katolik harus membuang jauh-jauh soal primat Paus sebagai kepala Gereja dan Wakil Kristus agar tidak menyinggung kelompok Kristen yang lain.

Selanjutnya ketika gerakan ekumene ini diperluas dan mencakup agama-agama non-Kristen maka prinsip yang menyatukannya hanyalah "Tuhan" tanpa peduli apapun konsep ketuhanan yang dimaksud. Dengan demikian hukum pertama dari sepuluh Perintah Allah yang melarang adanya tuhan-tuhan lain selain ALLAH TRITUNGGAL dilanggar demi persatuan. Juga pernyatan tentang ketuhanan Yesus dan peran-Nya sebagai satu-satunya Penyelamat manusia harus dipinggirkan agar tidak menjadi batu sandungan bagi penganut agama lain. Inilah yang tampak dalam doa bersama di Asisi tahun 1986!

Pada dokumen 'Human Fraternity' yang ditandatangani di Abu Dhabi tahn 2019, wajah sesungguhnya dari ekumenisme global mulai tampak jelas. Apapun agamanya tidak masalah, yang penting semua disatukan oleh semangat kemanusiaan yang sama. Pada titik ini peran Tuhan hanya sebagai pelengkap dan prinsip kemanusiaan menjadi utama atau pusat dari ekumenisme!

Kita bisa melihat dasar kebenaran yang mengikat gerakan ekumene ini berubah-ubah bergantung pada hasil kompromi anggota-anggotanya. Dan akhirnya ketika gerakan ekumene ini menjangkau anggota yang semakin beragam, nilai-nilai ketuhanan semakin disingkrkan dan sebaliknya nilai-nilai kemanusiaan semakin ditonjolkan. Dengan mudah kita bisa melihat ekumenisme ini akan berpuncak pada keadaan dimana nilai-nilai ketuhanan akan disingkirkan sama sekali dan prinsip persatuan ekumene sepenuhnya diisi oleh nilai-nilai kemanusiaan!

Ini mengingatkan kita pada teks Kitab Suci:

Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak. (1Yoh.2:22).

Dengan demikian bisa kita smpulkan bahwa pada akhirnya gerakan ekumene akan terarah pada pembentukan Gereja atau Agama antikristus!

Apakah itu sebuah penyimpangan dari gerakan ekumene? Sama sekali tidak! Memang seperti itulah hasil akhir yang akan muncul dari gerakan ekumene. Maka benarlah sikap Gereja Katolik pra-konsili yang menolaknya!

Pertanyaannya, mengapa gerakan ekumene berakhir pada kesesatan?

Itu karena gerakan ekumene memiliki sebuah kesalahan yang mendasar, yaitu meletakkan persatuan di atas kebenaran. Demi alasan persatuan, nilai-nilai kebenaran dalam gerakan ekumene terus dikompromikan dan berubah, semakin lama semakin parah! 

Prinsip yang salah ini sudah ada pada ekumenisme Kristen tahun 1910 dan tetap ada pada ekumenisme global "Human Fraternity" tahun 2019! Yang berbeda cuma kadarnya! Apa yang kita temui dalam gerakan ekumene tahun 1910 adalah ekumenisme pada tahap awal, seperti bayi singa yang masih terlihat lucu dan tidak berbahaya. Tapi menjadi berbeda ketika gerakan ini tumbuh makin besar dan mulai menunjukkan wajah aslinya sebagai gerakan antikristus! Pada tahap ini ekumenisme seperti bayi singa yang sudah bertumbuh menjadi besar dan berbahaya! Jadi baik ekumenisme tahun 1910 maupun tahun 2019, sama-sama sesatnya!

Dari sini bisa kita simpulkan, siapapun yang terlibat dan mendukung gerakan ekumene tanpa disadari telah melayani rencana antirkistus!

Saya akan mempertajam masalah ini dengan memandang masalah ekumenisme dari kaca mata Gereja militan, yaitu Gereja yang berjuang dalam peperangan rohani melawan kuasa gelap demi hadirnya Kerajaan Allah di bumi!

Untuk mengalahkan musuh dalam peperangan, salah satunya kita harus mengenali musuh. Kita harus mengenali tujuan dan strategi yang dimiliki musuh sehingga kita bisa mengantisipasi serangan-serangan musuh dan mengalahkannya.

Jika Tuhan menghendaki Kerajaan-Nya hadir di bumi, maka iblis ingin menentangnya dengan membangun peradaban manusia tanpa Tuhan, yaitu peradaban yang sepenuhnya berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan dan tidak memiliki tempat untuk Tuhan.

Jika Tuhan mewujudkan Kerajaan-Nya di muka bumi melalui pewartaan Injil agar seluruh manusia hidup menurut hukum Tuhan. Iblis akan merusak semua upaya penginjilan dan penerapan hukum Tuhan untuk menggantikannya dengan peradaban manusiawi tanpa Tuhan yang dirancangnya.

Untuk mewujudkan itu iblis memiliki strategi klasik yag menjadi cetak biru bagi semua pengikutnya. Strategi satanik itu adalah SOLVE ET COAGULA, atau dalam bentuk yang lebih kongkrit namun prinsipnya kurang-lebih sama ORDO AB CHAO.

Tulisan SOLVE ET COAGULA bisa kita lihat pada gambar-gambar baphomet, lambang iblis. Tulisan tersebut ada pada kedua tangannya. Sedangkan tulisan ORDO AB CHAO bisa kita lihat pada lambang-lambang freemasonry.

'Solve et coagula' artinya mencairkan dan mengentalkan. Sedangkan 'Ordo ab chao' artinya tatanan yang muncul dari kekacauan. Pada dasarnya strategi satanik ini diterapkan dengan cara membuat kekacauan dari tatanan yang ada dan dari kekacauan yang terjadi mereka akan membentuk tatanan baru sesuai yang sudah direncanakan.

Contoh kongkritnya bisa kita lihat pada hampir semua gerakan marxist-komunis di seluruh dunia. Mereka menguasai suatu negara dengan cara membuat kekacauan atau revolusi dan memanfaatkan kekcauan yang timbul untuk memaksakan penerapan sistem marxist-komunis yang totaliter. Prinsip ini sekarang juga sedang diterapkan oleh kaum demokrat dan pendukungnya dengan memanfaatkan isu 'Black Lives Matter' untuk menimbulkan kekacauan guna mempersiapkan penerapan sistem sosialis di Amerika Serikat.

Tepat strategi inilah yang digunakan iblis untuk menyerang Gereja!

Kekacauan dibuat iblis dengan cara memecah belah Kekristenan. Pertama melalui skisma tahun 1054 yang mengakibatkan Gereja Katolik berpisah dengan Gereja Ortodoks. Kekacauan berikutnya melalui gerakan reformasi Martin Luther di abad 16 yang memunculkan berbagai denominasi Protestan. Dan kekacauan terakhir yang merupakan serangan iblis terhebat adalah memecah-belah Gereja Katolik dari dalam melalui Konsili Vatikan II. 

Saya bilang serangan terhebat karena begitu banyak orang yang tertipu dan terjebak di dalamnya, termasuk banyak orang-orang pilihan seperti para Paus, Uskup, dan Kardinal. Selain itu dampak serangannya juga sangat parah! Hanya setelah Konsili Vatikan II ada seorang Paus yang tanpa rasa bersalah mencium Quran, atau patung berhala Pachamama dimuliakan di dalam Basilika St. Petrus! Belum lagi berbagai sakrilegi menjadi lumrah terhadap Sakramen Ekaristi dan skandal seksual yang parah oleh sebagian hirarki!

Setelah kekacauan berhasil memecah-belah Kekristenan maka langkah selanjutnya adalah membangun kembali persatuan Kristen melalui gerakan ekumene. Perhatikan, usaha terbaik apapun yang dilakukan untuk membangun persatuan Kristen melalui ekumenisme hasilnya orang-orang Kristen tidak mungkin bersatu dalam Gereja Kristus yang semula. Persatuan itu akan terjadi pada gereja ekumenis yang baru, yang tidak lain adalah gereja antikristus!

Jadi tidak hanya upaya memecah-belah dan mengacaukan Kekristenan melalui skisma, reformasi, dan Konsili Vatikan II saja yang merupakan pekerjaan iblis. Bahkan upaya untuk memperbaiki kekacauan dan mempersatukan perpecahan melalui gerakan ekumenisme juga merupakan pekerjaan iblis sesuai strategi SOLVE ET COAGULA atau ORDO AB CHAO!

Kesimpulannya....

Dengan memahami kekeliruan prinsip gerakan ekumene yang meletakkan persatuan di atas kebenaran dan mengenali upaya iblis untuk menghancurkan Gereja melalui prinsip 'Solve et Coagula' ataupun 'Ordo ab Chao" kita bisa sampai pada kesimpulan bahwa gerakan ekumene adalah gerakan berbahaya yang dirancang oleh Iblis untuk menjerumuskan menusia ke dalam Gereja atau Agama Antikristus!

Gerakan ekumene yang tampak mulia karena bertujuan untuk mempersatukan Kekristenan, sesungguhnya adalah serigala berbulu domba yang harus kita hindari! Demi keselamatan jiwa kita dan banyak orang, tolak ekumenisme mulai sekarang!

Saya yakin apa yang saya paparkan ini mengejutkan banyak orang karena pasti banyak yang telah terjebak di dalamnya, atau terlanjur mendukungnya! Bagi anda yang tidak setuju dengan apa yang saya paparkan dalam video ini, silahkan berikan tanggapan atau sanggahan di kolom komentar video ini. Jika memungkinkan tanggapan-tanggapan itu akan saya bahas dalam video agar kita semua dapat memahami betul permasalahannya.

Selanjutnya, jika ekumenisme bukan persatuan Kristen yang dikehendaki Tuhan, lalu bagaimana cara untuk mempersatukan Kristen yang sudah terpecah demikian parah? Mungkinkah persatuan Kristen yang sejati dapat diwujudkan?

Solusinya akan saya bahas pada video selanjutnya...

Viva Christo Rey!.

Posting Komentar

0 Komentar