Skandal Pemalsuan Sr. Lusia Yang Mencoreng Konsili Vatikan II - Part 2


Pax vobis, salam damai bagi kita semua...

Sebelum saya menunjukkan bukti-bukti yang didapatkan oleh Dr. Peter Chojnowski tentang pemalsuan Sr. Lusia, saya akan menyampaikan beberapa hal sehubungan dengan komentar-komentar di video pertama yang menganggap kasus Sr.Lusia palsu ini semacam teori konspirasi atau cerita-cerita sensasi untuk mencari perhatian.

Saya tegaskan ini bukan teori konspirasi tapi memang konspirasi yang nyata dan didukung oleh bukti-bukti!

Sama seperti penipuan iblis terhebat adalah membuat orang percaya bahwa dia tidak ada, demikian juga penipuan para konspirator yang terhebat adalah membuat orang percaya bahwa konspirasi itu tidak ada. Dengan demikian mereka dapat terus menjalankan konspirasi jahatnya sampai seluruh tujuannya tercapai.

Harus diingat bahwa kemurtadan yang terjadi di Gereja menjelang kedatangan Tuhan bukan cerita fiktif, itu sudah dinubuatkan dalam Kitab Suci (2Tes.2:3). Gunakan akal sehat, mungkinkah kemurtadan itu terjadi dalam sekejap? Tentu saja tidak mungkin! Pasti kemurtadan itu terjadi secara bertahap dalam waktu yang lama dan melibatkan sebagian besar hirarki! Proses semacam itu hanya mungkin terjadi melalui KONSPIRASI yang melawan kehendak TUHAN!

Bagi mereka yang menganggap konspirasi itu tidak ada atau sekedar teori kosong, silahkan tunjukkan bagaimana kemurtadan di dalam Gereja seperti yang dinubuatkan oleh Rasul Paulus itu dapat terjadi tanpa adanya konspirasi?

Rasul Paulus sendiri dengan jelas mengatakan:

Karena SECARA RAHASIA kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi sekarang masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan, pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya... (2Tes.2:7-8).

Ayat tersebut jelas berbicara soal kegiatan persekongkolan rahasia atau konspirasi menjelang kedatangan antikristus. Jadi konspirasi itu pasti ada karena Kitab Suci yang mengatakannya! 

Bahwa ada banyak teori konspirasi yang salah dan tidak punya dasar itu memang benar. Tapi menyebut konspirasi menjelang kedatangan antikristus tidak ada pastilah sebuah kebohongan karena bertentangan dengan pernyataan Kitab Suci. Justru kita perlu curiga pada orang-orang yang mencoba meyakinkan kita bahwa konspirasi itu tidak ada.

Kembali ke persoalan skandal pemalsuan Sr. Lusia...

Saya sendiri sudah mengatahui kasus ini sejak tahun 2013, namun pada waktu itu masih sebatas kecurigaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada pada foto-foto Sr. Lusia tanpa didukung bukti-bukti yang kuat. Jadi persoalan Sr.Lusia palsu bukan hal baru bagi sebagian orang.

Sejak tahun 2017 Dr. Peter Chojnowski berusaha menyelidiki kasus ini dengan serius untuk menjawab tiga pertanyaan penting:

1. Bagaimana menjelaskan perbedaan drastis pada penampilan, sikap, dan tulisan tangan dari Sr. Lusia sejak tahun 1967?
2. Bagaimana menjelaskan sikap Vatikan dan hirarki Gereja yang diam soal Rahasia Ketiga Fatima selama 40 tahun dan berbagai propaganda mereka untuk mengubah makna pesan-pesan Bunda Maria di Fatima?
3. Bagaimana menjelaskan dukungan penuh Sr. Lusia pada propaganda Vatikan dan sikap ketaatan butanya pada Paus setelah Konsili Vatikan II padahal sebelumnya dia tidak ragu menyebutkan kegagalan para Paus dalam mengikuti permintaan Bunda Maria?

Untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu Dr. Chojnowski melibatkan para pakar di berbagai bidang pengenalan wajah, forensik, bedah plastik, bedah mulut, gigi, dan analisis tulisan tangan. Mereka adalah para profesional yang siap mempertanggungjawabkan hasil pemeriksaan dengan kredibilitas profesi mereka masing-masing. Dan yang jelas, mereka independen dan tidak memiliki kepentingan apapun terhadap kasus Sr. Lusia.

Beberapa lembaga dan pakar independen yang dilibatkan dalam penyelidikan ini antara lain:
1. Animetrics, sebuah lembaga penelitian yang bergerak dalam bidang pengenalan wajah.
2. Ms. Dragica Brayovic, seorang 'super-recognizer', yaitu orang yang memiliki kemampuan khusus dan diakui dalam pengenalan wajah.
3. Dr. Julio Garcia, seorang ahli bedah plastik terkemuka.
4. Lois Gibson, seorang seniman forensik dan ahli pengenalan wajah terkemuka. Dia memegang rekor terbanyak dalam pengungkapan identitas melalui seni forensik menurut Guiness Book of Records tahun 2017.
5. Bart Braggett, seorang ahli analisis tulisan tangan.
6. Dr. Joseph Mascaro, DMD, seorang ahli bedah mulut.
7. Dr. Ruud Karsten, DDS, seorang periodontis atau spesialis gusi dan tulang rahang.

Masing-masing meneliti kasus ini sesuai dengan keahliannya.

Beberapa perbedaan signifikan dari foto-foto Sr. Lusia yang didapatkan dari hasil penyelidikan mereka antara lain,

1. Hidung
Perbedaan panjang hidung dikemukakan oleh Animetrics. Lois Gibson juga mengamati adanya perbedaan pada bentuk hidung dimana Sr. Lusia II memiliki hidung yang lebih besar dan membulat. Perbedaan ini tidak dapat dijelaskan dengan faktor pertambahan usia.
2. Bibir
Lois Gibson mengamati perbedaan bibir yang signifikan dan menandakan dua orang yang berbeda. Bibir Sr.Lusia I secara horisontal lebih kecil namun secara vertikal lebih lebar dibandingkan Sr. Lusia II.
3. Philtrum (yaitu lekukan yang ada di bawah hidung dan di atas bibir).
Sr. Lusia I memiliki philtrum yang lebih panjang. Ini diamati oleh Animetrics, Dr. Julio Garcia, dan Lois Gibson.
4. Mata dan Alis
Lois Gibson mengamati jarak antar alis Sr. Lusia I lebih pendek dari pada Sr. Lusia II, dan bentuk alis keduanya juga berbeda. Animetrics menyatakan bentuk alis Sr. Lusia I tidak simetris, sementara pada Sr. Lusia II simetris. Jarak antara alis dan mata juga berbeda, Sr. Lusia I memiliki jarak yang lebih pendek ketimbang Sr. Lusia II, ini diamati oleh Lois Gibson dan Dr. Julio Garcia. Selain itu Dr. Julio Garcia juga mengamati perbedaan kelopak mata yang signifikan pada Sr. Lucia I dan Sr. Lusia II.
5. Rahang bawah
Lois Gibson mengamati Sr. Lusia I memiliki rahang bawah yang lebih sempit ketimbang Sr. Lusia II dan itu bertentangan dengan perubahan yang terjadi akibat proses penuaan.
6. Bentuk dagu dan profil tulang muka
Perbedaan bentuk dagu diamati oleh Lois Gibson, Dr. Julio Garcia, Dr.Joseph Marcaro, dan Dr. Ruud Karsten. Dr. Joseph Marcaro bahkan menegaskan bahwa perbedaan ini diakibatkan oleh struktur tengkorak dan tidak dipengaruhi oleh tindakan medis pada gigi yang pernah dialami oleh Sr. Lusia pada tahun 1948.
7. Perbedaan bentuk gigi menurut Dr. Ruud Karsten tidak konklusif karena pada tahun 1948 Sr. Lusia diketahui mengalami operasi untuk memperbaiki masalah giginya.

Berdasarkan hasil penyelidikan, semua lembaga dan pakar tadi sepakat menyimpulkan bahwa Sr. Lusia I dan Sr. Lusia II adalah orang yang berbeda. Ini konsisten dengan kesimpulan yang diambil oleh Ms. Dragica Brayovic dalam kapasitasnya sebagai 'super-recognizer'.

Sementara itu berdasarkan tulisan tangan keduanya, pakar analisis tulisan tangan Bart Braggett juga menyimpulkan Sr. Lusia I dan Sr. Lusia II bukan orang yang sama.

Berdasarkan hasil-hasil ini Dr. Chojnowksi sampai pada kesimpulan bahwa Sr. Lusia yang diperlihatkan pada publik setelah tahun 1967, baik bersama Paus Paulus VI maupun Paus Yohanes Paulus II adalah Sr. Lusia palsu.

Hasil yang lebih lengkap bisa anda lihat di situs sisterlucytruth.org, linknya ada di kererangan video.

Dengan bukti-bukti kuat ini persoalannya menjadi jelas, perbedaan drastis dalam sikap dan penampilan dari Sr. Lusia sebelum dan sesudah tahun 1967 disebabkan karena keduanya memang orang yang berbeda. Ini juga menjelaskan mengapa Vatikan dengan bebasnya mendiamkan Rahasia Ketiga Fatima selama 40 tahun dan aktif mempropagandakan pesan-pesan yang berbeda dari apa yang diyakini banyak orang sebelumnya. Demikian juga dukungan penuh Sr.Lusia pada para Paus pasca-konsili dan berbagai pernyataan Sr. Lusia yang kontradiktif dengan pernyataannya sendiri sebelum tahun 1967 adalah karena Sr.Lusia setelah tahun 1967 adalah Sr. Lusia palsu!

Jika kasus pemalsuan Sr. Lusia ini makin luas diketahui oleh publik, mau atau tidak mau Vatikan harus memberikan klarifikasi atas penampilan Sr. Lusia palsu di depan publik setelah tahun 1967. Selain karena pembohongan publik, juga ada kemungkinan ini melibatkan hilangnya nyawa seseorang. Maka mendiamkannya hanya akan memperburuk situasi. Sementara itu Dr. Chojnowski sendiri sangat yakin bahwa bukti-bukti yang didapatnya siap untuk digunakan dalam pengadilan jika itu diperlukan.

Bagi saya, ada atau tidak kasus ini tidak mengubah fakta bahwa Konsili Vatikan II memang dimaksudkan untuk mengubah orientasi Gereja Katolik agar menerima ekumenisme yang sesat dan mengarahkan Gereja pada kemurtadan sesuai nubuat Rasul Paulus. Pemalsuan Sr. Lusia, jika itu memang terbukti, hanya memperkuat fakta bahwa Konsili Vatikan II memang konsili jahat yang mustahil karya dari Roh Kudus.

Tapi bagi mereka yang selama ini masih setia mendukung Konsili Vatikan II, kasus ini tentu sangat berarti. Ini akan membuktikan bahwa pilihan mereka salah dan saatnya mereka mendengarkan peringatan Tuhan dalam Kitab Wahyu, "Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya. Sebab dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah mengingat segala kejahatannya..." (Why.18:4-5).

Posting Komentar

0 Komentar