Pax vobis, salam damai bagi kita semua...
Jika video pertama bercerita tentang kisah terjadinya mujizat perpindahan Bukit Mokattam, dan video kedua membahas mengapa Khalifah Al-Muizz meninggalkan Islam lalu meminta dibaptis menjadi seorang Kristen, pada video kali ini kita akan membahas lebih dalam lagi keputusan dramatis yang diambil oleh Khalifah Al-Muizz tersebut. Ada banyak sekali pelajaran yang dapat kita tarik dari kisah yang luar biasa itu...
Tapi sebelum itu saya ingin menanggapi beberapa komentar skeptis pada video sebelumnya yang menyangkal Khalifah Al-Muizz telah meninggalkan iman Islam dan menjadi seorang Kristen. Mereka menyodorkan bukti-bukti dari pendapat sejarawan muslim. Tentu saja dapat dipahami bahwa sejarawan muslim pasti berusaha membantah kisah yang memalukan tersebut dengan segala cara. Seorang anak yang murtad saja sudah membawa malu bagi keluarga, apalagi seorang Khalifah! Maka penyangkalan para sejarawan muslim bisa dimengerti, sama seperti mereka menyangkal adanya banyak versi Quran.
Sayangnya bantahan tersebut lemah karena bukti-bukti kebenaran dari kisah dibaptisnya Khalifah Al-Muizz ada banyak. Antara lain berupa naskah-naskah kuno di Gereja Koptik yang dilengkapi juga dengan bukti adanya tempat pembaptisan Kalifah Al-Muizz serta makamnya di Gereja St. Merkurius yang masih ada hingga hari ini.
Gunakan akal sehat, apa mungkin orang-orang Kristen Koptik yang diperlakukan sebagai kaum dhimmi di Mesir berani nekat menyebarkan cerita bohong tentang seorang Khalifah yang dibaptis menjadi Kristen? Sangat tidak mungkin! Mereka berani menyebarkannya karena kisah tersebut memang benar!
Kita kembai ke topik video...
Seperti yang sudah kita ketahui dari video sebelumnya, setelah mujizat Bukti Mokattam Khalifah Al-Muizz tidak hanya meninggalkan iman Islamnya dan minta dibaptis menjadi seorang Kristen, tapi dia juga rela melepaskan segala kekuasaan dan kekayaannya sebagai seorang Khalifah untuk menghabiskan hidupnya sebagai seorang biarawan Kristen! Ini tentu keputusan iman yang luar biasa dan layak menjadi renungan serta teladan bagi semua muslim yang merindukan kebenaran.
Jika kita berpikir secara manusiawi, sulit diterima akal sehat bagaimana seorang Khalifah yang memiliki kekuasaan dan kekayaan terbesar di jamannya, mencampakkan begitu saja semua kemegahan dan kenikmatan duniawi yang dimilikinya untuk menjalani sisa hidup sebagai seorang biarawan sederhana! Khalifah Al-Muizz bukanlah orang bodoh yang tak berakal, dia tidak mungkin membuang emas demi mendapatkan tembaga. Dia pasti hanya bersedia menukar emas yang dimilikinya dengan sesuatu yang jauh lebih berharga dari emas!
Untuk memahami keputusan iman dramatis yang diambil Khalifah Al-Muizz, kita perlu memahami tiga tokoh hebat dalam kisah mujizat Bukit Mokattam ini. Yang pertama Simon si Penyamak Kulit, yang kedua Abba Abraham Ibnu Zahra pemimpin Gereja Koptik di Mesir, dan yang ketiga tentu saja Khalifah Al-Muizz sendiri.
Simon Si Penyamak Kulit adalah orang sederhana yang setiap pagi sebelum bekerja rajin mengantarkan air bersih dari Sungai Nil untuk orang-orang yang sudah tua dan tidak mampu mengambil air bersih sendiri. Dia sendiri sehari-hari bekerja sebagai tukang sepatu. Pada suatu hari seorang wanita pelanggannya datang untuk dibuatkan sepatu. Saat mengukur kaki sang pelanggan, tanpa sadar Simon tergiur melihat betis wanita tersebut. Tapi Simon segera tersadar bahwa matanya telah membuatnya berdosa karena menginginkan wanita yang bukan miliknya.
Ia lalu teringat pada teks Injil, "...jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua." (Mat.18:9). Ia percaya sepenuh hati pada teks Injil tersebut dan langsung mencungkil sebuah matanya karena telah menyesatkan dirinya ke dalam dosa! Sekalipun ayat Injil tersebut tidak dimaksudkan untuk dimaknai secara harafiah, namun tindakan Simon Si Penyamak Kulit membuktikan satu hal: imannya sungguh luar biasa!
Ketika Khalifah Al-Muizz meminta Abba Abraham membuktikan kebenaran ayat Injil untuk memindahkan Bukit Mokattam dengan ancaman akan mengusir atau membunuh semua orang Kristen jika gagal, Abba Abraham hanya mampu menyerahkan diri pada petolongan dan kemurahan Tuhan dengan berpuasa selama tiga hari tiga malam. Melalui Bunda Maria, Tuhan memintanya untuk menemui Simon Si Penyamak Kulit karena dia memiliki iman yang cukup untuk tugas sulit itu.
Saat Abba Abraham menemui Simon Si Penyamak Kulit, orang suci yang sederhana tersebut tidak hanya mengajarkan Abba Abraham cara untuk memindahkan Bukti Mokattam dengan mengucapkan "Kyrie Eleison" sebanyak 400 kali. Lebih dari itu, melalui teladannya Simon Si Penyamak Kulit mengajarkan Abba Abraham tentang perlunya percaya penuh pada setiap teks dalam Injil. Iman luar biasa yang dimiliki Simon Si Penyamak Kulit membangkitkan semangat Abba Abraham untuk memiliki iman yang sama dengan percaya penuh pada Injil! Bersama dengan doa-doa yang diucapkan Abba Abraham dan semua orang Kristen Koptik di Mesir, iman luar biasa yang sekarang juga dimiliki oleh Abba Abraham inilah yang memiliki kuasa besar untuk memindahkan Bukit Mokattam tepat seperti yang tertulis di dalam Injil!
Mujizat luar biasa yang terjadi di depan matanya tentu memberikan pukulan hebat bagi Khalifah Al-Muizz. Melalui mujizat tersebut, Tuhan sendiri telah menunjukkan pada Sang Khalifah kebenaran iman Kristen. Dengan sendirinya jika iman Kristen benar, maka ajaran islam yang menyangkal iman Kristen sudah pasti salah. Khalifah Al-Muizzpun segera meninggalkan iman Islamnya dan minta dibaptis untuk menjadi Kristen! Dengan demikian mujizat tersebut tidak hanya memindahkan Bukit Mokattam saja, tapi juga menghilangkan bukit besar dalam hati Khalifah Al-Muizz yang selama ini menghalanginya untuk melihat kebenaran!
Setelah mujizat luar biasa tersebut Khalifah Al-Muizz mulai merenungkan banyak hal. Jika pernyataan Injil tentang iman yang mampu memindahkan gunung ternyata sungguh-sungguh terbukti benar, pastilah semua teks Injil lainnya juga benar. Termasuk semua teks Injil yang tampak mustahil bagi manusia!
Maka Khalifah Al-Muizz teringat pada tuntutan dalam Injil yang menurutnya paling mustahil dari semuanya, "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Mat.5:48).
Melalui teks Injil tersebut, Yesus memberikan tuntutan tertinggi yang mungkin ada, yaitu manusia harus sempurna seperti TUHAN! Dalam iman Kristen tuntutan ini dapat dimengerti karena manusia memang pada mulanya diciptakan menurut gambar Tuhan sendiri. Maka menjadi sempurna seperti Tuhan sama artinya dengan kembali pada kodrat manusia yang semula sebelum jatuh ke dalam dosa!
Tapi tuntutan setinggi itu tidak ditemukan oleh Khalifah Al-Muizz dalam Islam. Penyebabnya jelas, Islam memang tidak mengajarkan tentang kodrat manusia yang benar. Dulu dia berpikir ini tuntutan yang mengada-ada dan tidak mungkin dipenuhi, tapi setelah Tuhan membuka hati dan pikirannya dia percaya tuntutan itu sungguh benar!
Jika Yesus menuntut manusia untuk menjadi sempurna seperti TUHAN dan tuntutan itu memang benar dapat dipenuhi, tentu Yesus juga mengajarkan caranya. Ini menuntun Khalifah Al-Muizz pada ayat Injil yang akan menginspirasinya untuk mengambil keputusan luar biasa,
"Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Mat.19:21).
Selama hidupnya sebagai muslim dia mengira bahwa menjadi Khalifah pengganti Muhamad nabi Islam untuk memimpin umat adalah hal terbaik yang dapat di tawarkan Islam. Itu karena dalam Quran tertulis bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi. Tapi sekarang melalui Injil dia mengetahui ada yang jauh lebih baik dari pada menjadi seorang khalifah dan tidak pernah diajarkan dalam agama Islam, yaitu menjadi sempurna seperti Tuhan!
Seluruh isi Quran telah dia selidiki dan seluruh hadis telah dia telusuri, ajaran seperti itu memang tidak ada! Maka sadarlah Khalifah Al-Muizz bahwa selama ini dia telah dibohongi, Islam ternyata tidak menyempurnakan ajaran Kristen! Sebaliknya Islam justru berusaha menutupi dan menggantikan ajaran Kristen yang sudah sempurna dengan ajaran-ajaran palsu!
Tapi sekarang Tuhan sudah membuka hati dan pikirannya pada kebenaran. Ajaran Kristen ternyata menawarkan tujuan hidup tertinggi yang dapat dicapai manusia, yaitu menjadi sempurna seperti Tuhan! Tidak mungkin ada tujuan yang lebih tinggi dari itu di muka bumi! Maka Khalifah Al-Muizz bertekad untuk melakukan apapun yang perlu untuk meraih itu!
Dengan meneladani iman luar biasa dari Simon Si Penyamak Kulit dan Abba Abraham yang percaya penuh pada kebenaran teks Injil, Khalifah Al-Muizzpun mengambil sikap yang sama! Dengan sepenuh hati ia memutuskan untuk percaya pada teks Injil demi meraih kesempurnaan seperti Tuhan. Tanpa ragu ia menyerahkan seluruh kekuasaan pada anaknya, meninggalkan semua kekayaannya, dan meninggalkan semua istrinya demi untuk mengikuti Yesus Kristus dengan menjalani hidup sebagai seorang biarawan sederhana. Bagi Khalifah Al-Muizz, segala kemegahan dan kenikmatan dunia yang dimilikinya menjadi tidak berharga dibandingkan kesempurnaan hidup yang akan diraihnya dengan meneladani Yesus Kristus.
Simon Si Penyamak Kulit, Abba Abraham ibnu Zahra, dan Khalifah Al-Muizz adalah orang-orang yang luar biasa. Memang pernyataan-pernyataan Injil seperti 'cungkillah sebelah mata', 'memindahkan gunung', ataupun 'menjual seluruh harta' tidak dimaksudkan untuk diartikan secara harafiah. Namun apa yang dilakukan oleh ketiga orang tersebut untuk menaati perintah Injil tidak hanya membuktikan kebenaran ayat Injil tapi juga menunjukkan teladan iman yang luar biasa.
Terutama Khalifah Al-Muizz, dia dapat menjadi inspirasi bagi banyak muslim yang merindukan kebenaran dan ingin hijrah dari kegelapan. Jika mujizat Bukit Mokattam di masa lalu telah membuktikan kebenaran iman Kristen dan sekaligus kepalsuan ajaran Islam, tentu hal yang sama hari inipun masih tetap berlaku. Kristen adalah ajaran yang benar dan Islam yang datang kemudian adalah ajaran palsu.
Juga keputusannya untuk meninggalkan seluruh kekuasaan dan kekayaan demi menjadi pengikut Yesus Kristus membuktikan bahwa ajaran iman Kristen menawarkan tujuan hidup tertinggi yang tidak mungkin diperoleh dalam Islam. Dalam ajaran Kristen setiap manusia dipanggil untuk menjadi sempurna seperti Tuhan atau kembali pada kodrat manusia yang diciptakan serupa dengan gambar Tuhan! Islam jelas tidak mungkin menyempurnakan lagi ajaran ini, sebaliknya Islam justru menutupi ajaran ini dari manusia yang terjebak dalam tipuannya.
Semoga kisah hijrahnya Khalifah Al-Muizz ini mampu menjadi inspirasi bagi banyak muslim untuk terbuka pada kebenaran dan hijrah dari kegelapan.
0 Komentar