Ekumenisme Berujung ANTIKRISTUS Berdasarkan Nubuat Kitab Suci



Pax vobis, salam damai dan sejahtera...

Dalam beberapa video terakhir saya sengaja membahas mengenai ekumenisme. Saya membahasnya dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa ekumenisme adalah cara membangun persatuan yang salah dan bertentangan dengan kehendak Tuhan. Jika kita bisa memahami ekumenisme sebagai cara persatuan yang keliru maka kita akan meninggalkan cara tersebut dan mulai membangun persatuan dengan cara yang dikehendaki Tuhan, yaitu kembali bersatu di dalam Gereja-Nya melalui semangat metanoia.

Itu tujuan utamanya!

Seperti yang sudah saya antisipasi sebelumnya, gagasan tersebut tidak hanya mendapatkan dukungan yang cukup banyak tapi juga menuai kritikan tajam. Saya menduga kritikan tersebut datang dari orang-orang Katolik pendukung Konsili Vatikan II dan dari non-Katolik yang selama ini terlibat aktif dalam gerakan ekumensime dalam berbagai bentuknya.

Itu respon yang sangat wajar dan saya bisa memahaminya. Bagi non-Katolik, mereka tentu sulit mengubah cara berpikir ekumenis yang selama ini mereka jalani. Apalagi jika harus mengorbankan ego mereka untuk bersatu kembali ke dalam Gereja Katolik. Pasti sangat berat. Sementara Katolik pendukung konsili juga keberatan karena gagasan metanoia ini bertentangan dengan semangat konsili yang sudah membentuk kekatolikan mereka selama ini. 

Konsili Vatikan II memang dimaksudkan untuk mengarahkan Gereja Katolik agar menerima ekumenisme sebagai cara baru yang sesuai dengan semangat jaman untuk mempersatukan kekristenan. Itu bisa terlihat dari bagaimana Paus Paulus VI menggantikan liturgi Misa Latin Tradisional dengan Misa Novus Ordo untuk satu tujuan, yaitu agar liturgi misa Gereja Katolik semakin mirip dengan liturgi Protestan. Ada bukti yang cukup dari pernyataan Kardinal Annibale Bugnini, arsitek Misa Novus Ordo, bahwa perubahan liturgi misa ini memang dimaksudkan agar kompatibel dengan liturgi Protestan.

Dengan demikian pendukung Konsili Vatikan II sudah pasti pendukung ekumenisme juga. Bahkan saya sampai pada kesimpulan bahwa tujuan utama Konsili Vatikan II adalah untuk membangun semangat ekumenisme. Semangat konsili yang mengajarkan kita untuk membenci sejarah masa lalu Gereja Katolik, mengabaikan ajaran tradisional Gereja Katolik, dan menghilangkan semangat militan Gereja Katolik sesungguhnya ditujukan untuk membangun semangat ekumenisme ini! Jadi sangat wajar jika para pendukung Konsili Vatikan II kebakaran jenggot dan tidak terima ketika saya mengatakan ekumenisme diinspirasikan oleh bapa segala dusta.

Uskup Agung Vigano pernah mengatakan sekiranya saja kita mampu melihat gambar besarnya, dengan mudah kita akan mengetahui kekeliruan dari Konsili Vatikan II. Saya setuju sekali. Itu juga berlaku untuk ekumenisme! Jika kita mampu melihat gambar besarnya maka kita tahu kemana ekumenisme ini akan membawa kita dan siapa yang menginspirasikannya.

Kita seperti orang yang tersesat dan tidak tahu jalan. Tapi karena malu bertanya dan ingin terlihat sama dengan orang lain maka kita terus bergerak mengikuti jalan yang dipilih banyak orang. Sampai akhirnya kita menggunakan google-map dan baru sadar kita sudah tersesat dan salah jalan!

Maka dari itu pada video ini saya akan mengajak kita melihat ujung dari ekumenisme seperti yang tercatat dalam nubuat Kitab Suci:

Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah. (2Tes.2:3-4).

Sangat jelas sudah dinubuatkan oleh Rasul Paulus bahwa akan ada kemurtadan dan manusia durhaka sebelum kedatangan Tuhan.

Jika murtad terjadi di tempat lain itu biasa, sejak dulu sudah terjadi berkali-kali dan bukan tanda-tanda jaman yang menandakan kedatangan Tuhan. Tapi kalau murtad itu terjadi di Gereja Kristus yang dipimpin Petrus akan sangat berbeda. Itu akan menjadi tanda-tanda jaman yang spesifik.

Jadi kemurtadan yang terjadi di Gereja Katolik yang saat ini sedang kita lihat prosesnya, memang sudah dinubuatkan sebelumnya. Dari apa yang sudah saya jelaskan sejauh ini tentang ekumenisme maka dengan mudah kita bisa sampai pada kesimpulan bahwa kemurtadan itu masuk ke dalam Gereja Katolik melalui ekumenisme! Dan ekumenisme dalam Gereja Katolik menjadi mungkin karena adanya Konsili Vatikan II. Sebelum Konsili Vatikan II mustahil ada ekumenisme dan mustahil pula terjadi kemurtadan!

Dimulai dari pelanggaran terang-terangan terhadap perintah pertama dari Sepuluh Perintah Allah dalam kegiatan doa bersama di Asisi 1986. Lalu berulangnya kembali drama penyangkalan Petrus ketika Paus Yohanes Paulus II mencium Quran yang jelas-jelas menyangkal ketuhanan Yesus. Selanjutnya penandatanganan dokumen "Human Fraternity" oleh Paus Fransiskus yang menggagas persatuan umat manusia berdasarkan humanisme. Dan terakhir tentu saja berhala pagan Pachamama yang dihormati di dalam Basilika Santo Petrus beberapa bulan lalu.

Itu semua adalah tanda-tanda jaman yang begitu jelas dan seharusnya dapat kita maknai sebagai upaya pemurtadan Gereja Kristus! Tanda-tanda yang begitu banyak dan sangat jelas itu unik, belum pernah terjadi dalam sejarah Gereja Katolik sebelum adanya Konsili Vatikan II. Dengan demikian dalam iman kita bisa percaya nubuat Rasul Paulus tentang datangnya murtad menjelang kedatangan Tuhan sedang digenapi di jaman kita!

Pertanyaannya, kenapa kemurtadan bisa terjadi di Gereja Katolik?

Sama seperti Yohanes Pembaptis harus mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan, demikian pula nabi-nabi antikristus pendukung konsili harus mempersiapkan kedatangan Sang Antikristus. Tapi jika kedatangan Tuhan dipersiapkan dengan pertobatan, kedatangan Antikristus diperssiapkan dengan kemurtadan! Tepat sebaliknya!

Rasul Paulus dengan jelas mengatakan itu semua pekerjaan siapa:

Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan IBLIS, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan. (2Tes.2:9-12).

Berdasarkan tanda-tandanya, kita tahu kemurtadan yang mengawali atau memfasilitasi kedatangan pendurhaka itu kini sedang terjadi dalam Gereja Katolik sesuai nubuat. Dan kemurtadan itu dimungkinkan terjadi karena ekumenisme, sedangkan ekumenisme dimungkinkan ada dalam Gereja Katolik karena Konsili Vatikan II.

Karena kedatangan si pendurhaka itu pekerjaan iblis, maka ekumenisme yang mengarahkan Gereja pada kemurtadan bisa kita simpulkan adalah pekerjaan iblis. Lalu pekerjaan siapakah Konsili Vatikan II? Silahkan simpulkan sendiri, saya sudah berkali-kali mengatakan itu mustahil pekerjaan Roh Kudus mengingat ada beberapa kesalahan yang disengaja di dalam teks-teks dokumennya.

Jika ekumenisme adalah pekerjaan iblis, maka bukan cuma Gereja Katolik tapi juga denominasi-denominasi Protestan yang menggagas ekumenisme tahun 1910 dan Gereja Ortodoks yang bergabung dalam ekumenisme tahun 1948 juga masuk dalam jebakan betmen. Mereka semua berpartisipasi dalam pekerjaan iblis, sama seperti hirarki Gereja Katolik pendukung Konsili Vatikan II.

Bahkan jika kita memahami strategi klasik iblis "Solve et Coagula" atau "Ordo ab Chao" maka kita akan mengetahui juga bahwa pekerjaan iblis itu sudah dimulai saat terjadi skisma dan reformasi. Saya sudah membahasnya di video ini. Silahkan dilihat kembali jika lupa.

Lalu bagaimana bisa semua kelompok Kristen, mulai dari Protestan, Ortodoks dan sebagian Katolik terjebak pada ekumenisme yang diinspirasi iblis?

Itupun ada jawabannya pada perkataan Rasul Paulus tadi, "...karena mereka TIDAK MENERIMA DAN MENGASIHI KEBENARAN yang dapat menyelamatkan mereka. Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka PERCAYA AKAN DUSTA.."

Tidak menerima dan mengasihi kebenaran ini bisa terjadi pada mereka yang menolak sebagian kebenaran seperti yang terjadi pada skisma atau reformasi, dan bisa juga terjadi pada ekumenisme dimana mereka mengkompromikan kebenaran demi persatuan.

Jadi tidak perlu heran jika para pendukung ekumenisme ini percaya pada dusta. Dalam konteks Gereja Katolik, mereka percaya kalau Konsili Vatikan II itu benar dan karya Roh Kudus! Padahal itu semua dusta yang dirancang oleh "you know who".... Imam-imam, diakon, bahkan Uskup-uskup yang berdasarkan dokumen Konsili Vatikan II percaya bahwa orang Kristen dan Islam menyembah Tuhan yang sama adalah contoh mereka yang percaya pada dusta. Parahnya pandangan seperti itu sekarang menjangkiti nyaris seluruh hirarki..

Jika semua kelompok Kristen termasuk Gereja Katolik sudah terjebak pada pekerjaan iblis melalui ekumenisme, lalu bagaimana dengan janji Tuhan yang mengatakan gerbang alam maut tidak akan menguasai Gereja-Nya?

Menurut Rasul Paulus, janji Tuhan itu akan terpenuhi pada sisa umat Tuhan sebagaimana yang ditulis dalam Rm.11:5. Mereka adalah orang-orang yang menolak untuk disesatkan oleh iblis. Dengan demikian suatu sisa umat yang setia ini jelas tidak mungkin bagian dari Katolik mainstream pendukung Konsili Vatikan II.

Suatu sisa umat yang setia itu pastilah minoritas! Mereka adalah kaum tradisionalis Katolik yang berkomitmen setia pada ajaran Gereja Katolik sebelum konsili dan menolak ajaran-ajaran dusta yang ada dalam Konsili Vatikan II. Mereka tidak tercemar oleh pekerjaan-pekerjaan iblis seperti skisma, reformasi, dan ekumenisme! Pada merekalah janji Tuhan bahwa Gereja-Nya tidak akan dikuasai oleh gerbang alam maut terpenuhi dengan sempurna.

Jadi tidak heran jika Tuhan kita bertanya, "...jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" (Luk.18:8). Tuhan bertanya demikian karena Ia tahu pada saat kedatangan-Nya kelak iman itu tidak ada di mainstream anggota Gereja-Nya yang sudah mengalami kemurtadan. Iman itu hanya ada pada suatu sisa umat-Nya yang masih setia seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus. Berdasarkan ayat ini saja cukup alasan buat kita untuk mulai bersikap kritis terhadap hirarki, karena ini menyangkut keselamatan kekal jiwa kita. Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga, begitu kata Rasul Paulus (2Tes.2:3) Maka janganlah kita tertipu oleh ketaatan buta pada hirarki karena Gereja tidak pernah mengajarkan itu.

Lalu bagaimana kita dapat menjadi bagian dari sisa umat yang setia itu? 

Disinilah metanoia menjadi salah satu cara untuk mencapainya. Pada titik manapun kita saat ini berada, kita dapat memulai perjalanan untuk bersama-sama menjadi bagian dari sisa umat yang setia dengan melakukan metanoia.

Pertama, mulailah dengan mencintai kebenaran dengan cara tidak mengkompromikannya demi alasan apapun. Selanjutnya, kita sangkal semua pekerjaan iblis yang telah menyesatkan kita. Mereka yang ortodoks dengan cara menyangkal skisma, yang Protestan dengan cara menyangkal reformasi, dan yang Katolik dengan cara menyangkal Konsili Vatikan II. Kembalilah pada keadaan sebelum pekerjaan-pekerjaan iblis itu menyesatkan kita.

Ada sebuah komentar yang mengatakan bahwa konsep metanoia yang saya maksud terlampau sederhana sedangkan persatuan ke dalam Gereja Kristus yang satu, kudus, katolik, dan apostlik itu sangat kompleks.

Tidak masalah!

Memang benar persoalan perpecahan Gereja ini sangat kompleks dan upaya metanoia sepertinya terlampau menyederhanakan masalah. Itu harus kita akui. Tapi jangan kecil hati karena sesungguhnya yang mempersatuakan domba-domba terpisah ke dalam satu kawanan dengan satu gembala bukan manusia tapi Tuhan sendiri. Sedangkan kita hanya ikut berpartisipasi dalam karya Tuhan itu. 

Sama seperti ketika Tuhan memberi makan 5000 orang, para rasul tetap diminta untuk menyediakan apa yang bisa mereka sediakan meski itu cuma lima roti dan dua ikan.  Sangat tidak memadai. Tapi Tuhan tetap meminta itu dan selanjutnya Tuhanlah yang memperbanyaknya sehingga menjadi cukup untuk memberi makan 5000 orang, bahkan berlebih.

Demikian juga jangan khawatir tentang sulitnya membangun persatuan Kristen ke dalam satu Gereja Kristus. Bagi manusia memang tidak mungkin, tapi bagi Tuhan segala sesuatu adalah mungkin. Langkah metanoia yang kita lakukan adalah lima roti dan dua ikan yang dapat kita berikan pada Tuhan untuk berpartisipasi dalam karya-Nya, selanjutnya Tuhan sendiri yang akan menyelesaikan sisa pekerjaan yang diperlukan sehingga kita semua akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.

Jadi jangan ragu lagi untuk menolak pekerjaan iblis bernama ekumeisme yang sudah menipu banyak orang. Mari kita bersama-sama membangun persatuan Kristen yang sejati melalui metanoia dan menjadi sisa umat yang setia sampai dengan kedatangan Tuhan kita.

Posting Komentar

0 Komentar