Ekumenisme VS Metanoia - Manakah Yang Kehendak Tuhan?



Pax vobis, salam damai dan sejahtera...

Video di channel ini tentang ekumenisme yang terakhir mendapatkan beberapa komentar yang menarik untuk dibahas. Beberapa tanggapan itu kurang lebih intinya mempertanyakan mengapa upaya persatuan ekumenis yang mengutamakan semangat kasih untuk melebur sekat-sekat perbedaan dogma dianggap salah dan berasal dari kuasa gelap?

Sebenarnya ini sudah terjawab di video, tapi mungkin ada baiknya jika saya membahasnya lagi dari sudut pandang yang lain agar persoalannya menjadi jelas.

Persoalan pokoknya adalah dalam ekumenisme bagaimanapun kita mengkompromikan kebenaran demi persatuan! Itu yang tidak bisa dibenarkan. Ajaran iman Kristen tidak menghalalkan cara untuk mencapai tujuan (Rm.3:8). Dengan demikian mengkompromikan atau mengabaikan kebenaran tidak dapat dibenarkan, sekalipun tujuannya mulia yaitu untuk mempersatukan Kristen.

Tuhan sendiri yang menghendaki sekecil apapun kebenaran tidak boleh diabaikan ketika Dia berkata:

Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. (Mat.5:18).

Ekumenisme sebagaimana yang digagas berbagai denominasi Protestan pada tahun 1910 mengandaikan perlunya dialog dalam membangun persatuan. Dalam dialog, semua pihak yang terlibat berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah. Dengan demikian nilai kebenaran yang mengikat persatuan didasarkan pada apa yang dapat disepakati bersama, dan kebenaran yang tidak disepakati harus diabaikan.

Ini yang menjadi masalah kaena kebenaran tidak lagi bersifat mutlak, tapi relatif dan dapat berubah-ubah!

Dengan semakin berragamnya anggota yang bergabung dalam gerakan ekumensme, maka semakin banyak pula kebenaran Tuhan yang harus diabaikan demi tercapainya persatuan! Padahal perintah Tuhan dalam Injil jelas: tidak satu iotapun kebenaran-Nya boleh diabaikan!

Jadi persatuan berdasarkan ekumenisme pasti bertentangan dengan kehendak Tuhan, sekalipun ekumenisme itu terjadi diantara golongan Kristen yang sama-sama percaya Allah Tritunggal. Mengapa demikian? Karena bagaimanapun pasti ada kebenaran-kebenaran Tuhan yang tidak diakui oleh satu atau lebih golongan Kristen sehingga harus diabaikan demi persatuan. Padahal manusia tidak punya hak untuk mengurangi ketetapan-ketetapan Tuhan dengan alasan apapun, termasuk demi alasan persatuan.

Pertanyaannya, mengapa berbagai kelompok Kristen sekarang malah aktif mengupayakan persatuan dengan cara ekumenisme? 

Jawabannya sederhana, mereka tertipu karena mengira ekumenisme adalah gagasan persatuan yang baik! Sama seperti Adam dulu tertipu untuk memakan buah pengetahuan yang menarik hati.

Gagasan persatuan ekumenis memang sangat menarik dan menggoda. Sekilas tampak sebagai solusi untuk membangun persatuan Kristen. Tapi itu berasal dari kuasa gelap dan sekarang kita sudah melihat kemana ekumenisme itu mengarahkan kita. Begitu semua golongan Kristen terjebak pada ekumenisme maka selanjutnya roh kegelapan yang sama akan mengarahkan persatuan tersebut untuk merangkul juga golongan non-Kristen seperti yang sekarang terjadi.

Yakinlah, demi membangun persatuan dengan golongan non-Kristen kita tidak akan menyebut atau mengaku Yesus Kristus sebagai Tuhan dalam persatuan tersebut. Penyebabnya jelas, ketuhanan Yesus akan jadi ganjalan bagi persatuan! Itu sesuai dengan apa yang dikatakan Tuhan dalam Injil, "...barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga." (Mat.10:33). Meskipun kita tetap mengimani Yesus dalam hati, kalau kita menyangkal-Nya di depan orang, kita tetap bersalah!

Selanjutnya, gerakan persatuan ini terus diperluas dan akan merangkul juga golongan yang tidak percaya Tuhan. Akibatnya Tuhan disingkirkan sepenuhnya demi persatuan! Itulah kemurtadan umat Tuhan yang diinginkan iblis, bapa segala dusta, dari ekumenisme yang ditawarkannya.

Dengan kegiatan doa bersama semua agama di Asisi tahun 1986 yang digagas oleh Paus Yohanes Paulus II tanda-tanda yang mengarah pada kemurtadan sudah nampak. Dan melalui dokumen "Human Fraternity" yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus tahun lalu, kita sudah bisa melihat apa tujuan sesungguhnya dari ekumenisme. Dokumen 'Human Fraternity" praktis menghentikan semangat penginjilan dan menandai dimulainya proses persatuan semua agama berdasarkan prinsip kemanusiaan, sesuai dengan nama dokumen tersebut. Dengan kata lain kita sedang digiring untuk menuju pada kemurtadan seperti yang sudah dinubuatkan oleh Rasul Paulus dalam 2Tes.2:3.

Tapi ironisnya, masih banyak juga orang yang tidak sadar padahal buah-buah buruknya sudah begitu jelas!

Kembali pada apa yang saya sampaikan di awal tadi, ada orang-orang yang bertanya mengapa ekumenisme yang didasarkan pada semangat kasih dianggap salah? Seolah-olah dengan alasan kasih ekumenisme itu seharusnya benar.

Itu cara pandang yang keliru!

Kasih yang berasal dari TUHAN tidak mungkin melanggar hukum Tuhan atau mengabaikan kebenaran. Kalau ada kasih yang mengabaikan kebenaran, maka itu pasti kasih manusiawi yang tidak berasal dari Tuhan! Karena didasarkan pada semangat kasih yang semata-mata manusiawi itulah maka gerakan ekumenisme pada akhirnya tersesat dan terarah pada kemurtadan yang membahayakan jiwa setiap Kristen! Maka alasan kasih juga tidak bisa dijadikan alasan untuk mengabaikan kebenaran!

Dalam Injil Tuhan berkata, "Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan." (Mat.12:30).

Karena Yesus Kristus adalah Kebenaran maka ekumenisme yang mengkompromikan dan mengabaikan kebenaran sama dengan menyangkal Kristus. Atau dengan kata lain, tidak bersama Kristus. Karena tidak bersama Kristus sama dengan melawan Kristus, maka ekumenisme melawan Kristus! 

Jadi semoga jelas bagi kita bahwa persatuan Kristen berdasarkan ekumenisme harus kita tolak karena bertentangan dengan kehendak Tuhan. Satu-satunya pilihan yang tersisa adalah bersatu kembali di dalam Gereja Kristus melalui metanoia! Tidak ada pilihan yang lain lagi!

Semua konflik yang pernah terjadi dan mengakibatkan perpecahan, entah itu skisma atau reformasi, dapat kita selesaikan dengan cara khas Kristen, yaitu maafkan dan lupakan. Selanjutnya melalui metanoia setiap kelompok mengkoreksi diri dan kembali pada posisi semula sebelum perpecahan terjadi.

Dengan cara ini persatuan Kristen tidak akan mengkompromikan dan mengabaikan satu iotapun kebenaran. Satu-satunya yang kita korbankan dalam persatuan ini adalah ego kita masing-masing. Dan itu berlaku buat semua kelompok, baik Katolik, Ortodoks, maupun Protestan. Karena kebenaran tidak kita korbankan maka dalam iman kita bisa percaya cara ini sejalan dengan kehendak Tuhan.

Kalau ada yang mengatakan keberatan karena itu berarti kembali bersatu ke dalam Gereja Katolik maka perlu diingat dua hal ini: 

Yang pertama, Gereja Katolik juga harus melakukan proses metanoia yang sama yaitu kembali pada Gereja Katolik sebelum dirusak oleh Konsili Vatikan II. Proses tersebut sama beratnya dengan Gereja Ortodoks kembali pada keadaan sebelum skisma atau Protestan kembali pada keadaan sebelum reformasi.

Yang kedua, Tuhan sendiri yang menghendaki semua domba-domba-Nya kembali menjadi satu kawanan dengan satu gembala (Yoh.10:16). Memang benar Yesus Kristus sendirlah Gembala itu (Yoh.10:14), tapi sebelum Tuhan kita naik ke surga kepada Petruslah tongkat penggembalaan itu diberikan dengan pernyataan hingga tiga kali berturut-turut (Yoh.21:15-17). Dengan demikian Tuhan Yesus sendiri yang telah menunjuk Petrus sebagai Wakil-Nya.

Jadi tidak ada keraguan bahwa Tuhan menghendaki kita kembali bersatu di dalam Gereja-Nya yang digembalakan oleh Petrus dan para penggantinya. Sejelek apapun keadaan Gereja itu sekarang, tetaplah itu Gereja Kristus yang didirikan Tuhan sendiri sejak semula dan akan tetap ada sampai akhir jaman sesuai janji Tuhan sendiri. Itulah rumah kita bersama tempat kita harus bersatu kembali. Jangan mau ditipu untuk bersatu di tepat lain melalui ekumenisme! Persatuan berdasarkan ekumensme sudah pasti tidak akan terjadi di Gereja yang didirikan oleh Tuhan kita!

Sekedar meringkaskan kembali....

Kita perlu memahami, kekeliruan mendasar dari ekumenisme adalah mengabaikan atau mengkompromikan kebenaran demi persatuan. Semakin banyak kelompok yang ingin dipersatukan dalam ekumenisme, semakin banyak pula kebenaran yang harus diabaikan atau dikompromikan. Pada akhirnya ekumenisme ini akan berujung pada persatuan yang sepenuhnya berdasarkan nilai kemanusiaan dan mengabaikan Tuhan.

Dengan demikiam ekumenisme adalah rencana iblis untuk menggiring seluruh manusia pada kemurtadan. Siapapun yang mendukung ekumenisme, telah termakan tipu daya iblis yang amat licik. Sekarang semua kelompok sudah termakan tipuan iblis ini, baik itu Protestan, Ortodoks, maupun Katolik.

Sudah waktunya kita mengatakan TIDAK pada ekumenisme dan membangun persatuan Kristen sesuai dengan kehendak Tuhan. Yaitu bersatu kembali di dalam satu-satunya Gereja Kristus yang kudus, katolik, dan apostolik dengan melakukan metanoia.

Ini memang berat, tapi dengan memohon pertolongan Tuhan kita bisa percaya dan berharap bahwa persatuan Kristen yang sejati sebagai satu kawanan dengan satu gembala akan tercapai pada waktunya. Tuhan sendirilah yang menghendakinya dan kita tidak punya pilihan lain.

Posting Komentar

0 Komentar