Katekese Untuk Kawanan Kodok #1 | Bolehkah Awam Mengkritisi Hirarki Yang Sah?

 


Transkrip:

Salam damai dan sejahtera...

Ini adalah seri video baru dari Crusader Network yang bermaksud memberikan penjelasan tentang posisi kekatolikan tradisional dari sudut pandang awam. Diberi judul "Katekese untuk kawanan kodok" untuk menggambarkan situasi kebanyakan orang Katolik yang mirip seperti ungkapan cerita perumpamaan sekawanan kodok, yang merasa nyaman berada di panci yang sedang dipanaskan. Mereka merasa nyaman karena suhu air naik secara perlahan dan bertahap, semakin lama semakin panas. Ada beberapa kodok yang sadar akan bahaya dan segera keluar, tapi sebagian besar kodok-kodok itu tetap merasa nyaman sampai akhirnya air di panci menjadi terlalu panas dan mereka tidak dapat lagi bergerak keluar saat mereka sadar akan bahayanya. Itulah gambaran karikatur dari sebagian besar orang Katolik yang tidak menyadari bahwa perubahan bertahap yang terjadi di Gereja setelah Konsili Vatikan II, sebenarnya sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa setiap orang.

Pada video pertama ini kita akan menanggapi banyak komentar orang-orang Katolik terhadap video-video Crusader Network yang mengkritisi keadaan Gereja Katolik pasca-konsili. Mereka berkata: Crusader Network bukan magisterium, Crusader Network cuma awam dan tidak berhak berbicara tentang ajaran resmi Gereja, Crusader Network is Martin Luther jaman now, who are you to judge, dan sebagainya. Intinya, sebagian besar orang Katolik masih berpikir bahwa awam tidak dibenarkan berbicara tentang ajaran Gereja, apalagi sampai mengkritisi hirarki yang sah.

Tapi benarkah Gereja Katolik seperti itu?

Ternyata sejarah Gereja tidak membenarkan opini halu semacam itu!

Tidak lama setelah diangkat menjadi Patriarkh Konstantinopel, pada tahun 428-429 Nestorius mulai aktif mengajarkan bahwa Bunda Maria bukan Bunda Allah atau Theotokos. Menurutnya Bunda Maria hanyalah Bunda Kristus, atau Kristotokos, karena ia hanya melahirkan Yesus sebagai manusia dan bukan sebagai Putra Allah. Tapi suatu saat ketika Nestorius sedang memberikan homili di Hagia Sophia - Konstantinopel, seorang awam bernama Eusebius dari Doryleum tidak tahan mendengar pengajaran-pengajaran sesat itu. Ia lantas secara lantang dan terbuka menentang Patriarkh Nestorius. Dalam sebuah pernyataannya Eusebius berteriak lantang, "Sabda Allah yang kekal telah tunduk untuk dilahirkan kembali!" Dengan pernyataan itu Eusebius menekankan bahwa Bunda Maria sungguh-sungguh melahirkan Yesus sebagai Sang Sabda Allah, dengan demikian Bunda Maria adalah Theotokos atau Bunda Allah.

Eusebius kemudian menulis "Contestatio" untuk melawan kesesatan Nestorius. Ia juga mengirim surat pada Patriakh Kiril dari Aleksandria untuk melaporkan persoalan ini. Akhirnya upaya Eusebius ini mendatangkan hasil. Patriarkh Aleksandria yang didukung oleh pemimpin Gereja Roma, Paus Selestin, pada tahun 431 mengadakan Konsili Efesus untuk membahas ajaran sesat Nestorius. Dalam Konsili Efesus inilah dogma Maria sebagai Bunda Allah ditetapkan Gereja secara resmi. Sementara itu ajaran Nestorius dinyatakan sesat dan Nestorius yang menolak menarik ajarannya harus di-ekskomunikasi.

Berkat jasa-jasanya membela ajaran Gereja, Eusebius akhirnya diangkat menjadi Uskup. Tapi harus diingat bahwa saat Eusebius menentang Patriarkh Nestorius, statusnya masih seorang awam biasa. Fakta sejarah ini menjadi bukti bahwa di dalam Gereja Katolik, awam tidak dilarang untuk bersuara, termasuk menentang hirarki yang menyimpang dari ajaran iman yang benar. Eusebius dalam tindakan protesnya sebagai awam, tidak melawan ajaran Gereja atau memberontak melawan hirarki yang sah. Yang ia lakukan adalah menentang upaya penyesatan ajaran Gereja meski hal itu dilakukan oleh seorang Patriarkh sekalipun. Kisah heroik Eusebius menentang Patriarkh Nestorius ini sekaligus menjadi bukti peran awam yang penting dalam menjaga ortodoksi ajaran Gereja. 

Jika di abad 5 awam tidak dilarang untuk menentang hirarki yang mengajarkan ajaran menyimpang, hari ini pun seharusnya tetap demikian. Kita sebagai awam boleh bersuara dan menentang ajaran-ajaran sesat, meski itu disuarakan oleh hirarki tertinggi sekalipun. Rasul Petrus terbukti pernah melakukan kesalahan berkali-kali, maka Paus dan magisterium juga bisa jatuh dalam kesalahan seperti Petrus.

Yang menjadi pegangan mutlak kita adalah deposit iman, yaitu seluruh ajaran yang telah dinyatakan Tuhan kita kepada para Rasul (Yoh.17:8). Ketaatan kita pada ajaran iman para Rasul adalah tanda ketaatan kita pada Tuhan. Maka jika ada hirarki, siapapun dia, yang mengajarkan ajaran yang berbeda atau menyimpang dari ajaran iman para Rasul, kita tidak wajib taat. Kitab Suci sudah mengajarkan agar kita lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia (Kis. 5:29) maka kita harus lebih taat kepada ajaran iman para Rasul ketimbang pada perintah hirarki yang menyimpang.

Sekalipun kita hanya awam biasa, prinsip keselamatan jiwa adalah hukum yang tertinggi telah memberi kita hak yang tak dapat diganggu gugat untuk menolak ajaran-ajaran yang sesat dan membahayakan jiwa kita. Bahkan sejarah Gereja telah membenarkan kita untuk menentang atau menolak kesesatan yang dibawa oleh hirarki.

Apa yang dilakukan Crusader Network saat ini tidak lebih hanya mengulangi apa yang dilakukan oleh Eusebius dari Doryleum untuk melawan Nestorius-Nestorius jaman ini. Sejauh kita melakukannya dengan mengacu pada ajaran iman para Rasul, berjuang untuk mempertahankan ortodoksi ajaran Gereja, dan tidak memisahkan diri dari Gereja Kristus yang satu, kudus, katolik dan apostolik, sejarah akan berpihak pada kita.

Terima kasih atas perhatian anda...

Viva Christo Rey!


Posting Komentar

0 Komentar