Pax vobis, salam damai....
Di awal tadi saya tampilkan video yang sedang viral dimana-mana. Memang itu bukan video asli, tapi tentu anda semua tahulah... video apa yang saya maksud. Yaitu video birawati-biarawati yang menyanyikan lagu lebaran.
Banyak yang memuji-muji di medsos, meskipun tentu saja juga banyak yang mencela.
Tapi biarawati-biarawati tersebut tidak sendiri, ada banyak kaum hirarki atau religius yang melakukan tindakan kurang lebih sama...
Alasan paling umum yang disampakan orang-orang semacam itu adalah ingin menunjukkan semangat toleransi. Ini tentu perlu dipartanyakan. Jika toleransi berarti menghargai agama lain, maka tolerensi semacam itu, langsung atau tidak langsung, sudah menutup pintu bagi Amanat Agung Tuhan untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa. Dengan kata lain itu toleransi yang bertentangan dengan perintah TUHAN kita. Karenanya bentuk toleransi semacam itu pasti tidak berkenan di mata Tuhan. Toleransi semacam itu paling-paling hanya menuai pujian manusia, tidak lebih.
Kita bertoleransi pada orang, bukan pada agama.
Alasan lain yang juga sering digunakan adalah sebagai ungkapan kasih pada saudara-saudara kita yang berbeda agama. Ini makin salah. Kasih itu berarti memberikan yang terbaik bagi orang yang kita kasihi. Apa yang terbaik bagi saudara-saudara kita yang belum memgenal Kristus? Tentu saja mewartakan Kristus kepada mereka sehigga mereka memperoleh jalan keselamatan. Tidak ada yang lebih baik dari itu!
Memuji-muji agama mereka, atau bahkan ikut-ikutan dalam praktek agama mereka seperti ikut buka puasa bersama atau malah mengadakan kegiatan buka bersama di gereja seperti yang cukup banyak terjadi, sama sekali bukan tindakan kasih. Itu sama halnya dengan kita mendukung dan mendorong saudara kita yang sedang berjalan menuju jurang...
Jika kita tahu jalan keselamatan tapi kita membiarkan dan bahkan mendorong saudara kita untuk celaka, kita tidak bermoral. Lebih dari itu, kitapun kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas jiwa-jiwa yang tersesat karena kelalaian kita.
Tapi tidak adil kalau kita hanya menyalahkan suster-suster itu. Nyatanya banyak imam dan bahkan uskup yang kurang lebih melakukan tindakan semacam itu. Paus Yohanes Paulus II yang mencium Alquran dan tidak pernah dianggap salah adalah contoh paling buruk dari semua itu. Terutama karena Paus Yohanes Paulus II sudah dikanonisasi menjadi orang kudus tanpa pernah kita dengar penyesalannya atas tindakan tragis tersebut.
Kalau seorang 'santo' Katolik terbukti dibenarkan menghargai agama lain dengan mencium kitab sucinya, apa yang dilakukan suster-suster tadi tidak bisa dianggap salah. Langsung atau tidak langsung, mereka hanya meneladani apa yang dilakukan oleh santo tersebut.
Bahkan Paus Yohanes Paulus II menurut saya juga korban. Dia korban dari semangat dialog dan penghargaan terhadap agama-agama lain yang dimunculkan oleh dokumen-dokumen Konsili Vatikan II.
Dokumen Nostra Aetate misalnya, sangat menonjolkan penghargaan terhadap agama-agama lain. Memang benar, ada hal-hal baik dan benar di agama-agama lain. Ini tidak perlu disangkal. Setidaknya hal-hal baik dan benar itu jadi alasan mengapa agama-agama tersebut bisa punya banyak pengikut...
Tapi, sayang sekali dokumen Nostra Aetate sama sekali tidak menyebutkan agama-agama lain tersebut memiliki kekurangan dan kesesatan. Padahal itu penting untuk diketahui agar orang Katolik tidak terjerumus dalam sikap indiferetisme dan sinkretisme.
Lebih parah lagi, dalam dokumen Lumen Gentium disebutkan bahwa kita (Katolik) dan muslim menyembah Tuhan yang sama. Karena sebagai eks-muslim saya cukup mengenal ajaran islam dan saya sudah membuat banyak video yang membahas soal ajaran islam, saya yakin 100 persen teks tersebut salah. Kita dan muslim tidak menyembah Tuhan yang sama karena tidak mungkin Allah Tritunggal sama dengan allah swt yang menyangkal ketuhanan Yesus.
Kembali ke trio suster tadi, memang apa yang dilakukan mereka tidak patut ditiru dan diulang lagi. Tapi mereka cuma korban. Korban dari semangat ekumenis dan dialog yang muncul dari teks-teks yang buruk dalam dokumen-dokumen Konsili Vatikan II.
Tidak bisa disangkal, apa yang mereka lakukan adalah satu dari banyak buah-buah buruk Konsili Vatikan II. Sudah saatnya kita melakukan kritik serius dan lugas terhadap dokumen-dokumen tersebut jika kita ingin Gereja Katolik menjadi lebih baik...
Terima kasih atas perhatian anda...
Viva Christo Rey...
0 Komentar