Dikutip dari Churchmilitant.com tanggal 21 Februari 2020.
Bekas menteri Nigeria mempersalahkan Barack Obama atas pembantaian umat Kristen di Nigeria. Ia juga menyebut Hillary Clinton dan John Kerry ikut andil terhadap kesalahan tersebut.
Femi Fani-Kayode, mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nigeria, menyalahkan pemerintahan Obama karena mendukung kandidat presiden Nigeria 2015 Muhammadu Buhari, yang seorang Muslim. Buhari memenangkan pemilihan presiden dan setelah itu, kata Fani-Kayode, ia bersikap lunak terhadap Boko Haram.
"Apa yang dilakukan Obama, John Kerry dan Hilary Clinton ke Nigeria dengan mendanai dan mendukung [Muhammadu] Buhari dalam pemilihan presiden 2015 dan membantu Boko Haram pada 2014/2015 adalah sebuah kejahatan.... Darah semua orang yang terbunuh oleh pemerintahan Buhari, para gembala Fulani dan Boko Haram selama lima tahun terakhir ada di tangan mereka," demikian ujar Fani-Kayode, mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nigeria.
Fani-Kayode menyatakan bahwa jika Donald Trump menjadi presiden Amerika pada tahun 2015, masalahnya akan berbeda. "Boko Haram akan menjadi sejarah dan para gembala Fulani [yaitu kelompok mayoritas Muslim yang juga menyerang orang-orang Kristen] tidak akan pernah berjaya," katanya.
Kelompok-kelompok pemantau penganiayaan di Nigeria memperkirakan bahwa lebih dari 7000 orang Kristen Nigeria telah terbunuh karena iman dalam lima tahun terakhir.
----------
Dikutip dari lifesitenews.com tanggal 20 Februari 2020.
Gereja Katolik Patriotik Cina yang sudah resmi diakui oleh Paus Fransiskus kini menyetujui aborsi dan kontrasepsi.
Persetujuan Vatikan dengan Cina dan Gereja Katolik Patriotik yang didirikan oleh negara telah menunjukkan buah buruknya berupa kegagalan Gereja Katolik Patriotik untuk mengajarkan Injil Kehidupan. Sejak didirikannya memang Gereja Katolik Patriotik Katolik Cina ada di bawah pengaruh pemerintah Komunis China yang pro-aborsi dan pro-kontrasepsi.
Namun sebelum diakui Vatikan, sikap Gereja Patriotik Cina tidak eksplisit dalam masalah ini demi memuluskan proses pengakuan. Setelah eksistensinya diakui, mereka dengan tegas mulai menunjukkan keberpihakannya pada kebijakan pemerintah komunis Cina, termasuk dalam masalah moral dengan menyetujui aborsi dan penggunaan kontrasepsi....
Belum diketahui bagaimana sikap Vatikan atas masalah ini. Menurut hukum kanonik Gerje Katolik, mereka yang menyetujui dan mendukung aborsi otomatis berada di luar Gereja Katolik alias terekskomunikasi secara latae sententiae!
Masalahnya beranikah Paus Fransiskus kembali menyatakan mereka ter-ekskomunikasi dan tidak lagi menjadi bagian dari Gereja Katolik?
Dikutip dari ChurchMilitant.com 21 Februari 2020..
Seorang imam anggota staf Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama, Fr. Michael Weninger, dilaporkan telah menggunakan posisinya untuk merekrut anggota-anggota Freemason ke dalam Kuria Roma, demikian menurut beberapa sumber.
Umat Katolik yang marah menuntut Fr. Michael Weninger agar diekskomunikasi, setelah ChurchMilitant melaporkan bahwa ia menerbitkan sebuah buku setebal 500 halaman yang dengan tegas mengklaim bahwa umat Katolik dapat bergabung dengan freemason tanpa terkena ekskomunikasi.
Weninger menyatakan bahwa kebingungan tentang apakah Freemason Katolik di-ekskomunikasi berasal dari kontradiksi dalam Hukum Kanonik th 1983 - yang, menurutnya, menghilangkan pengutukan terhadap Freemasonry yang terkandung dalam Hukum Kanonik th 1917 - dan juga pernyataan yang memberatkan dari CDF pada tahun 1983.
Namun, seorang ahli Hukum Kanonik yang tak ingin disebut namanya membantah klaim Weninger sebagai "omong kosong." Berbicara kepada ChurchMilitant, sang kanonis bersikeras bahwa "Hukum Kanonik Gereja Katolik Roma masih menyatakan kecaman ekskomunikasi secara otomatis (latae sententiae) untuk keanggotaan Freemason sesuai dengan hukum kanonik th 1983, karena Freemasonry merupakan sekte sesat."
Apologis Katolik Dr. Taylor Marshall yang menulis buku tentang infiltrasi freemason di dalam tubuh Gereja Katolik mengatakan kepada ChurchMilitant bahwa keterbukaan Weninger tentang dukungannya kepada Freemasonry dan karyanya yang memuji Freemason menjadi pembenaran terhadap buku infiltrasi masonik yang ditulisnya.
Dr. Taylor Marshall mengatakan demikian,
"Ketika buku 'Infiltrasi' pertama kali diterbitkan pada tahun 2019, beberapa pakar golongan kiri-liberal dengan cepat menganggap buku itu sebagai 'teori konspirasi. Tapi dalam waktu kurang dari satu tahun kita telah melihat buah-buah busuk yang tampak di mata publik, mulai dari kasus McCarrick hingga skandal Pachamama. Dan sekarang kita telah mendapat konfirmasi secara eksplisit atas peringatan dari Paus St. Pius X tentang Freemasonry yang hidup di dalam Gereja bagaikan parasit."
Dr. Marshall selanjutnya menceritakan bagaimana "Paus Pius IX, Paus Leo XIII, dan Paus St. Pius X, ketiganya berbicara secara terbuka dalam dokumen magisterial Gereja menentang 'Freemasonry' dan kelompok-kelompok rahasia yang 'berperang melawan Gereja Katolik dan doktrin-doktrinnya."
Sebagai tambahan informasi, delapan Paus selama 200 tahun telah mengeluarkan 20 larangan dan kecaman yang konsisten terhadap Freemasonry dan pernyataan-pernyataan tersebut tidak pernah dicabut.
Dikutip dari lifesitenews.com 19 Februari 2020..
Dalam sebuah analisis mendalam tentang Himbauan Apostolik Querida Amazonia, Uskup Athanasius Schneider memuji apa yang dia pandang sebagai keputusan Paus Fransiskus untuk tidak melemahkan selibat imam dan tidak membuka pintu bagi “diakonat” wanita. Namun dia juga mengkritik “ambiguitas dan kesalahan doktrinal” yang menurutnya ada di dalam dokumen tersebut.
Uskup Athanasius Schneider menyatakan bahwa sikap Querida Amazonia tentang selibat imam dan penolakan terhadap “diakon” perempuan menggambarkan "secercah harapan di tengah kebingungan yang sedang berlangsung." Ini terlepas dari berbagai keterbatasan teologis dan kekeliruan yang ada dalam dokumen tersebut.
Uskup Schneider memulai analisisnya dengan menggambarkan “gempa rohani” yang disebabkan oleh Querida Amazonia di kalangan “media mainstream anti-Kristen” dan konferensi uskup dan birokrat awam modernis-liberal (khususnya di wilayah berbahasa Jerman) yang menghendaki perubahan nyata di Gereja.
Dia menegaskan bahwa reaksi dari kaum liberal dan modernis ini mengungkapkan tidak hanya keyakinan awal mereka bahwa selibat imam akan dihapuskan, dan tahbisan perempuan akan disetujui, tetapi juga bahwa mereka telah memanfaatkan orang-orang Amazon secara kejam "sebagai alat untuk mencapai tujuan politik gerejawi mereka."
Menyamakan reaksi tersebut dengan keributan seputar pengumuman Paus Paulus VI tentang ensiklik Humanae Vitae 1968, Uskup Schneider mengatakan dia percaya bahwa sikap Paus Fransiskus mengenai “hukum selibat imam dan tahbisan wanita” sebagai kelegaan bagi semua umat Katolik sejati.
"Batu karang Petrus, yang selama kepausan sekarang ini hampir terus-menerus diselimuti kabut, telah menjadi batu kokoh di tengah laut, setidaknya untuk sementara waktu, melawan tekanan ombak yang menerjang, dan mulai diterangi oleh cahaya janji Kristus, ” demikian tulis Uskup Athanasius Schneider.
Uskup Schneider mengatakan dia yakin cahaya yang samar ini akan menjadi "cahaya yang bersinar" jika Paus Fransiskus menyatakan secara ex-cathedra bahwa "Sakramen Imamat, dalam ketiga tingkatan yaitu diakonat, presbiterat, dan keuskupan, adalah hanya diperuntukkan bagi laki-laki. ”
Dalam analisisnya, Uskup Athanasius Schneider menyatakan bahwa kita harus "dengan adil" juga mengakui bahwa "Querida Amazonia secara keseluruhan menggambarkan perbaikan dibandingkan dengan Dokumen Akhir Sinode Amazon," demikian tulisnya sambil mengutip beberapa contoh.
Tapi Uskup Schneider juga menjelaskan bahwa “...kita tetap tidak dapat diam tentang ambiguitas doktrinal dan kesalahan yang dikandungnya, dan juga terhadap kecenderungan ideologisnya yang berbahaya.”
Dia secara khusus mengidentifikasi Querida Amazonia sebagai "dukungan implisit terhadap spiritualitas panteistik dan pagan," khususnya dalam pernyataan Paus Fransiskus bahwa orang-orang Kristen dapat "mengambil simbol asli dengan cara tertentu, tanpa harus menganggapnya sebagai penyembahan berhala" dan juga penyebutan Santa Perawan Maria sebagai "ibu dari semua makhluk".
Dia juga mengidentifikasi "kecenderungan utama dokumen yang keliru", "promosi naturalisme," dan apa yang dia sebut sebagai "gema panteisme dan Pelagianisme tersembunyi."
"Kecenderungan seperti itu dapat dideteksi dalam penekanan dan nilai yang berlebihan dari Querida Amazonia yang menempatkan perhatian pada realitas alam dan hal-hal duniawi" yang 'melemahkan banyak' mandat Gereja untuk mengkhotbahkan pertobatan demi pengampunan dosa bagi semua bangsa sebagaimana tertulis dalam Injil," demikian tulisnya.
Selanjutnya Uskup Schneider menambahkan, “Yesus Kristus tidak mengatakan: 'Allah memnyerahkan Putra Tunggal-Nya, agar planet ini dan bagiannya seperti wilayah Amazon tidak binasa tetapi memperoleh kehidupan alami yang berlimpah.' Yesus juga tidak mengatakan: 'Pergi dan nyatakan bahwa Kerajaan Bunda Bumi sudah dekat..... "
"Ciptaan material menderita justru karena miskinnya kehidupan supernatural jiwa manusia dari rahmat Kristus," demikian ditegaskan oleh Uskup Athanasius Schneider.
Sambil memanggil 'orang-orang sederhana' di Gereja untuk berdoa agar "secercah harapan" yang ditawarkan Querida Amazonia dalam kebisuannya terhadap tuntutan pelonggaran selibat imam dapat "berkembang menjadi cahaya yang terang," Uskup Schneider mengulangi kata-kata Tuhan kepada Wakilnya di Bumi melalui mistikus abad keempat belas, St. Bridget dari Swedia: “Mulailah untuk memperbaharui gereja yang Aku beli dengan darah-Ku sendiri agar dapat terbaharui dan dibawa kembali secara spiritual ke dalam kekudusannya yang murni”.
“Kuria Romawi saat ini sedang melewati krisis besar karena keterlibatannya yang berlebihan dalam urusan duniawi dan temporal, sedemikian rupa sehingga Tahta Suci telah menjadi ... semacam asrama putri PBB.... Tuhan pasti akan campur tangan dan menyucikan Roma dan kepausan, seperti yang Dia lakukan berkali-kali di masa lalu," demikian tulis Uskup Athanasius Schneider dalam analisisnya.
TEKS LENGKAP ANALISIS USKUP ATHANASIUS SCHNEIDER
0 Komentar