Berita Mingguan - 17 Februari 2020



Berita penting minggu ini adalah dirilisnya Himbauan Apostolik Sinode Amazon yang diberi judul, "Querida Amazonia". Berita dan ulasan lengkapnya akan kami tempatkan di bagian akhir Berita Minggan hari ini....

Dikutip dari lifesitenews...

Gereja Katolik Patriotik Cina yang dikelola komunis "selalu bersifat skismatik obyektif" dan tetap seperti itu "tetapi (sekarang) dengan restu dari Tahta Suci," demikian kata Kardinal Joseph Zen dalam wawancara dengan lifesitenews di New York beberapa hari lalu.

Dalam pembicaraan selama 20 menit tersebut Kardinal Zen menyesalkan sikap diam Paus atas penyalahgunaan kekuasaan Cina di Hong Kong dan menggambarkan situasi yang mengerikan bagi umat Katolik Cina yang setia.

Mengomentari kesepakatan rahasia Vatikan-Cina, Kardinal Zen memperingatkan bahwa komunis “tidak pernah menerima kompromi. Mereka menginginkan penyerahan penuh. ..Dengan rezim totaliter, tidak ada kemungkinan pembicaraan atau tawar-menawar. Tidak, tidak, ... Mereka hanya ingin kamu berlutut."

Seperti yang kita ketahui bersama, di masa Paus Fransiskus Vatikan telah mengubah kebijakannya dengan tidak lagi mendukung Gereja Katolik bawah tanah yang setia. Sebaliknya Vatikan malah mengakui Gereja Katolik Patriotik yang skismatik dan dikendalikan pemerintah komunis Cina. Dengan keputusan politik kotor ini Gereja Katolik bawah tanah yang selama ini setia kepada Vatikan merasa dikhianati karena mereka kini diharuskan bekerjasama dengan Gereja Katolik Patriotik yang dengan semena-mena terus menindas mereka.



Masih dari lifesitenews...

Ekonom dan pendukung pengendalian populasi Amerika Jeffrey Sachs telah mengumumkan bahwa mitra pendanaan potensial untuk Pakta Pendidikan Global Mei 2020 yang digagas Paus Fransiskus untuk menciptakan "humanisme baru", diantaranya termasuk miliarder AS Bill Gates, tokoh bisnis terkaya di Tiongkok Jack Ma, UNESCO dan badan-badan PBB lainnya, dan juga Bank Pembangunan Islam.

Bagi Jeffrey Sachs dan beberapa penyandang dana potensial, sarana utama bagi pengendalian populasi adalah melalui pendidikan. Ini juga merupakan metode kontrol populasi yang lebih disukai Uskup Marcelo Sánchez Sorondo, penasehat Akademi Ilmu Pengetahuan Kepausan di mana pengumuman itu dibuat.

Berbicara di sebuah lokakarya Vatikan tentang Pakta Pendidikan Global yang dipandu oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Kepausan, pada 6–7 Februari, Sachs mengatakan ia telah “berbicara dengan beberapa orang terkaya di dunia” dan yakin bahwa sekitar $ 26 miliar dolar AS dana pendidikan tahunan dapat dijamin.

Kegigihan pendukung pengendalian populasi Jeffrey Sachs dalam mengupayakan dana bagi Pakta Pendidikan Glogal yang digagas oleh Paus Fransiskus mengindikasikan satu hal: Pakta Pendidikan Global akan menjadi sarana cuci otak generasi muda demi mendukung agenda kaum globalis. Salah satunya adalah pengendalian populasi yang termasuk diantaranya adalah propaganda penggunaan kontrasepsi, legalisasi aborsi, dan juga penerimaan gaya hidup LGBT.

Dengan dukungan dana yang begitu besar tentu saja agenda kaum globalis ini akan mendapatkan porsi besar dalam kebijakan-kebjakan yang diambil dalam Pakta Pendidikan Global. Jika demikian, apakah masih ada tempat bagi iman dan moral Kristen dalam Pakta Pendidikan Global?

Sepertinya kita layak pesimis...

---------

Pada hari Rabu 12 Februari 2020, Paus Francis merilis teks resminya untuk Sinode Amazon. Himbauan Apostolik yang berjudul "Querida Amazonia" tersebut membuat gerah kaum liberal karena dianggap gagal menerima dua usulan penting Sinoda Amazon, yaitu imamat bagi orang yang sudah kawin dan pentahbisan diakon wanita.

Meskipun tampaknya Himbauan Apostolik Paus Fransiskus gagal untuk menerima proposal kaum liberal dan progresif untuk imamat bagi orang yang sudah kawin dan diakon perempuan, banyak yang yakin masih ada banyak ruang bagi kaum progresif untuk memajukan agenda revolusioner tersebut bagi Gereja Katolik.

Ini terutama dipicu oleh keputusan Paus Fransiskus yang secara resmi mengikutsertakan seluruh dokumen akhir Sinode Amazon dalam Himbauan Apostolik tersebut.

Dalam bagian pendahuluan Paus Fransiskus menuliskan demikian,

Pada saat yang sama, saya ingin secara resmi menyajikan Dokumen Akhir, yang berisi kesimpulan Sinode, yang mengambil untung dari partisipasi banyak orang yang tahu lebih baik daripada diri saya atau Kuria Romawi tentang masalah-masalah di wilayah Amazon, karena mereka tinggal di sana, mereka ikut merasakan penderitaannya dan mereka sangat mencintainya. Saya lebih suka tidak mengutip Dokumen Akhir dalam Himbauan Apostolik ini, karena saya ingin mendorong semua orang untuk membacanya secara penuh.

Perlu dicatat, Paus Fransiskus dengan jelas mengikutsertakan Dokumen Akhir secara resmi dalam Himbauan Apostoliknya. Artinya apapun yang diusulkan dalam Dokuman Akhir Sinode Amazon tetap terbuka untuk dipelajari lebih lanjut. Inilah yang kemudian jadi pegangan bagi kaum progresif untuk terus melanjutkan agenda pembaharuan mereka.

Sementara itu dalam teks Himbauan Apostoliknya Paus Fransiskus sama sekali tidak menyebut tentang masalah selibat. Sedangkan mengenai pentahbisan wanita, Paus Fransiskus tidak membenarkannya. Perkembangan positif ini tidak lepas dari perjuangan tidak kenal lelah dari tokoh-tokoh seperti Kardinal Gerhard Muller, Kardinal Brandmuller, Kadinal Raymond Burke, Uskup Agung Vigano, Uskup Athanasius Schneider, dan lain-lain yang terus mengkritisi dan menentang berbagai upaya perubahan yang dilakukan oleh Paus Fransiskus.

Dan tentu saja penerbitan buku oleh Paus Emeritus Benediktus XVI dan Kardinal Robert Sarah yang kontroversial beberapa minggu lalu pasti berdampak cukup besar.

Hal lain yang menggembirakan dalam Himbauan Apostolik ini adalah pernyataan Paus Fransiskus tentang perlunya penginjilan bagi wilayah Amazon dan pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya penyelamat. Sebenarnya ini pernyataan standar, tapi karena dinyatakan oleh Paus Fransiskus yang selama ini berkecenderungan ekumenis jadi terdengar menggembirakan.

Yang menjadi masalah, bagaimana dengan dokumen "Human Fraternity" yang justru secara implisit menyangkal penginjilan dan menyangkal Yesus sebagai penyelamat satu-satunya? Bersediakah Paus Frasiskus mengkoreksinya? Ini masih menjadi pertanyaan besar....

Selain itu ada masalah penting yang luput jadi perhatian, yaitu masalah inkulturasi budaya pagan ke dalam liturgi!

Mengenai hal itu Paus Fransiskus menyatakan demikian,

Janganlah kita cepat menggambarkan sebagai takhayul atau paganisme praktik keagamaan tertentu yang muncul secara spontan dari kehidupan masyarakat. ... Adalah mungkin untuk mengambil simbol asli dengan cara tertentu, tanpa harus menganggapnya sebagai penyembahan berhala.

Dengan pernyataan tersebut Paus Fransiskus secara resmi telah membenarkan skandal pachamama yang terjadi di Vatikan tahun lalu. Dampaknya akan sangat berbahaya karena pembenaran resmi tersebut akan membuka peluang bagi keuskupan di manapun untuk melakukan hal serupa dengan budaya lokal masing-masing! Karenanya kita tidak perlu heran jika sebentar lagi akan bermunculan berbagai sakrilegi di gereja-gereja atas nama inkulturasi! Tidak perlu heran jika kelak ada kuda lumping pada prosesi Jalan Salib, atau ada patung Semar di dalam gereja!

Menurut kami, terlepas dari beberapa pernyataan positif yang ada dalam Himbauan Apostolik "Querida Amazonia", pembenaran inkulturasi ekstrim ini adalah pernyataan paling berbahaya dan paling merusak dalam dokumen tersebut...

Terima kasih atas perhatian anda, sampai jumpa pada berita mingguan berikutnya...

Posting Komentar

0 Komentar