Transkrip:
Salam damai dan sejahtera...
Bagi banyak orang dari berbagai agama rangkaian kunjungan Paus Fransiskus ke berbagai negara Asia termasuk Indonesia beberapa hari lalu, dipandang positif sebagai upaya yang mendorong semangat toleransi dan dialog agama demi perdamaian. Tapi puja-puji banyak orang itu justru mengingatkan kita pada perkataan Tuhan:
"Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu." (Luk.6:26)
Bagi sebagian orang Katolik, kunjungan Paus tersebut justru mempertegas fakta bahwa Gereja Katolik sedang berada dalam krisis yang berat akibat kemurtadan besar yang sudah dinubuatkan dalam Kitab Suci.
Mulai dari ucapannya di Istana Negara bahwa Gereja Katolik melayani kebaikan bersama dan tidak melakukan proselitisme atau menarik pengikut agama lain menjadi anggotanya, hingga tindakannya memberi berkat tanpa tanda salib ataupun menyebut Allah Tritunggal dalam Nama Bapa - Putra - dan Roh Kudus, Paus Fransiskus sama sekali tidak mencerminkan dirinya sebagai pemimpin Gereja Katolik dan Wakil Kristus. Dia seolah datang sebagai pemimpin agama ekumenis baru yang merangkul semua agama dalam satu wadah agama universal.
Sikapnya sebagai pemimpin agama ekumenis semakin jelas dalam pertemuannya di Singapura dengan sekelompok orang muda lintas agama..
[video]
"Setiap agama adalah jalan menuju kepada Tuhan..." demikianlah yang dikatakannya dengan amat jelas di depan banyak orang muda lintas agama. Pernyataan ini langsung bertentangan dengan perkataan Tuhan dalam Injil:
"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yoh.14:6)
Pernyataannya juga melanggar ajaran Gereja Katolik yang menyatakan 'extra ecclesiam nulla salus,' di luar Gereja tidak ada keselamatan. Selain itu pernyataan tersebut juga sama dengan salah satu pernyataan yang telah dikutuk oleh Paus Pius IX dalam "Syllabus of Errors":
Manusia dapat, dengan menjalankan agama apa pun, menemukan jalan keselamatan abadi, dan mencapai keselamatan abadi. (Syllabus of Errors no. 16).
Jadi pernyataan Paus Fransiskus itu menyangkal Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan, menyangkal Gereja Katolik sebagai satu-satunya agama yang benar, dan sekaligus dikutuk oleh Paus Pius IX. Apa yang dilakukan Paus Fransiskus mengingatkan kita pada Petrus yang dihardik Tuhan tidak lama setelah ia ditetapkan sebagai batu karang yang akan menjadi fondasi Gereja-Nya.
"Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Mat.16:23).
Semangat ekumenis yang ditampilkan Paus Fransiskus menunjukkan bahwa ia lebih memilih apa yang diinginkan manusia ketimbang melakukan apa yang dikehendaki Tuhan. Dan ini adalah tanda yang amat jelas bahwa Gereja Katolik tengah masuk ke dalam periode kemurtadan besar yang sudah dinubuatkan Rasul Paulus (2Tes.2:3). Kemurtadan besar di Gereja memang hanya mungkin terjadi jika penyesatan itu berasal dari hirarki pada pucuk pimpinan yang tertinggi. Jika tidak, dengan mudah kesesatan tersebut di-anathema dan dipisahkan dari Gereja.
Kemurtadan besar ini tidak dimulai oleh Paus Fransiskus, tapi sudah sejak Paus Yohanes XXIII membangkang perintah Bunda Maria untuk membuka rahasia ketiga Fatima pada tahun 1960 dan memilih mengadakan Konsili Vatikan II beberapa tahun kemudian. Konsili sesat inilah yang membuka segala perubahan merusak di Gereja Katolik sampai hari ini. Kemudian proses kemurtadan dilanjutkan oleh Paus Paulus VI yang mempromulgasikan misa blasteran Novus Ordo untuk menggantikan Misa Latin Tradisional. Lalu diperparah oleh Paus Yohanes Paulus II yang membuka tradisi ekumenisme semua agama dengan mengadakan doa bersama semua agama di Asisi tahun 1986. Itu semua adalah rangkaian kemurtadan besar di Gereja Katolik yang terjadi setelah Konsili Vatikan II, dan menjadi semakin parah di masa Paus Fransiskus.
Pertanyaannya: bagaimana dengan janji Kristus bahwa Gereja-Nya tak akan terkalahkan alam maut?
Selain kemurtadan besar, Rasul Paulus juga menubuatkan adanya sisa umat yang setia (Rm.11:2-5). Dalam sisa umat yang setia ini, yaitu semua orang Katolik baik awam maupun klerus yang menolak pembaharuan Konsili Vatikan II, janji Tuhan bahwa Gereja-Nya tak terkalahkan tetap tergenapi di dalam Gereja Katolik. Dalam sisa umat yang setia inilah seluruh deposit iman, yaitu seluruh ajaran iman para Rasul, akan tetap terjaga utuh sampai akhir jaman.
Terima kasih atas perhatian anda...
Viva Christo Rey!
0 Komentar