Uskup Agung Vigano: Ada Kanker di Gereja Katolik


Pax vobis, salam damai dan sejahtera...

Sebuah surat yang mengejutkan disampaikan oleh Uskup Agung Vigano kepada biarawati-biarawati yang disembunyian identitasnya untuk menjawab surat mereka. Surat tersebut dimuat di situs lifesitenews tanggal 1 Juni 2020.

Dalam surat tersebut Uskup Agung Vigano menyesalkan pucuk hirarki yang menghambakan diri mereka pada Pangeran dunia ini. Mereka ikut larut dalam rencana kaum globalis membangun Tatanan Dunia Baru dengan satu agama global yang baru, yang tidak lain adalah Gereja AntiKristus.

Uskup Agung Vigano juga menyamakan krisis yang terjadi sekarang ini sebagai metastasis atau efek dari penyebaran kanker ganas Konsili Vatikan II yang sudah mendekam di Gereja Katolik selama setengah abad. Dengan pernyataan tersebut secara terbuka Uskup Agung Vigano telah mengidentifikasi KVII sebagai penyakit kanker bagi Gereja, yang harus segera dibuang agar Gereja Katolik kembali pulih pada kejayaannya semula. Ini sebuah pernyataan tegas yang agak terlambat, tapi masih sangat relevan dan diperlukan.

Kita membutuhkan pernyataan semacam itu dari Gembala Gereja Katolik yang dapat kita percaya, untuk meyakinkan kita bahwa perjuangan menolak Konsili Vatikan II adalah perjuangan yang benar.

Dalam suratnya Uskup Agung Vigano juga menyinggung soal neo-paganisme yang tidak lain adalah spiritualitas 'Laudato Si' yang sekarang sedang giat dipromosikan ke seluruh umat. Itu akan mengalihkan perhatian umat Katolik dari pentingnya keselamatan jiwa-jiwa yang membutuhkan karya penebusan Tuhan kita, menjadi kepeduLian pada keselamatan lingkungan demi menyelaraskan hati dan pemikiran umat pada agenda kaum globalis.

Sekarang kita mulai berbicara soal 'new normal', tidak hanya di negeri ini tapi juga dimana-mana di seluruh dunia. Sesungguhnya dalam ranah spiritual 'new-normal' itu sudah dimulai di Gereja Katolik sejak Konsili Vatikan II. Semangat konsili dengan jargon-jargon aggiornamentonya adalah roh dari 'new-normal' yang sudah dialami Gereja Katolik selama setengah abad. Tidak heran jika Misa Gereja Katolik paska konsili disebut dengan istilah Misa Novus Ordo...

New normal, baik di Gereja Katolik maupun di dunia bukanlah hal yang baik. Itu adalah langkah awal yang perlu untuk menjerumuskan seluruh dunia ke dalam Tatanan Dunia Baru yang totaliter dan melawan Tuhan. Kita semua yang berkehendak baik, harus menentangnya!

Berikut adalah terjemahan bebas dari surat Uskup Agung Vigano:

Saudari terkasih,
Terima kasih banyak atas surat Anda, yang saya baca dengan penuh perhatian. Saya sepenuhnya setuju dengan visi Anda yang jelas dan realistis tentang situasi krisis saat ini yang melibatkan Gereja dan dunia.

Dengan tatapan adikodrati, dikuatkan oleh Kitab Suci dan berbagai pesan dari Bunda Maria, kita dapat memahami bahwa pada saat ini kita dapat melihat dengan lebih jelas dimensi nyata dari bentrokan besar antara yang Baik dan Jahat, antara anak-anak Terang dan anak-anak Kegelapan. Apa yang membuat orang benar-benar terluka adalah melihat bagaimana pucuk Hierarki secara terbuka menempatkan diri mereka untuk melayani Pangeran dunia ini, dengan mengadopsi tuntutan yang dibuat oleh PBB untuk agenda globalis, persaudaraan Masonik, ekologi Malthusian, dan imigrasianisme ... 

Apa sedang diciptakan adalah satu agama global tanpa dogma atau moral, menurut rancangan kaum Freemasonry ... jelas bahwa Bergoglio, bersama dengan mereka yang ada di belakangnya dan para pendukungnya, bercita-cita untuk memimpin parodi Gereja Kristus yang suram ini.

Saya yakin Anda juga telah memperhatikan, saudari yang terkasih, desakan dari begitu banyak Prelatus dan media Katolik tentang perlunya Tatanan Dunia Baru: Kardinal dan Uskup telah membicarakannya, juga La Civiltà Cattolica, Vatican News, Avvenire dan L'Osservatore Romano, yang dengan kesombongannya mereka mampu mengatakan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terdengar [di kalangan Katolik] berkat perlindungan yang mereka nikmati [dari kepemimpinan hierarki]. 

Tetapi jika dilihat lebih dekat, kemampuan orang jahat untuk bergerak dan bertindak, untuk menyembunyikan niat mereka, jauh lebih kecil daripada yang dipikirkan sebelumnya: mereka begitu yakin telah mencapai tujuan mereka sehingga secara terbuka mengungkapkan niat mereka dengan arogansi dan kesombongan, mengesampingkan kehati-hatian dan kecerdikan yang sebelumnya memungkinkan mereka untuk tetap tersembunyi. 

Lihatlah betapa terbukanya pendukung pemerintah-pemerintah dunia dan kaum elite yang ingin memaksakan tirani mereka pada rakyat; lihatlah bagaimana, bersama dengan mereka, suatu neo-paganisme juga secara terbuka mengungkapkan dirinya sebagai lengan religius dari tirani ini, yang didefinisikan oleh beberapa orang sebagai kemurtadan hijau. 

Kita tahu siapa mereka, apa yang memotivasi tindakan mereka dan apa tujuan mereka: di belakang mereka selalu ada Pangeran dunia ini, yang melawan milisi kita yang tercabik-cabik di bawah pimpinan Ratu Kemenangan, dan bersama dengan pasukan malaikat surga yang jauh lebih besar dan menggetarkan. 

Tetapi karena kita telah memilih sisi dalam medan pertempuran ini, kita tidak boleh takut, karena Tuhan kita telah menang, dan Dia menawarkan kita kesempatan berharga untuk menenun bagi diri kita sendiri mahkota yang sangat mulia di jaman apokaliptik ini.

Saya percaya bahwa poin penting untuk secara efektif melakukan pertempuran spiritual, doktrinal dan moral melawan musuh-musuh Gereja adalah keyakinan bahwa krisis saat ini merupakan metastasis dari kanker konsili: Jika kita belum memahami hubungan sebab akibat antara Vatikan II dan semua konsekuensinya selama enam puluh tahun terakhir, tidak akan mungkin untuk mengarahkan kemudi Gereja kembali ke arah yang diberikan oleh Nahkoda Ilahinya, yaitu suatu arah yang telah dipertahankan selama dua ribu tahun. 

Selama berpuluh-puluh tahun mereka mengkatekisasi kita dengan ungkapan penuh kebencian "tidak ada jalan untuk kembali" sehubungan dengan Liturgi, Iman, pengajaran moral, pertobatan, dan mati-raga. Hari ini kita mendengar ungkapan yang sama diulang secara kasar di ranah sipil, dengan mengindoktrinasi massa bahwa "tidak ada yang sama seperti sebelumnya". 

Modernisme dan Covid-19 adalah bagian dari merek yang sama, dan bagi siapa pun yang memiliki pandangan transenden, tidak sulit untuk memahami bahwa ketakutan terbesar dari mereka yang ingin kita percaya bahwa perlombaan menuju jurang tidak dapat dihindari dan tak terhentikan adalah bahwa kita tidak akan mempercayai mereka, kita mengabaikan mereka, dan membuka kedok konspirasi mereka. 

Ini adalah tugas kita hari ini: membuka mata banyak orang, baik klerus maupun religius, yang belum menyusun gambaran utuh, yang membatasi diri mereka dalam memandang kenyataan dengan cara yang parsial dan terputus-putus. Segera setelah kita membantu mereka memahami mekanismenya, mereka akan mengerti segalanya.

Adalah mungkin untuk kembali, saudari yang terkasih, adalah mungkin untuk melakukannya sedemikian rupa sehingga kebaikan yang diambil secara curang dari kita dapat dipulihkan: tetapi hanya dalam koherensi doktrin, tanpa kompromi, tanpa pamrih, tanpa oportunisme. Tuhan akan berkenan memberi kita bagian dalam kemenangan-Nya, meskipun kita lemah dan tanpa sarana materi, hanya jika kita akan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada-Nya dan kepada Bunda-Nya yang suci.

Saya mempercayakan diri saya pada doa-doa Anda dan doa-doa rekan-rekan Anda, dan saya memberkati Anda serta seluruh komunitas Anda dari hati saya.

+ Carlo Maria Viganò, Uskup Agung

Demikian surat dari Uskup Agung Vigano yang saya kutip dari lifesitenews...

Terima kasih banyak atas perhatian anda..

Viva Christo Rey!

Posting Komentar

0 Komentar