Pax vobis, salam damai dan sejahtera...
Setelah bencana wabah ini sedikit-sedikit mulai teratasi dan seluruh dunia berangsur-angsur mulai merangkak menuju kehidupan normal, Amerika Serikat kembali diguncang kerusuhan sosial melalui isu kematian George Floyd.
Kaum kiri yang awalnya begitu teguh memaksakan tindakan pengendalian ketat dengan alasan pandemi, kini secara munafik malah memprovokasi kerusuhan yang tanpa malu melanggar semua upaya pengendalian ketat yang sebelumnya mereka perjuangkan dengan gigih bahkan hingga gereja-gereja harus ditutup. Dan ini semua dibantu oleh provokasi media-media mainstream yang busuk dan jahat, yaitu media-media kacung globalis.
Uskup Agung Vigano melihat keadaan ini tidak semata-mata soal politik, tapi lebih jauh lagi berkaitan dengan perang spiritual antara Terang dan Kegelapan. Dalam konteks kepedulian itu Uskup Agung Vigano mengirimkan surat kepada Presiden Donald Trump untuk mengingatkannya akan realitas ini serta memberikan dukungan moral dan spiritual yang tegas kepadanya.
Berikut adalah terjemahan bebas dari surat Uskup Agung Vigano kepada Presiden Donald Trump yang saya kutip dari lifesienews...
----------
Minggu Tritunggal Maha Kudus.
Bapak Presiden,
Dalam beberapa bulan terakhir kita telah menyaksikan pembentukan dua sisi yang berlawanan yang saya sebut secara Biblikal: anak-anak terang dan anak-anak kegelapan. Anak-anak terang mewakili bagian mayoritas dari umat manusia, sedangkan anak-anak kegelapan mewakili kaum minoritas absolut. Namun yang pertama adalah objek diskriminasi yang menempatkan mereka dalam situasi inferioritas moral terhadap musuh-musuh mereka, yang sering memegang posisi strategis dalam pemerintahan, dalam politik, dalam ekonomi dan di media. Dengan cara yang tampaknya tidak dapat dijelaskan, kebaikan disandera oleh orang jahat dan oleh orang-orang yang membantu mereka, baik karena kepentingan pribadi ataupun karena ketakutan.
Kedua sisi ini, memiliki karakter Biblikal yang merujuk pada pemisahan tegas antara keturunan Perempuan dan keturunan Ular. Di satu sisi ada orang-orang yang, walaupun mereka memiliki seribu cacat dan kelemahan, termotivasi oleh keinginan untuk berbuat baik, jujur, untuk membesarkan keluarga, untuk terlibat dalam pekerjaan, untuk memberi kemakmuran bagi tanah air mereka, untuk membantu mereka yang membutuhkan, dan berupaya taat kepada Hukum TUHAN, demi memperoleh Kerajaan Surga. Di sisi lain, ada orang-orang yang melayani diri mereka sendiri, yang tidak memiliki prinsip moral, yang ingin menghancurkan keluarga dan bangsa, mengeksploitasi pekerja untuk membuat diri mereka semakin kaya, memicu perpecahan internal dan perang, dan mengakumulasi kekuasaan dan uang: bagi mereka ilusi keliru tentang kesejahteraan duniawi suatu hari kelak - jika mereka tidak bertobat - menghasilkan nasib buruk yang menanti mereka dalam kutukan kekal dan jauh dari Tuhan.
Dalam masyarakat, Tuan Presiden, kedua realitas yang saling bertentangan ini hidup berdampingan sebagai musuh abadi, sama seperti Tuhan dan Setan adalah musuh abadi. Dan tampaknya anak-anak kegelapan - yang mungkin dengan mudah kita kenali pada 'deep state' yang dengan bijak Anda lawan dan yang dengan giat berperang melawan Anda di hari-hari ini - telah memutuskan untuk menunjukkan kartu mereka, dengan kata lain, sekarang ini sedang mengungkapkan rencana mereka.
Mereka tampaknya sangat yakin telah mampu mengendalikan segalanya sehingga mereka mengesampingkan kehati-hatian yang selama ini telah menyembunyikan niat mereka yang sebenarnya. Investigasi yang sedang berjalan akan mengungkapkan bahwa tanggungjawab sebenarnya dari mereka yang mengelola darurat Covid tidak hanya di bidang perawatan kesehatan tetapi juga dalam politik, ekonomi, dan media. Kita mungkin akan menemukan bahwa dalam operasi rekayasa sosial yang kolosal ini ada orang-orang yang telah memutuskan takdir umat manusia, yang secara tidak sah telah menganggap diri mereka memiliki hak untuk bertindak melawan kehendak rakyat dan wakil-wakilnya dalam pemerintahan berbagai negara.
Kita juga akan menemukan bahwa kerusuhan pada hari-hari ini diprovokasi oleh mereka, yang melihat bahwa wabah virus itu mulai memudar dan kewaspadaan sosial terhadap pandemi berkurang, tentu harus memprovokasi gangguan sipil, karena keadaan demikian akan diikuti oleh represi yang, meskipun sah, dapat dikecam sebagai agresi yang tidak dapat dibenarkan terhadap penduduk sipil. Hal yang sama juga terjadi di Eropa, dengan kecocokan yang sempurna.
Cukup jelas bahwa penggunaan protes jalanan sangat berperan bagi tujuan mereka yang dalam pemilihan presiden mendatang ingin melihat terpilihnya seseorang yang akan mewujudkan tujuan dari 'deep state' dan akan mengekspresikan tujuan-tujuan itu dengan setia dan penuh keyakinan. Tidak akan mengejutkan jika, dalam beberapa bulan, kita akan belajar sekali lagi bahwa di balik tindakan perusakan dan kekerasan ini ada orang-orang yang berharap mendapatkan keuntungan dari kekacauan tatanan sosial untuk dapat membangun kembali dunia tanpa kebebasan: Solve et Coagula, seperti yang diajarkan dalam prinsip Masonik.
Meskipun kelihatannya membingungkan, keberpihakan yang berlawanan seperti yang saya jelaskan tadi juga ditemukan di kalangan religius. Ada Gembala yang setia memelihara kawanan Kristus, tetapi ada juga gembala-gembala mata duitan yang berusaha mencerai-beraikan domba-domba dan menyerahkan domba untuk dimangsa oleh serigala yang buas. Tidak mengherankan bahwa gembala bayaran ini adalah sekutu anak-anak kegelapan dan membenci anak-anak terang: sama seperti ada 'deep-state', ada juga 'deep-church' yang mengkhianati tugasnya dan mengingkari komitmennya yang terhadap Tuhan. Demikianlah Musuh Yang Tak Terlihat, yang dilawan oleh penguasa yang baik dalam urusan publik, juga diperangi oleh para gembala yang baik di lingkungan Gereja. Ini adalah pertempuran spiritual yang saya bicarakan dalam Petisi yang diterbitkan pada tanggal 8 Mei yang lalu.
Untuk pertama kalinya, Amerika Serikat memiliki di dalam diri Anda seorang Presiden yang dengan berani membela hak untuk hidup, yang tidak malu mencela penganiayaan orang-orang Kristen di seluruh dunia, yang berbicara tentang Yesus Kristus dan hak warga negara atas kebebasan untuk beribadah. Partisipasi Anda dalam March for Life, dan baru-baru ini Anda memproklamirkan bulan April sebagai Bulan Pencegahan Pelecehan Anak Nasional, adalah tindakan yang mengkonfirmasi pihak manakah yang ingin Anda lawan. Dan saya percaya bahwa kita berdua berada di pihak yang sama dalam pertempuran ini, walaupun dengan senjata yang berbeda.
Karena alasan ini, saya percaya bahwa serangan yang Anda alami setelah kunjungan Anda ke Perziarahan Nasional Santo Yohanes Paulus II adalah bagian dari narasi media yang disusun dengan tujuan bukan untuk tidak memerangi rasisme dan membawa ketertiban sosial, tetapi untuk memperburuk keadaan; bukan untuk membawa keadilan, tetapi untuk melegitimasi kekerasan dan kejahatan; bukan untuk melayani kebenaran, tetapi untuk mendukung satu faksi politik. Dan membingungkan bahwa ada para Uskup - seperti yang baru-baru ini saya kecam - yang, dengan kata-kata mereka, membuktikan bahwa mereka bersekutu di pihak yang berseberangan. Mereka tunduk pada 'deep state', pada globalisme, pada gagasan Tata Dunia Baru yang lebih sering mereka sebut sebagai 'persaudaraan universal' yang sama sekali tidak bersifat kristiani, tetapi yang membangkitkan cita-cita Masonik dari mereka yang ingin mendominasi dunia dengan mengusir Tuhan keluar dari pengadilan, keluar dari sekolah, keluar dari keluarga, dan bahkan mungkin juga keluar dari gereja.
Orang-orang Amerika sudah dewasa dan sekarang telah memahami betapa media mainstream tidak ingin menyebarkan kebenaran tetapi berusaha untuk membungkam dan membelokkannya, serta menyebarkan kebohongan yang mendukung kepentingan tuan-tuan mereka. Namun, penting bahwa orang-orang baik - yang merupakan mayoritas - bangun dari kelesuan mereka dan tidak menerima begitu saja ditipu oleh minoritas orang-orang yang tidak jujur dengan tujuan-tujuan mereka yang sudah pasti. Adalah perlu bahwa orang-orang baik, yaotu anak-anak Terang, bersatu dan membuat suara mereka didengar. Apa cara yang lebih efektif untuk melakukan hal ini, Tuan Presiden, selain dengan doa, meminta Tuhan untuk melindungi Anda, Amerika Serikat, dan seluruh umat manusia dari serangan Musuh yang luar biasa ini? Di hadapan kekuatan doa, tipu daya anak-anak kegelapan akan runtuh, rencana mereka akan terungkap, pengkhianatan mereka akan ditunjukkan, kekuatan menakutkan mereka akan berakhir sia-sia, dibongkar dalam terang dan diekspos apa adanya: penyesatan dari neraka.
Tuan Presiden, doa saya terus-menerus diarahkan kepada bangsa Amerika yang terkasih, di mana saya mendapat kehormatan untuk dikirim oleh Paus Benediktus XVI sebagai Apostolic Nuncio. Di saat yang dramatis dan menentukan bagi semua umat manusia ini, saya berdoa untuk Anda dan juga untuk semua orang yang ada di pihak Anda dalam pemerintahan Amerika Serikat. Saya percaya bahwa orang-orang Amerika bersatu dengan saya dan Anda dalam doa kepada Tuhan Yang Mahakuasa.
Bersatu melawan Musuh yang Tak Terlihat dari umat manusia, saya memberkati Anda dan Ibu Negara, bangsa Amerika yang terkasih, dan semua orang yang berkehendak baik.
+ Carlo Maria Viganò
Uskup Agung Titular dari Ulpiana
Mantan Nuncio Apostolik ke Amerika Serikat
0 Komentar