Transkrip:
Salam damai dan sejahtera...
Beberapa komentar pada video bagian pertama menunjukkan ada cukup banyak orang Katolik yang mendukung keberadaan Misa Katolik Ritus Maya ini. Dapat diduga umumnya mereka adalah pengikut Misa Novus Ordo dan pendukung Konsili Vatikan II, yang menganggap adanya ritus Maya sebagai bukti berhasilnya proses inkulturasi di Gereja Katolik.
Dengan proses inkulturasi tersebut budaya setempat tidak diasingkan dari kekatolikan, tapi dengan harmonis dapat diintegrasikan ke dalamnya. Keragaman liturgi yang akan muncul dari proses-proses inkulturasi, apabila ini terjadi juga di berbagai budaya lain, akan menjadi bukti bagaimana kekatolikan telah menjadi kekuatan yang mampu mengilahikan atau membaptis budaya setiap bangsa.
Benarkah demikian?
Sebelum kita menyetujui gagasan 'ideal' semacam itu, mari kita belajar dari sejarah. Kita perlu tahu mengapa Paus St. Pius V mempromulgasikan Misa Latin Tridentin menjadi satu-satunya lex orandi, atau liturgi resmi Gereja Katolik pada tahun 1570. Apa yang dilakukan Paus St. Pius V tidak dapat dilepaskan dari adanya gerakan reformasi Protestan yang muncul pada masa itu. Gerakan bidat tersebut berkembang luas dan banyak merongrong ajaran iman Katolik, nyaris di seluruh Eropa. Salah satu cara penyusupan pengaruh ajaran bidat ini adalah melalui berbagai upaya pembaharuan atau perubahan liturgi.
Perlu diketahui, untuk menanamkan pengajaran bidatnya, Martin Luher telah mengubah liturgi bagi para pengikutnya sedemikian rupa agar sesuai dengan teologi bidat mereka dan secara prinsip berbeda dari liturgi Katolik. Perubahan liturgi secara signifikan juga dilakukan oleh Thomas Cranmer, Uskup Agung Anglikan di Canterbury, juga dengan tujuan agar teologi Misa Anglikan yang protestan menjadi berbeda dari teologi Misa Katolik. Disini kita melihat jelas bahwa liturgi erat kaitannya dengan iman, lex orandi lex credendi, bagaimana kita berdoa menentukan bagaimana iman kita. Iman protestan yang berbeda dari Katolik memang membutuhkan liturgi ibadat yang berbeda juga.
Dalam upayanya untuk memutus pengaruh bidat protestan yang terus merongrong iman Katolik itulah, maka Paus St. Pius V memutuskan untuk menyeragamkan liturgi Katolik menjadi Misa Latin Tridentin melalui dokumen "Quo Primum Tempore." Tujuannya adalah menjaga keutuhan iman Katolik dari upaya infiltrasi ajaran bidat yang berkedok upaya pembaharuan atau perubahan liturgi!
Penetapan satu-satunya liturgi Misa Katolik itu diikuti dengan ancaman kutukan bagi siapapun yang berani mengubahnya. Karena Rasul Paulus mengutuk siapapun yang mengajarkan iman yang berbeda (Gal.1:8-9), demikian juga Paus St. Pius V mengutuk siapapun yang berani mengubah liturgi misa! Mengubah liturgi misa sama artinya dengan mengubah iman!
Paus St. Pius V masih tetap mengijinkan penggunaan ritus misa Katolik yang umurnya lebih dari 200 tahun, seperti misalnya Ritus Ambrosius dan Ritus Mozarabik. Alasannya, ritus-ritus tua tersebut terbebas dari berbagai ideologi sesat yang ikut mempengaruhi munculnya reformasi protestan. Jadi pertimbangannya adalah: sterilnya ritus-ritus tersebut dari kemungkinan pengaruh ajaran bidat yang masuk ke dalam liturgi.
Dengan demikian keputusan Paus St. Pius V untuk mempromulgasikan Misa Tridentin dan membiarkan ritus-rutus tua tetap eksis didasarkan pada satu tujuan penting, yaitu menjaga keutuhan ajaran iman Katolik dari berbagai upaya perubahan dengan cara menjaga kemurnian liturgi Katolik.
Keinginan Paus St. Pius V ini juga tercermin pada semangat setiap orang yang setia mengikuti Misa Latin Tridentin sebagai satu-satunya liturgi misa Katolik mereka! Keikutsertaan mereka pada Misa Latin Tridentin secara eksklusif adalah cermin dari keinginan mereka untuk menjaga keutuhan ajaran iman Katolik!
Tapi setelah Konsili Vatikan II segalanya menjadi berubah!
Konsili sesat tersebut tidak lagi percaya bahwa Gereja Katolik sudah menerima seluruh kebenaran secara penuh yang tidak akan pernah berubah (Yoh.17:8). Melalui dokumen Dei Verbum 8 jelas dikatakan bahwa Gereja masih terus berkembang menuju kebenaran yang penuh, entah sampai kapan! Artinya ajaran Gereja konsili akan terus-menerus berubah!
Dengan perubahan paradigma inilah maka Gereja konsili tidak bisa lagi bertahan dengan liturgi Misa Tridentin yang tertutup bagi segala perubahan. Gereja konsili yang ajarannya terus akan berubah membutuhkan sebuah liturgi baru yang dapat melayani keinginan sesatnya, yaitu Misa Novus Ordo. Liturgi misa yang baru ini sejak semula memang dirancang untuk terbuka terhadap segala bentuk perubahan.
Perubahan yang dikomodasi dalam liturgi Misa Novus Ordo salah satunya adalah inkulturasi budaya lokal! Proses ini secara bertahap sudah mulai berjalan sejak Misa Novus Ordo mulai diterapkan di berbagai keuskupan beberapa puluh tahun yang lalu. Dari sini kita tahu bahwa peresmian Misa Katolik ritus Maya baru-baru ini hanyalah konsekuensi logis dari upaya inkulturasi yang memang dimungkinkan dan bahkan didorong dalam liturgi Misa Novus Ordo!
Tujuan adanya berbagai perubahan dalam Misa Novus Ordo tidak lain adalah mengubah iman Katolik terus-menerus sesuai dengan konteks budaya dan perkembangan jaman. Terutama demi membangun semangat ekumenisme yang menjadi agenda utama dari Konsili Vatikan II.
Ini tujuan yang tepat berlawanan dengan tujuan dari Paus St. Pius V ketika menetapkan Misa Tridentin sebagai satu-satunya liturgi Misa Katolik! Bisa kita simpulkan, Misa Tridentin bertujuan untuk menjaga keutuhan ajaran iman Katolik sementara Misa Novus Ordo justru bertujuan untuk mengubah ajaran iman Katolik sesuai agenda dan semangat konsili!
Misa inkulturatif yang menjadi salah satu buah dari Misa Novus Ordo akan menjadi pintu masuk bagi gagasan-gagasan sesat dari budaya lokal atau "kearifan lokal" yang akan mengubah iman Katolik secara bertahap. Ini seperti memasukkan anak ular atau anak macan ke dalam rumah. Awalnya tidak terlihat berbahaya, bahkan lucu dan menggemaskan. Namun ketika dibiarkan tumbuh besar, ular dan macan tersebut suatu saat akan menerkam tuan rumah. Demikianlah elemen-elemen budaya lokal yang masuk ke dalam liturgi Misa Katolik, yang awalnya tampak tidak berbahaya, pada perkembangannya suatu saat akan mengubah iman Katolik menjadi berbeda sama sekali!
Jadi sekarang buat mereka yang masih mendukung upaya-upaya inkulturasi, termasuk mendukung adanya Misa Katolik ritus Maya, pertimbangannya adalah ini:
Manakah yang lebih penting bagi Gereja Katolik sesuai dengan kehendak Tuhan: mengangkat budaya lokal ataukah menjaga keutuhan iman Katolik?
Saya memilih yang kedua, yaitu menjaga keutuhan ajaran iman Katolik! Maka bagi saya, misa Katolik adalah Misa Latin Tridentin atau TIDAK SAMA SEKALI!
Terima kasih atas perhatian anda..
Viva Christo Rey!
0 Komentar