Transkrip:
Setelah kejutan serangan bom pager dan walkie-talkie yang merontokkan ribuan teroris Hezbollah, kembali Israel menuai kekaguman dunia dengan serangan udara langsung ke Iran. Target serangan di Iran kurang lebih berjarak 1500 - 2000 KM dari Israel dan harus melewati wilyah udara Suriah, Yordania, dan Iraq. Ini operasi serangan yang sangat kompleks karena melibatkan sekitar 100 pesawat jet F-15, F-16, dan F-35 dengan dibantu tiga pesawat pengisian bahan bakar, dan sebuah pesawat khusus untuk serangan elektronik.
Pesawat-pesawat tempur Israel mulai mengudara menuju Iran pada pukul 02.00 pagi waktu setempat. Sebelum menyerang Iran, pesawat-pesawat tempur Israel harus menghancurkan lebih dulu sistem radar dan anti serangan udara di Suriah dan Irak untuk melancarkan jalur udara menuju Iran.
Gelombang pertama serangan di Iran adalah mengganggu sistem radar pertahanan udara Iran dengan serangan elektronik dan menghancurkannya dengan serangan rudal. Sukses serangan gelombang pertama ini membuat Iran menjadi buta sama sekali akan situasi yang terjadi di wilayah udara mereka.
Akibatnya sistem pertahanan udara untuk menangkis serangan pesawat tempur dan rudal menjadi kacau. Seperti tampak di video, ledakan-ledakan itu bukanlah rudal-rudal Israel yang berhasil ditembak jatuh oleh Iran, tapi artileri anti serangan udara yang ditembakkan secara membabi-buta ke udara akibat lumpuhnya sistem radar pertahanan udara. Tanpa pertolongan radar elektronik, memang tak ada apapun yang dapat mereka lihat di malam hari yang gelap.
Selain itu tidak satu pun dari ratusan pesawat tempur Iran yang berani mengudara untuk menghadang pesawat-pesawat tempur Israel. Hanya dalam waktu beberapa jam pesawat-pesawat tempur Iran berubah dari elang perkasa menjadi ayam sayur yang tidak bisa terbang akibat lumpuhnya sistem radar. Pilot-pilot pesawat tempur Iran dipaksa hanya menjadi penonton selama hampir 3 jam negaranya digempur oleh pesawat-pesawat tempur Israel yang menguasai mutlak wilayah udara Iran. Ini adalah salah satu momen paling memalukan yang harus diterima Iran dari serangan Israel tersebut.
Gelombang kedua serangan Israel ditujukan pada sistem rudal balistik dan juga sistem pertahanan udara canggih S-300 buatan Rusia. Serangan ini membuat pertahanan udara Iran menjadi lumpuh dan terbuka terhadap serangan berikutnya jika kelak Israel memutuskan untuk kembali menyerang.
Gelombang ketiga serangan Israel ditujukan pada sistem produksi persenjataan militer, seperti rudal, drone, dan lain-lain. Ini melumpuhkan produksi senjata strategis Iran dan menghancurkan kapasitas Iran untuk melakukan serangan terhadap Israel atau negara-negara lainnya.
Kurang lebih jam 6 pagi waktu Israel seluruh armada pesawat tempur kembali ke pangkalan mereka di Israel dengan selamat tanpa kerusakan apapun. Operasi serangan yang diberi nama "Days of Repentance" atau "Hari-hari Pertobatan" itu berhasil mencapai tujuannya.
Pemerintah Iran tentu saja pada awalnya berusaha mengecilkan serangan tersebut dengan mengatakan tidak ada kerusakan berarti yang dialami instalasi-instalasi militer mereka. Namun bukti-bukti foto satelit yang bermunculan menunjukkan fakta obyektif bahwa serangan udara Israel ternyata berhasil menghancurkan sasaran-sasaran militer di Iran.
Dan yang sangat mempermalukan Iran adalah fakta adanya 4 pilot perempuan Israel yang terlibat dalam operasi serangan Israel tersebut. Ini tentu sebuah tamparan yang sangat menyakitkan bagi rezim diktator Islam Iran yang selama ini sangat represif terhadap hak-hak perempuan.
Sebenarnya kerusakan yang akan dialami Iran dapat jauh lebih besar seandainya Amerika Serikat tidak melarang Israel untuk menyerang sumber-sumber energi dan instalasi nuklir. Serangan Israel akhirnya hanya dibatasi pada instalasi militer. Serangan terbatas ini seharusnya menjadi sinyal bagi Iran untuk tidak memperbesar konflik dengan melakukan serangan balasan. Apalagi berbagai negara sudah mendesak Iran untuk tidak melakukannya. Serangan balasan dari Iran tentu akan mengundang serangan balasan yang lebih besar lagi dari Israel. Dengan asumsi kedua negara sebenarnya masing-masing memiliki senjata nuklir, ini situasi yang amat sangat berbahaya.
Tapi pemimpin-pemimpin rezim Islam Iran memang bukan orang-orang yang mengedepankan akal sehat. Tindakan mereka lebih banyak dikendalikan oleh hawa nafsu. Kekalahan Hamas di Gaza dan kehancuran Hezbollah di Lebanon, ditambah dengan serangan Israel langsung ke Iran yang sangat mempermalukan mereka di mata dunia, membuat pikiran mereka dikuasai hawa nafsu untuk menghabisi Israel.
Akibatnya kembali pemerintah Iran mengancam akan melakukan serangan hebat ke Israel sebagai pembalasan atas serangan Israel tanggal 26 Oktober 2024. Mereka lupa belajar dari sejarah bahwa setiap serangan ke Israel akan selalu berdampak pada kehancuran lebih hebat yang harus mereka terima.
Jika serangan itu benar-benar diwujudkan, bukan Israel yang akan hancur tapi Iran.
0 Komentar