PENGALAMAN LAZARUS #1 | Aisha Raffiq, Muslimah 47 Tahun Di Toronto


 

Transkrip:

Salam damai dan sejahtera...

Video ini adalah episode perdana dari seri video "PENGALAMAN LAZARUS."

Sebagai orang beriman, kita percaya adanya kehidupan setelah kematian yang akan kita jalani kelak setelah kehidupan kita di dunia ini selesai. Kita tidak tahu seperti apa sesungguhnya kehidupan di alam kematian. Namun ada beberapa orang pernah mengalami sendiri alam kematian tersebut selama beberapa saat. Dalam Injil kita tahu Lazarus yang dibangkitkan Tuhan dari kematian juga sempat mengalami sendiri alam sesudah kematian. 

Dalam seri video ini kami mengangkat pengalaman orang-orang yang sempat mengalami alam kematian selama beberapa saat sebelum akhirnya kembali ke kehidupan normal. Sekalipun apa yang mereka ungkapkan bersifat subyektif, kiranya pengalaman mereka dapat menjadi pelajaran bagi kita yang masih menjalani kehidupan aktif di dunia ini.

Pada episode perdana ini kami akan menceritakan kembali pengalaman dari Aisha Raffiq, seorang ibu rumah tangga muslimah berusia 47 tahun. Apa yang dilihatnya di alam kematian telah mengguncang pandangannya tentang agama, kebenaran, dan keselamatan kekal.

-----------------

Saya Aisha Raffiq, seorang ibu rumah tangga berusia 47 tahun dan tinggal di Ontario, Canada. Saya bekerja sebagai seorang ahli farmasi di sebuah apotek besar. Sejak kecil saya seorang muslimah yang taat. Saya sholat 5 kali sehari, selalu berpuasa pada bulan Ramadhan, dan sudah menjalankan ibadah haji sebanyak dua kali.

Suami saya, Kareem Raffiq, adalah seorang muslim yang taat. Kami dikaruniai tiga orang anak. Kami sekeluarga dianggap sebagai tokoh di kalangan komunitas muslim di Ontario. Suami saya seorang anggota dewan mesjid setempat. Saya sendiri memimpin sekelompok muslimah untuk mengaji dan mempelajari ayat-ayat Quran. Saya selalu ikut dalam berbagai kegiatan amal yang diadakan oleh masjid setempat dan rajin mengikuti kuliah atau kajian Islam dari berbagai ustad. Di waktu luang saya rajin membaca buku-buku tentang Islam. Dengan alasan itu saya merasa yakin sudah banyak tahu tentang kebenaran dan keselamatan.

Tapi itu semua menjadi runtuh setelah saya mengalami sebuah kejadian di apotek tempat saya bekerja. Selama beberapa minggu saya memang merasakan tubuh yang tidak nyaman, cepat lelah, dan hidung kadang-kadang berdarah. Saya tidak memeriksakan ke dokter karena mengira kondisi itu akibat terlalu stres oleh beban pekerjaan. Tapi pada hari itu sakit yang saya alami tampaknya memuncak. Hidung dan gusi saya mengeluarkan darah yang cukup banyak sampai akhirnya Nancy, teman kerja saya menyarankan agar saya segera ke rumah sakit.

Nancy menghubungi Kareem, suami saya, agar segera membawa saya ke rumah sakit. Dokter di ruang gawat darurat langsung menangani dengan sigap setelah melihat semua gejala yang saya alami. Beberapa alat bantu medis langsung dikerahkan. Kelihatannya sakit yang saya derita cukup serius dan harus ditangani segera. Berbagai macam test segera dilakukan terhadap tubuh saya yang tergolek lemah di tempat tidur rumah sakit dan terhubung dengan berbagai alat bantu medis.

Akhirnya diagnosa dokter datang dan saya dinyatakan menderita leukimia akut serta kanker darah yang ganas. Dokter segera melakukan tindakan dengan kemoterapi dan beberapa tindakan medis lainnya. Kareem dengan setia menunggui saya ditemani Zahra, putri sulung saya. Kareem berusaha terlihat tegar dan menguatkan saya, tapi kekhawatirannya tetap terpancar dan tidak bisa disembunyikan. Kedua anak saya yang lain, Imran dan Yasmin sempat berkunjung, namun mereka menangis tidak tahan melihat kondisi ibunya yang harus dikelilingi begitu banyak alat bantu medis.

Seorang imam masjid kami juga sempat berkunjung dan memberikan nasehat untuk tabah menjalani cobaan dari Allah. Ia mengajarkan saya untuk mengucapkan beberapa doa singkat dari ayat-ayat Quran secara berulang-ulang. Saya mencoba melakukannya sebisa mungkin diantara rasa lemah dan sakit yang harus saya jalani. Tapi itu tampaknya sama sekali tidak menolong saya untuk melewati apa yang akan saya alami...

Di hari kelima tekanan darah saya menurun drastis, perawat tampak berusaha menyuntikkan obat untuk meningkatkan tekanan darah saya. Tubuh saya terasa semakin lemah dan kesadaran saya mulai menghilang. Ruangan seperti mulai berputar dan lampu ruangan seolah meredup. Kareem terlihat seperti panik dan mencoba mengatakan sesuatu yang tidak bisa saya dengar. Akhirnya segalanya menjadi gelap dan perjalanan di alam kematian mulai.

Hal pertama yang saya ingat adalah kesunyian. Bukan kesunyian biasa, tetapi kesunyian total yang tak pernah saya alami di dunia. Perlahan-lahan saya mulai bisa melihat apa yang terjadi. Saya melihat diri saya melayang di atas tubuh saya. Perawat tampak sigap memberikan beberapa suntikan dan dokter berusaha menekan dada saya agar bernafas. Kareem terlihat berlari keluar ruangan sambil menangis. Di ruangan itu tampak jelas ada kekacauan dan kepanikan, tapi saya tidak mendengar sedikit suarapun. Saya juga sudah tidak merasakan sakit apapun lagi, yang ada hanya kesadaran.

Perlahan-lahan gambaran keadaan ruangan rumah sakit mulai memudar dan saya berada di sebuah lorong. Bukan lorong yang gelap, tapi lorong yang terbuat dari cahaya. Tapi itu bukan cahaya seperti yang saya lihat di dunia. Cahaya yang membentuk lorong tampak seperti hidup, memiliki jiwa dan kecerdasan. Ketika saya bergerak melalui terowongan tersebut, tampak seluruh kehidupan saya ditampilkan kembali dengan begitu jelas dan detail di sepanjang dinding terowongan. 

Saya bisa melihat setiap pengalaman hidup yang saya jalani melalui berbagai perspektif. Saya melihat bagaimana setiap perbuatan dan perkataan saya ternyata mempengaruhi orang-orang lain dengan cara yang sama sekali tidak pernah saya sadari. Setiap hal baik yang saya lakukan mengakibatkan efek berantai positif yang sama sekali tidak saya duga. Begitu juga setiap hal buruk dan negatif yang saya buat, ternyata mempengaruhi banyak orang dan membawa efek buruk yang berantai pada orang-orang lain yang tidak saya kenal. Setiap perbuatan dan perkataan saya selama hidup, lengkap dengan semua efeknya diperlihatkan kembali di terowongan tersebut.

Yang membuat saya paling terkejut adalah bagaimana kehidupan beragama yang saya lakukan dan pengabdian saya pada Islam selama hidup diperlihatkan dalam perspektif yang sama sekali berlawanan dengan harapan. Saya melihat apa efek yang terjadi pada setiap ibadah sholat, puasa, zakat, dan ibadah haji yang saya lakukan. Saya melihat semua ibadah itu telah saya lakukan dengan tulus, tapi semuanya tidak memberikan hasil seperti yang dijanjikan menurut pengajaran Islam yang saya pahami. Saya memang menjalani hidup beragama dengan tulus, tapi arahnya benar-benar salah. Ini seperti orang yang dengan tulus mengikuti jalan yang ditunjukkan tanpa pernah tahu bahwa jalan itu ternyata mengarah ke jurang yang berbahaya.

Cahaya di sekitar saya semakin terang, dan saya mulai melihat jiwa-jiwa lainnya. Beberapa berjalan seiring dengan saya, namun beberapa lainnya tampak terseret ke bawah. Saya terkejut melihat kakek saya yang meninggal beberapa tahun lalu. Tapi keadaannya tidak seperti yang saya ingat. Jiwanya tampak menyedihkan dan diselimuti bayangan gelap, wajahnya terlihat sangat murung karena beban penderitaan yang berat. Dia seperti berusaha berbicara dan mengingatkan saya, tapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Entah bagaimana saya seperti bisa memahami apa yang ingin dikatakannya.

Dia mengikuti jalan yang sama dengan saya, yaitu taat pada ajaran Islam sampai akhir kematiannya. Sekarang dia harus menjalani konsekuensi dari pilihannya. Kenyataan ini sangat memukul saya. Ternyata apa yang saya yakini tentang keselamatan kekal sama sekali keliru. Selanjutnya makin banyak muncul jiwa-jiwa, ada ribuan. Sebagian adalah muslim yang saya kenal sewaktu masih hidup. Mereka adalah para imam, ustad-ustad guru agama, penggiat organisasi amal, aktivis Islam, muslim dan muslimah yang saya tahu sangat taat beragama, dan banyak lagi. Mereka semua terseret ke bawah, ke dalam kegelapan. Wajah mereka semua tampak sangat terkejut mengalami kenyataan alam kematian yang jauh berbeda dari harapan yang selalu dijanjikan dalam Islam.

Tidak hanya orang-orang muslim, tapi juga orang-orang Budhis, Hindu, atheis, semuanya mengalami nasib yang sama.

Sekarang kebenaran tampak menjadi jelas, hanya ada satu jalan untuk meraih keselamatan dan kita semua telah melewatkan kesempatan itu. Arah yang dituju oleh setiap jiwa ternyata tidak ditentukan oleh ketulusan atau perbuatan baik yang dilakukan di dunia, tapi apakah jiwa tersebut menerima kebenaran atau tidak.

Lalu sampailah saya pada penglihatan yang sangat sulit untuk diterima. Saya melihat Muhamad, nabi Islam yang saya hormati selama hidup. Tapi saya tidak melihatnya sebagai sosok nabi yang terhormat dan mulia sebagaimana yang selalu saya bayangkan. Saya melihat Muhamad dalam keadaan yang sesungguhnya, yaitu sebagai seorang penipu yang telah menyesatkan begitu banyak orang. Penglihatan ini begitu berat rasanya untuk saya terima.

Banyak generasi keluarga saya turun-temurun dan jutaan muslim yang taat di seluruh dunia, semuanya ada di jalan yang menarik mereka ke bawah dan semakin jauh ke dalam kegelapan. 

Sementara itu, sambil saya terus melewati terowongan, cahayanya mulai berubah menjadi semakin personal dan hidup. Saya bisa merasakan kasih yang terpancar dari cahaya tersebut. Bukan kasih 'ilahi' dari cahaya yang abstrak dan jauh seperti yang selama ini saya bayangkan dalam Islam. Tapi kasih yang begitu nyata dan dalam. Saya mulai menyadari, bahwa saat itu Yesus Kristus hadir di depan saya.

Sosok Yesus Kristus yang hadir itu sangat berbeda dengan gambaran Nabi Isa yang saya pahami dalam Islam. Ia bukan sekedar nabi atau orang suci tapi Tuhan sendiri. Yesus ada dalam persatuan dengan Bapa dan Roh Kudus, namun masing-masing berbeda dan memiliki pibadi sendiri-sendiri.

Kebenaran konsep Trinitas yang selama hidup saya tolak, kini menjadi begitu jelas dan nyata di depan mata saya. Sosok Yesus semakin lama menjadi semakin jelas, Ia tampak sekaligus seperti tahta cahaya yang sangat gemerlap dan sulit dijelaskan. Kehadiran-Nya sungguh menakjubkan, indah, tapi sekaligus begitu penuh kasih. Kehadiran Tuhan tidak jauh dan abstrak seperti Allah yang digambarkan dalam Islam, tapi begitu dekat dan personal. Kasih-Nya begitu berlimpah dan terasa nyata, tapi sekaligus juga ada keadilan yang begitu sempurna dan tegas.

Kehidupan saya kembali diputar dengan tingkat kejelasan yang berbeda. Setiap tindakan, pikiran, dan niat saya diungkapkan dengan terang dan apa adanya, bersama dengan segala konsekuensinya. Saya melihat bagaimana upaya saya mengajarkan anak-anak saya untuk menolak ketuhanan Yesus ternyata telah membuat mereka semakin jauh dari kebenaran dan keselamatan. Setiap kali saya meyakinkan orang lain untuk memeluk Islam terasa seperti batu besar yang membebani leher saya. Semua kebaikan yang saya lakukan, ibadah-ibadah Islam yang tulus saya jalankan, segala tindakan amal yang saya perbuat, ternyata sama sekali tidak berarti tanpa didasari oleh iman yang benar.

Kemudian muncul sesuatu yang tidak saya duga. Beberapa jiwa datang dari dunia, mereka baru saja meninggal oleh berbagai sebab. Banyak diantara mereka adalah muslim. Mereka yakin akan masuk ke dalam surga, tapi harus terkejut dan kecewa karena menerima kenyataan yang berbeda. Sebagian berusaha bersujud dan bertobat meski sudah terlambat. Tapi sebagian lagi marah melihat kenyataan yang harus mereka terima, dan memilih untuk masuk ke dalam kegelapan tanpa mau menyesali kesalahan mereka.

Sekelompok imam muslim dan para ustad yang saya kenal dan saya hormati juga muncul. Seumur hidup mereka mengajarkan Islam dengan tekun kepada banyak orang. Kini mereka berdiri dengan gemetar melihat kenyataan ilahi, yang selama ini justru mereka ajarkan untuk disangkal. Pengetahuan mereka yang dalam tentang teologi Islam, ayat-ayat Quran yang mereka hafalkan, ketaatan mereka pada hukum Syariah, sama sekali tidak berarti apa-apa. Mereka sudah menolak satu-satunya Nama, yang oleh-Nya setiap orang dapat diselamatkan.

Yang paling menggetarkan adalah melihat anak-anak dan orang muda yang mati sebagai muslim. Mereka sangat kebingungan dan ketakutan menghadapi saat penghakiman, sungguh ini sangat berat untuk dilihat. Banyak yang menangis dan meneriakkan ayat-ayat Quran serta membaca kalimat syahadat. Tapi semua kata-kata yang tadinya saya anggap sebagai kunci untuk mendapatkan surga kini tampak seperti hilang dalam ruang hampa.

Saya melihat hal lain yang mengejutkan. Mereka adalah jiwa-jiwa orang Kristen yang mengkompromikan imannya dengan mengatakan semua agama dapat mengarahkan manusia pada Tuhan. Mereka sudah mengenal kebenaran sejati tapi memilih untuk mengabaikannya dan menyesatkan banyak orang demi toleransi. Penghakiman bagi mereka jauh lebih berat karena mereka sudah mengetahui kebenaran dan menolaknya. 

Konsep waktu tampaknya tidak berlaku di tempat ini. Kadang saya melihat masa lampau, sekarang, dan masa depan pada saat yang bersamaan. Saya menyaksikan begitu banyak jiwa sepanjang sejarah juga menjalani penghakiman yang sama. Polanya begitu jelas dan sama, keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus saja. Tak ada kesalehan ibadah, ketulusan perbuatan, dan berbagai tindakan amal yang dapat mengubah kebenaran fuindamental ini.

Saya diperlihatkan banyak hal tentang Muhamad dari perpektif surgawi. Saya melihat bagaimana dia menyimpangkan dan mengubah kebenaran tentang Yesus sehingga menyesatkan banyak orang. Quran yang selama ini saya anggap sebagai wahyu ilahi kini diperlihatkan kebenarannya apa adanya. Quran tidak lebih dari penyesatan yang cerdik, yang mencampurkan kesesatan dengan banyak ajaran kebenaran sehingga berhasil meyakinkan banyak orang. 

Ini semua diperlihatkan bukan sekedar untuk menyatakan kesalahan-kesalahan, tapi ini terutama tentang kasih. Tuhan memberi saya penglihatan ini bukan untuk menghakimi, tapi untuk menyelamatkan banyak orang. Setiap jiwa sangat berharga di hadapan Tuhan, dan Dia tidak ingin satu pun binasa. Keselamatan hanya melalui Kristus, bukanlah ajaran yang didasarkan pada keinginan untuk melebihkan ajaran yang satu dari yang lain, tapi untuk menunjukkan kenyataan yang sesungguhnya. Sebagaimana ada hukum alam yang secara absolut berlaku di dunia natural, demikian juga ada hukum surgawi yang berlaku absolut di dunia spiritual.

Kemudian saya diperlihatkan pada keadaan neraka. Ini sama sekali berbeda dengan konsep neraka jahanam sebagaimana yang diajarkan dalam Islam. Neraka yang saya lihat jauh lebih mengerikan. Neraka adalah tempat dimana jiwa terpisah secara kekal dari Tuhan dan berisi siksaan mengerikan serta api yang sungguh-sungguh membakar setiap jiwa di dalamnya. Saya melihat jiwa-jiwa yang menolak Kristus terbakar dalam api yang menyala hebat, jeritan mereka menggambarkan kesakitan serta penderitaan yang luar biasa. Penderitaan mereka melampaui segala penderitaan yang dapat dibayangkan terjadi di dunia, dan mereka sama sekali tidak dapat membebaskan diri dari penderitaan tersebut. Mereka harus mengalami penderitaan tersebut selamanya.

Saya melihat jiwa orang-orang yang memilih untuk mengikuti ajaran Muhamad. Mereka semua turun ke dalam api neraka. Mereka terbakar dalam kesakitan, berteriak memohon belas kasih Allah. Tapi teriakan mereka sia-sia. Mereka sudah memilih untuk menyangkal Yesus Kristus dan menolak kebenaran. Sekarang mereka haus menerima konsekuensi dari pilihan mereka. Siksaan yang mereka alami tidak sekedar secara fisik, tapi juga secara spiritual dan emosional karena menyadari keterpisahan mereka dengan Tuhan adalah untuk selamanya.

Yang menghancurkan hati saya adalah kenyataan bahwa hukuman yang mengerikan ini sebenarnya dapat dihindarkan. Pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib sebenarnya sudah cukup untuk menebus dan menyelamatkan setiap orang yang harus binasa karena dosa-dosa mereka. Pintu menuju surga terbuka bagi siapapun yang menerima Yesus Kristus. Tapi miliaran orang malah memilih neraka dengan menolak anugerah keselamatan yang sudah disediakan. Mereka memilih mengikuti agama-agama palsu dan ajaran-ajaran sesat ketimbang menerima kebenaran sejati.

Tiba-tiba saya ditarik ke tempat lain. Saya merasa dibawa ke dalam surga. Cahaya di dalamnya sangat terang, tapi tidak membutakan. Cahaya tersebut membuat kebenaran tampak diperlihatkan semakin jelas. Di sini saya berjumpa dengan Yesus secara personal, dari hati ke hati. Saya diperlihatkan penyaliban-Nya dari sudut pandang surgawi. Setiap cambukan, duri-duri yang menusuk, dan paku yang menembus, seolah ikut saya rasakan bersama dengan setiap jiwa lainnya. Kesih-Nya terasa begitu dalam. Dia bukan sekedar nabi seperti yang diajarkan Islam. Dia sungguh-sungguh Tuhan yang mengambil rupa manusia agar dapat menanggung dosa-dosa manusia dan menebus mereka dengan pengorbanan di kayu salib. Di sini kebenaran akan ketuhanan-Nya tak dapat disangkal lagi.

Selanjutnya saya diperlihatkan rangkaian kebenaran yang menghancurkan gagasan tentang keselamatan yang selama ini saya yakini dalam Islam. Saya melihat bagaimana penekanan ajaran Islam untuk melakukan amal perbuatan baik demi meraih surga sama sekali omong kosong. Tak peduli banyaknya doa, puasa, dan amal yang dilakukan manusia, itu semua tidak dapat menjembatani manusia yang berdosa dan surga yang kudus. Hanya kurban salib Kristus saja yang dapat melakukannya. Lima rukun Islam yang menjadi dasar keimanan saya, kini menjadi runtuh tak bersisa di hadapan kebenaran tersebut.

Saya diperlihatkan bagaimana sakramen-sakramen Gereja, seperti sakramen baptis, krisma, pengakuan dosa, dan Ekaristi bukanlah ritual kosong melainkan sungguh-sungguh saluran dari rahmat ilahi. Melalui sakramen-sakramen tersebut manusia sungguh-sungguh terhubung dengan Tuhan. Ini berbeda dengan berbagai gerakan sholat yang selama ini saya lakukan lima kali sehari. Ekaristi yang saya anggap sebagai bentuk penyembahan berhala ternyata sungguh-sungguh menjadi sarana bagi kehadiran nyata Yesus Kristus yang memberikan kekuatan pada kehidupan setiap orang yang menerimanya.

Sementara itu jiwa-jiwa terus berdatangan. Saya melihat beberapa muslim yang saya kenal secara pribadi, harus menghadapi kebenaran yang mengejutkan mereka. Beberapa diantaanya mati dalam tindakan terorisme bunuh diri. Mereka yakin telah mati syahid bagi Allah tapi kemudian terkejut manyadari bahwa mereka telah membunuh orang-orang yang tak bersalah demi nama tuhan palsu. Sangat menyedihkan melihat mereka tertipu begitu fatal.

Ada banyak muslim-muslim biasa yang taat seperti saya, mereka sungguh-sungguh tulus tapi tulus di jalan yang salah. Sekarang mereka harus berhadapan dengan kenyataan mengerikan, karena harus terpisah dari Tuhan yang mereka sangka telah mereka sembah dan mereka layani dengan tulus. 

Yang paling mengejutkan saya adalah konsap Islam tentang Allah ternyata telah membutakan kami para muslim dari sifat Tuhan yang sesungguhnya. Selama ini kami ternyata menyembah tuhan palsu yang tak dikenal dan keinginannya tidak jelas, yang selalu menuntut ketaatan tapi tidak pernah menunjukkan keakraban. 

Sekarang saya telah melihat Tuhan yang benar, yaitu Allah Trinitas, Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Tuhan yang sejak semula berada dalam kasih sempurna dan mengundang semua manusia untuk ikut ambil bagian dalam kasih-Nya. Ini Tuhan yang sama sekali tidak dikenal dalam Islam.

Selanjutnya, penyesatan Islam disingkapkan lapis demi lapis. Saya melihat bagaimana Islam mengambil elemen-elemen kebenaran dari agama Yahudi dan Kristen, tapi kemudian menyimpangkannya sehingga menyesatkan banyak orang. Yesus dalam Quran, yaitu Nabi Isa, tidak lain adalah bayangan yang sangat kabur dari Yesus Kristus yang sesungguhnya. Dengan menolak ketuhanan-Nya dan menyangkal penyaliban-Nya, Islam telah memutus satu-satunya jalan kebenaran dari para pengikutnya. 

Tapi di tengah suramnya gambaran tentang Islam, saya melihat ada juga hal yang indah. 

Jiwa-jiwa orang yang menjalani iman muslim dan mati sebagai muslim, tapi meragukan atau menyangkal ajaran Islam tentang Yesus, merindukan kebenaran sejati dan berusaha mencarinya di luar ajaran Islam, ternyata ditarik kepada Yesus Kristus untuk akhirnya mengenal dan menerima-Nya. Secara rahasia Tuhan ternyata telah mempersiapkan hati mereka meski mereka tetap hidup sebagai muslim.

Saya melihat gereja-gereja di seluruh dunia dimana ajaran iman Kristen dipertahankan dengan setia. Itu semua bukan sekedar bangunan atau institusi religius, tapi rumah sakit bagi jiwa-jiwa dimana obat-obatan kekekalan diberikan pada orang-orang Kristen melalui berbagai sakramen. Suksesi apostolik, liturgi tradisional, ikon dan patung-patung, doa-doa orang kudus, itu semua penuh dengan daya spiritual yang sama sekali tak pernah saya bayangkan.

Saya melihat perjalanan sejarah Gereja dengan banyak martir yang memilih menerima kematian ketimbang harus menyangkal iman akan Yesus Kristus. Jiwa-jiwa mereka tampak menyala begitu terang di dalam surga. Penderitaan mereka tidak sia-sia, setiap kematian para martir menjadi benih yang tumbuh untuk menguatkan iman banyak orang Kristen lain.

Tiba-tiba saya kembali ke dalam tubuh saya yang terbaring di rumah sakit. Saya mendengar suara alarm peringatan dari peralatan medis di samping saya. Dokter kemudian datang menghampiri dan wajahnya tampak sangat lega. Akhirnya saya mengetahui dari dokter bahwa saya sempat dinyatakan telah mati secara klinis selama kurang lebih 7 menit lamanya. Mereka heran mendapati otak saya sama sekali tidak mengalami kerusakan setelah tidak mendapatkan asupan oksigen selama beberapa menit lamanya. Ajaib, kata mereka.

Keajaiban sesungguhnya adalah yang terjadi pada hati dan pikiran saya. Saya tahu bahwa saya tidak mungkin kembali pada Islam. Kebenaran yang saya alami terlalu nyata dan terlalu menakjubkan untuk ditolak. Hal yang paling sulit adalah memberitahukan apa yang terjadi pada keluarga saya. Kareem adalah orang pertama yang mengetahui perubahan yang terjadi. Saya tidak lagi melakukan sholat, dan Quran sama sekali tidak pernah saya sentuh.

Ketika akhirnya saya ceritakan pengalaman yang saya alami selama mati suri, Kareem tampak sangat terpukul. Katanya, "Penyakitmu telah mempengaruhi otak dan pikiranmu, setan telah menyesatkan kamu!" Anak-anak kami juga bingung dan marah setelah mengetahui apa yang terjadi. Zahra tidak mau berbicara dengan saya selama beberapa minggu. Imran bahkan menuduh saya telah mengkhianati warisan leluhur kami. Hanya si kecil Yasmin yang tampaknya berusaha mengerti dan mau mendengarkan meski dia tidak sepenuhnya paham dengan apa yang saya katakan.

Reaksi orang-orang muslim di komunitas kami bahkan lebih keras lagi. Beberapa sahabat yang saya kenal puluhan tahun menjauhi saya seolah-olah saya berpenyakit menular yang berbahaya. Seorang imam datang berkunjung dan mencoba meyakinkan saya bahwa saya menerima penglihatan palsu dari iblis. Para perempuan di kelompok pengajian Quran yang selama ini saya bimbing semua pergi menjauh dan seolah tidak mengenal saya lagi. Saya kehilangan semua orang-orang yang selama ini dekat dengan saya.

Tapi rasa kehilangan dan kesepian itu tidak berlangsung lama. Akhirnya saya menemukan komunitas gereja yang menerima saya dengan baik. Imam di gereja tersebut memahami apa yang saya alami dan membimbing saya untuk mengenal iman Kristen. Proses katekese iman Kristen, liturgi Misa, dan berbagai kegiatan doa saya lalui dengan penuh suka cita. Sementara itu kesehatan saya juga membaik sejalan dengan kesembuhan spiritual saya. Melampaui apa yang diprediksi oleh dokter, leukimia saya teryata sembuh total.

Di rumah, si kecil Yasmin semakin sering bertanya tentang Yesus dan ajaran-ajaran-Nya. Dan Zahra perlahan-lahan mulai bersedia berbicara lagi. Saya merasakan hatinya juga mulai mempertanyakan iman Islam yang diyakininya. Imran mulai bersikap baik seperti sebelumnya, dia bahkan mengaku dirinya pun mulai bertanya-tanya tentang kebenaran Islam yang selama ini dia ikuti dengan setia. Hanya Kareem yang tampaknya masih tetap keras hati. Tapi sedikit-sedikit ada perubahan juga pada sikapnya, meski sangat lambat. Kadang saya melihatnya memperhatikan saya, saat saya berdoa dan membaca Kitab Suci.

Akhirnya setelah setahun lamanya menjalani katekese di gereja, saya pun dibaptis dan mengambil nama baptis Kristina. Kareem dan anak-anak juga hadir meski tidak ikut masuk ke dalam gereja. Tapi perubahan sikap mereka sungguh suatu anugerah yang mungkin suatu saat akan membuat mereka pun akhirnya menerima Yesus Kristus.

Posting Komentar

0 Komentar