Kemurtadan Besar Dalam Tiga Versi: Protestan, Katolik, Dan Katolik Tradisional


 

Transkrip:

Salam damai dan sejahtera...

Banyak orang yang tidak memahami apa konsekuensi logis dari Tuhan kita hanya mendirikan satu Gereja. Kalau saja semua orang Kristen memahami hal itu, tidak akan ada orang yang mau berada di luar Gereja yang didirikan Tuhan. Salah satu konsekuensinya yang penting dan berdampak bagi keselamatan adalah ini: 

Kitab Suci hanya dapat dipahami dengan benar dari sudut pandang Gereja Kristus, bukan dari sudut pandang gereja-gereja atau agama-agama lain!

Ketika para Rasul berbicara tentang gereja, maka yang dimaksud adalah Gereja Katolik, bukan yang lain. Juga ketika para Rasul berbicara tentang nubuat-nubuat yang akan terjadi, itu semua berbicara tentang Gereja Katolik dan apa yang akan terjadi padanya, bukan tentang gereja-gereja lain yang sama sekali tidak mereka kenal. 

Ini termasuk juga Kitab Wahyu yang berbicara tentang nubuat-nubuat akhir jaman. Nubuat dalam berbagai gambaran simbolik yang ada di dalam Kitab Wahyu hanya mungkin dipahami dengan benar dalam konteks Gereja Katolik. Bisa dibayangkan betapa berbahayanya situasi yang dialami oleh orang-orang non-Katolik karena mereka terpaksa menjadi buta sama sekali dengan apa yang terjadi di akhir jaman ketika penyesatan sedang berada pada puncaknya.

Salah satu nubuat penting tentang kedatangan Tuhan di akhir jaman ditulis oleh Rasul Paulus:

Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa... (2Tes.2:3).

Kemurtadan yang dimaksud oleh Rasul Paulus tentu bukan terjadi pada orang-orang Yahudi atau bangsa-bangsa lain, tapi pada orang-orang Kristen yang ada di dalam satu-satunya Gereja Kristus. Jadi Rasul Paulus menubuatkan adanya kemurtadan di dalam Gereja Katolik sebelum kedatangan Kristus!

Kemurtadan besar ini merupakan hasil dari serangan terberat iblis terhadap satu-satunya Gereja Kristus, yang tidak lain adalah Gereja Katolik. Sementara bagi Gereja Katolik, kemurtadan besar ini adalah ujian terakhir yang akan memurnikannya sebagai Mempelai Kristus agar layak menyongsong kedatangan Yesus Kristus yang kedua.

Mengapa iblis hanya menyerang Gereja Katolik? 

Karena semua yang ada di luar Gereja Katolik, entah itu Gereja Ortodoks ataupun Protestan, sebenarnya sudah lebih dahulu jatuh ke tangan iblis. Dengan demikian iblis tidak perlu repot-repot berupaya menjatuhkan mereka lagi! Jadi menjelang akhir jaman, hanya Gereja Katolik saja yang menjadi sasaran utama serangan iblis dan akan mengalami kemurtadan besar seperti yang sudah dinubuatkan. 

Selanjutnya, jika nubuat kemurtadan besar itu tentang Gereja Katolik lalu bagaimana dengan janji Tuhan Yesus bahwa Gereja-Nya tidak akan terkalahkan? Nubuat kemurtadan besar tidak bisa dilepaskan dari PASANGANNYA, yaitu nubuat tentang adanaya sisa umat (Rm.11:2-5). Sekali pun terjadi kemurtadan besar, Gereja-Nya tetap tidak akan terkalahkan karena Tuhan akan menjaga adanya sisa umat yang setia. Dalam sisa umat yang setia itulah janji Tuhan bahwa Gereja-Nya tak akan terkalahkan tetap tergenapi dengan sempurna.

Sama seperti kemurtadan besar yang dimaksud oleh nubuat Rasul Paulus hanya terjadi di Gereja Katolik, demikian juga sisa umat yang dimaksud Rasul Paulus juga hanya terjadi di dalam Gereja Katolik. Dengan kata lain, pada saat kemurtadan besar di Gereja Katolik akan terjadi PERPECAHAN INTERNAL antara mereka yang jatuh ke dalam kemurtadan dan mereka yang tetap setia sebagai sisa umat! Baik orang Katolik yang murtad maupun yang setia, keduanya ada di dalam Gereja Katolik seperti perumpamaan lalang dan gandum yang ada dalam satu ladang!

Martin Luther paham bahwa kemurtadan besar yang dimaksud oleh Rasul Paulus terjadi di Gereja Katolik. Maka dia mencoba menggunakan gagasan tentang kemurtadan besar itu sebagai pembenaran bagi protesnya terhadap Gereja Katolik. Dalam pandangannya Gereja Katolik sudah jatuh ke dalam kemurtadan besar seperti yang dinubuatkan oleh Rasul Paulus dan sudah berubah menjadi Babel Besar seperti yang dinubuatkan Rasul Yohanes dalam Kitab Wahyu.

Tapi penafsiran ini tidak cocok karena nubuat kemurtadan besar seharusnya diikuti dengan munculnya sisa umat yang setia di dalam Gereja Katolik pada saat yang bersamaan. Kondisi itu perlu agar janji Kristus bahwa Gereja-Nya tak terkalahkan alam maut tetap tergenapi sempurna. Dengan pembangkangannya, Martin Luther di-ekskomunikasi dan ia membentuk gereja baru di luar Gereja Katolik. Komunitas bentukan Luther ini tentu saja tidak dapat dimaknai sebagai sisa umat karena komunitas tersebut berada di luar Gereja Katolik. Dengan demikian yang terjadi pada masa Martin Luther bukanlah kemurtadan besar Gereja Katolik, tetapi pembangkangan bidat Protestan.

Pada ekstrim yang lain kesalahan juga terjadi pada sebagian besar orang-orang Katolik! Karena meyakini Gereja Katolik tidak akan terkalahkan sesuai janji Kristus, banyak orang Katolik yang menutup kemungkinan terjadinya kemurtadan besar di Gereja Katolik. Padahal itu adalah nubuat yang pasti akan terjadi.

Akibatnya, banyak orang Katolik yang menutup mata terhadap banyaknya penyimpangan yang terjadi di Gereja Katolik dan berusaha menerimanya sebagai kewajaran. Berbagai perubahan di Gereja Katolik yang terjadi setelah Konsili Vatikan II, seperti perubahan liturgi dengan munculnya Misa Novus Ordo, munculnya semangat ekumenisme, Paus yang mengadakan doa bersama semua agama, Paus yang mencium Quran, skandal berhala Pachamama di Vatikan, pemberkatan bagi pasangan LGBT, juga penyangkalan Paus Fransiskus terhadap Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan menuju kepada Bapa, dan banyak penyimpangan-penyimpangan lainnya adalah tanda-tanda yang amat jelas bahwa kemurtadan besar memang sedang terjadi di Gereja Katolik sesuai nubuat.

Tapi sebagian besar orang Katolik, baik klerus maupun awam, ternyata sudah kehilangan akal sehatnya. Mereka tidak mau mengakui itu semua sebagai penyimpangan dan tanda-tanda terjadinya kemurtadan di dalam Gereja seperti yang sudah dinubuatkan. Mereka memilih untuk menerimanya sebagai kewajaran dan bagian dari upaya Gereja untuk mengikuti perkembangan jaman, akibatnya mereka ikut serta menjadi bagian dari kemurtadan besar yang sedang terjadi.

Tuhan menghendaki kita mampu membaca tanda-tanda jaman (Mat.16:2-3). Tapi sebagian besar orang Katolik gagal membaca tanda-tanda jaman tersebut dan terjerumus ke dalam kemurtadan besar yang sudah dinubuatkan. Beruntung Tuhan juga sudah menubuatkan adanya sisa umat, yaitu orang-orang Katolik yang mampu mengenali tanda-tanda jaman yang tidak lain adalah berbagai penyimpangan terhadap ajaran iman para Rasul yang dilakukan oleh hirarki, mulai dari pucuk pimpinan yang tertinggi. Ini adalah kemurtadan besar yang sudah dinubuatkan oleh Rasul Paulus.

Selanjutnya mereka mendengarkan seruan Tuhan dalam Kitab Wahyu:

"Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya. Sebab dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah mengingat segala kejahatannya." (Why.18:4-5).

Tuhan tidak mendirikan gereja selain Gereja Katolik. Maka yang dimaksud tentu saja bukan keluar dari Gereja Katolik, melainkan keluar dari kemurtadan besar yang sedang terjadi, yaitu dengan jalan kembali setia pada ajaran iman para Rasul di dalam Gereja Katolik. Mereka adalah orang-orang Katolik tradisionalis yang menolak Konsili Vatikan II dan semua pembaharuannya. Itulah sisa umat yang dinubuatkan oleh Rasul Paulus.

Baik Martin Luther yang menafsirkan kemurtadan besar telah terjadi di Gereja Katolik pada abad 16, maupun orang Katolik yang menyangkal terjadinya kemurtadan besar hari ini, sama-sama salah. Martin Luther bersalah karena ia menafsirkan kemurtadan besar itu secara prematur pada saat tidak ada kemurtadan apapun di dalam Gereja Katolik. Sementara sebagian besar orang Katolik pendukung konsili bersalah karena menutup mata pada kemurtadan besar Gereja Katolik yang sedang terjadi di depan mata mereka. 

Sesuai nubuat, kemurtadan besar pasti terjadi di Gereja Katolik. Dan dari segala perubahan merusak yang terjadi di Gereja Katolik setelah Konsili Vatikan II, ada cukup alasan yang kuat untuk mengatakan bahwa kemurtadan besar itu sedang terjadi saat ini. Tapi Tuhan juga sudah menubuatkan adanya sisa umat yang tetap setia pada ajaran iman para Rasul, juga di dalam Gereja Katolik. Pada sisa umat inilah janji Tuhan bahwa Gereja-Nya tak akan terkalahkan tetap tergenapi.

Nah, dari sini kita tahu betapa pentingnya memahami Kitab Suci dari sudut pandang Gereja Katolik. Hanya dari sudut pandang Gereja Katolik saja kita dapat memahami bagaimana kita dapat tetap selamat dengan menjadi bagian dari sisa umat yang setia pada ajaran iman para Rasul di tengah kemurtadan besar yang sedang terjadi.

Di luar Gereja Katolik, nubuat-nubuat tentang kemurtadan besar, sisa umat, juga simbol-simbol Kitab Wahyu seperti perempuan yang menyingkir ke padang gurun dalam Why.12 dan perempuan pelacur dalam Why.17 akan selalu menjadi obyek penafsiran spekulatif yang tidak pernah mampu mereka pahami maknanya karena mereka tidak melihatnya dalam konteks yang tepat sebagaimana yang dimaksudkan oleh para penulis Kitab Suci.

Terima kasih atas perhatian anda...

Viva Christo Rey!

Posting Komentar

0 Komentar