Transkrip video:
Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...
Beberapa waktu yang lalu Vatikan mengeluarkan instrumentum laboris atau lembar kerja untuk pertemuan Sinode Uskup di bulan Oktober 2023 dalam rangka agenda Sinode Untuk Sinodalitas. Seperti yang sudah diantisipasi banyak orang, dokumen tersebut makin menegaskan agenda Sinode Untuk Sinodalitas yang berupaya mengubah Gereja Katolik secara radikal.
Melalui Sinode Untuk Sinodalitas yang digagas oleh Paus Fransiskus, Gereja akan mendengarkan berbagai masukan pada tingkat keuskupan dari berbagai macam kalangan, baik awam, religius, para klerus, dan bahkan juga termasuk dari non-Katolik. Selanjutnya rangkuman dari berbagai masukan itu akan dibahas dalam Sinode para Uskup di kota Roma bersama kaum awam dimana pada sinode kali ini kaum awam tidak hanya menjadi pengamat, tapi juga ikut aktif dan memiliki hak pilih.
Ini tidak lain adalah agenda jahat untuk mengubah ajaran Gereja dengan dalih mendengarkan masukan dari "Roh Kudus" yang berkarya diantara umat beriman dan memutuskannya dengan "jalan bersama"! Apalagi topik yang dibahas antara lain adalah soal pemberkatan pasangan LGBT, tahbisan diakon perempuan, imamat bagi orang yang sudah kawin, pelonggaran tradisi selibat bagi imam, inkulturasi liturgi, bahkan TERMASUK JUGA POLIGAMI! Bisa dibayangkan, sangat besar kemungkinannya Sinode Untuk Sinodalitas akan dimanfaatkan untuk mengubah ajaran Gereja dalam masalah-masalah tersebut! Jangan kaget jika kelak Gereja Katolik membenarkan pemberkatan pasangan LGBT, diakon perempuan, imam yang tidak selibat, dan juga poligami!
Tapi dapatkah ajaran Gereja Katolik diubah-ubah?
Janji Tuhan sangat jelas, Gereja Katolik yang didirikan-Nya tidak akan terkalahkan oleh gerbang alam maut (Mat.16:18)! Dengan demikian Gereja Katolik selamanya pasti terbebas dari pengaruh berbagai kesesatan yang ingin mengubahnya, atau dengan kata lain Gereja Katolik bersifat indefektibel, bebas dari kerusakan. Nah, karena sifat indefektibel ini maka upaya apapun MUSTAHIL dapat mengubah ajaran Gereja.
Tapi bagaimana jika faktanya ajaran Gereja Katolik memang berubah seperti yang terjadi pada Gereja Katolik setelah Konsili Vatikan II?
Inilah yang sebenarnya terjadi...
Dipaksakannya kesesatan untuk masuk ke dalam Gereja Katolik hanya akan menimbulkan perpecahan internal. Dengan cara demikian berbagai perubahan yang merusak tidak pernah mencemari Gereja Katolik yang indefektibel, tapi terjadi pada Gereja Katolik palsu yang baru muncul. Jadi berbagai perubahan ajaran Gereja dan kesesatan yang kelak akan muncul melalui Sinode Untuk Sinodalitas, hanya akan terjadi pada Gereja Katolik palsu, bukan pada Gereja Katolik yang sesungguhnya.
Tapi keliru jika kita menganggap Gereja Katolik palsu ini baru dibangun oleh Paus Fransiskus. Apa yang dilakukan oleh Paus Fransiskus sebenarnya hanyalah meneruskan dan menegaskan apa yang sudah dilakukan para Paus sebelumnya dalam membangun Gereja palsu sejak Konsili Vatikan II. Jadi Gereja Katolik palsu itu sudah ada sejak lama dan Paus Fransiskus hanya melanjutkan pembangunannya.
Kita bisa melihat jejak pembangunan Gereja palsu ini sejak Paus Paulus VI yang mempromulgasikan liturgi Misa Novus Ordo untuk Gereja palsu. Selanjutnya Paus Yohanes Paulus II ikut membangun karakter ekumenis Gereja Palsu dengan membuat kegiatan doa bersama semua agama di Asisi tahun 1986 dan juga dengan tindakannya mencium Quran. Bahkan Paus Benediktus XVI yang berupaya mengembalikan Misa Latin Tradisional melalui Motu Proprio Summorum Pontificum juga ikut berperan membangun karakter ekumenis Gereja palsu. Paus Benediktus XVI antara lain menyatakan bahwa status bangsa Yahudi sebagai bangsa terpilih tidak dihapuskan dan penantian mereka terhadap kedatangan Mesias (yang berarti pernolakan mereka terhadap Yesus Kristus sebagai Mesias yang sudah datang) dapat dibenarkan.
Di masa Paus Fransiskus pembangunan Gereja palsu ini mengalami percepatan yang signifikan dengan membangun karakter naturalistik melalui ensiklik "Laudato Si", mengubah ajaran Gereja tentang perkawinan melalui ensiklik "Amoris Laetitia," menambahkan karakter sinkretistik melalui skandal Pachamama, dan sekarang melalui "Sinode Untuk Sinodalitas" hampir dapat dipastikan perubahan ajaran Gereja akan terjadi semakin luas dan terus-menerus sesuai kebutuhan jaman.
Melalui "Sinode Untuk Sinodalitas" inilah sekarang kita bisa melihat agenda sesungguhnya dari Konsili Vatikan II dengan jelas, yaitu untuk membangun sebuah Gereja palsu yang bersifat naturalis dan ekumenis!
Pertanyaannya, apakah gagasan tentang adanya Gereja Katolik palsu ini dibenarkan oleh ajaran Gereja Katolik?
Sebenarnya hadirnya Gereja palsu ini bukan hal yang mengejutkan karena sudah dinubuatkan sebelumnya dalam Kitab Suci! Apa yang sedang terjadi tidak lain adalah penggenapan dari nubuat Rasul Paulus tentang kemurtadan besar:
Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu MURTAD...(2Tes.2:3)
Dalam terjemahan Katolik Dhouay-Rheims teks tersebut berbunyi demikian
Let no man deceive you by any means, for unless there come a REVOLT first...
(2 Tes.2:3)
Kemurtadan disini berarti pemberontakan. Jadi kemurtadan dalam nubuat tersebut bukanlah orang Katolik ramai-ramai meninggalkan imannya, tapi terjadi pemberontakan atau pembangkangan besar-besaran terhadap iman yang benar. Inilah yang digenapi dengan pembangunan Gereja palsu melalui Konsili Vatikan II!
Mengapa (bisa) terjadi pemberontakan besar-besaran terhadap iman yang benar?
Kuncinya ada pada teks Dei Verbum 8 yang berbunyi:
Tradisi yang berasal dari para rasul itu berkat bantuan Roh Kudus berkembang dalam Gereja: sebab berkembanglah pengertian tentang kenyataan-kenyataan maupun kata-kata yang diturunkan....dst.
Sebab dalam perkembangan sejarah, Gereja tiada hentinya menuju kepenuhan kebenaran ilahi, sampai terpenuhilah padanya sabda Allah.
Intinya, Dei Verbum 8 mengajarkan bahwa Gereja Katolik belum menerima Sabda Tuhan yang utuh sehingga dengan bantuan Roh Kudus Tradisi ajaran iman para Rasul akan terus berkembang menuju kepenuhan Sabda Allah. Atau dengan kata lain Dei Verbum 8 mengajarkan adanya evolusi Sabda Tuhan di dalam Gereja!
Ini jelas merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap kutukan Rasul Paulus yang melarang siapapun mengubah ajaran iman para Rasul (Gal.1:8-9). Bahkan pandangan tersebut juga termasuk dalam salah satu pernyataan yang dikutuk oleh "Syllabus of Errors" dari Paus Pius IX, yaitu:
5. Wahyu ilahi tidak sempurna, dan karena itu tunduk pada kemajuan yang terus-menerus dan tidak terbatas, sesuai dengan kemajuan akal manusia.
Gagasan sesat tentang adanya evolusi Sabda Tuhan inilah yang kelak menjadi pembenaran terhadap semua perubahan atau penyimpangan ajaran-ajaran Gereja yang muncul dengan dalih mengikuti perkembangan atau tuntutan jaman.
Karena Gereja Katolik (dengan prinsip indefektibilitasnya) mustahil dicemari oleh ajaran sesat, maka kesesatan dari Dei Verbum 8 ini hanya menimbulkan perpecahan internal yang menghasilkan Gereja palsu! Dengan demikian semua orang yang menerima ajaran Konsili Vatikan II, entah mereka sadar atau tidak, sesungguhnya ada di dalam Gereja palsu yang memberontak terhadap iman yang benar!
Keadaan itulah yang menjadi penggenapan dari terjadinya kemurtadan besar (atau pemberontakan terhadap iman yang benar) sesuai nubuat Rasul Paulus. Bahkan para pendukung Konsili Vatikan II ini, mulai dari para Paus, para Uskup, hingga para imam, sesungguhnya ada di bawah kutukan Rasul Paulus (Gal.1:8-9). Sementara itu Gereja Katolik sejati yang tidak tercemar tetap ada dalam bentuk sisa umat yang setia, yaitu mereka yang menolak Konsili Vatikan II dan semua pembaharuannya.
Dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa setelah Konsili Vatikan II Gereja Katolik pada dasarnya terbelah secara internal: yaitu Gereja Katolik palsu yang menerima Konsili Vatikan II, dan Gereja Katolik sejati yang menolak Konsili Vatikan II. Kondisi ini juga menjadi penggenapan sempurna dari perumpamaan Injil tentang sebuah ladang yang ditumbuhi gandum dan lalang! Dalam konteks ini, Gereja palsu adalah lalang yang sejak berakhirnya Konsili Vatikan II sampai hari ini menjadi mayoritas, dan Gereja Katolik sejati adalah gandum yang jumlahnya sedikit namun akan tetap ada, dan dengan pertolongan rahmat Tuhan akan berakar semakin kuat.
Selain itu, gagasan tentang adanya Gereja palsu ini juga sudah dinubuatkan oleh Kitab Wahyu ketika berbicara tentang dua perempuan. Yang satu adalah perempuan yang diselamatkan ke padang gurun (Why.12), dan yang lain adalah perempuan pelacur (Why.17). Perempuan yang diselamatkan di padang gurun adalah Gereja Katolik sejati yang jumlahnya sedikit dan ditindas namun diselamatkan dan dilindungi Tuhan. Sementara perempuan pelacur adalah Gereja Katolik palsu yang menerima nilai-nilai dunia sebagai doktrinnya namun kelak akan hancur.
Juga dalam pesan Bunda Maria di La Salette yang resmi diakui Gereja Katolik terdapat kata-kata ini: "Roma akan kehilangan imannya dan menjadi tahta Antikristus... Gereja akan mengalami gerhana dan dunia menjadi cemas..." Pesan ini menubuatkan kesesatan yang masuk ke dalam Gereja Katolik lalu mengubahnya menjadi Gereja palsu, yang bagaikan gerhana telah menghalangi Gereja Katolik sejati dari pandangan!
Beberapa tokoh Katolik yang percaya adanya kemunculan Gereja palsu ini antara lain St. Padre Pio yang pada tahun 1960 mengatakan kepada Rm. Gabriel Amorth (seorang exorcist di Vatikan), "Iblis telah masuk ke dalam struktur Gereja dan tidak lama lagi ia akan memimpin Gereja Palsu." Selain itu Mgr. Marcel Lefebvre juga secara implisit mengakui adanya Gereja palsu ini dan menolaknya dalam deklarasi pada tahun 1974:
"...Kami berpegang teguh, dengan segenap hati kami dan dengan segenap jiwa kami, pada Roma Katolik, Penjaga Iman Katolik dan tradisi yang diperlukan untuk melestarikan iman ini, pada Roma Abadi, Mempelai kebijaksanaan dan kebenaran.
Di sisi lain, kami menolak dan selalu menolak untuk mengikuti kecenderungan Roma neo-Modernis dan neo-Protestan, yang jelas terlihat dalam Konsili Vatikan II dan, setelah Konsili, dalam semua reformasi yang dihasilkan darinya..."
Demikian juga Uskup Agung Fulton Sheen, seorang uskup Katolik Amerika Serikat yang sangat terkenal karena homili dan katekesenya sering ditayangkan di televisi pada tahun 1950-an juga percaya adanya Gereja palsu ini. Berikut adalah kutipan pernyataannya tentang Gereja palsu:
[video]
Sementara itu bukti paling jelas dari keberadaan Gereja palsu ini justru datang dari para pendukung Konsili Vatikan II yang tidak dapat menyembunyikan niat mereka untuk membangun Gereja baru. Berikut adalah kutipan dari sebuah dokumen AUSCP (Association of United States Catholic Priests) yang kami ambil dari situs onepeterfive.com:
Teolog Hermann Pottmeyer memandang era Vatikan II sebagai 'situs bangunan yang belum selesai' mirip dengan pembangunan Basilika Santo Petrus yang baru pada tahun 1500-an.
"Konstruksi dimulai dengan peletakan fondasi dan pemasangan pilar serta dinding di sekitar basilika tua Constantine. Hal itu mempersiapkan jalan bagi atap dan kubah untuk melengkapi struktur luar yang baru. Butuh waktu puluhan tahun. Sementara itu, gereja lama tetap di tempatnya sambil mengkondisikan kemajuan bangunan yang baru. Setelah struktur luar selesai, basilika tua dipindahkan."
Demikianlah Pottmeyer melihat Vatikan II sedang merancang sebuah gereja baru untuk dikembangkan dari gereja yang sudah ada. 16 dokumen Konsili meletakkan sebuah dasar baru. Empat konstitusi tentang Liturgi, Gereja, Wahyu, dan Gereja di Dunia Modern adalah pilar yang baru....
Dalam dokumen tersebut kita bisa melihat betapa AUSCP sebagai wadah imam-imam Katolik Amerika Serikat menyadari agenda Konsili Vatikan II yang ingin membangun sebuah Gereja baru dan akan melenyapkan Gereja Katolik yang lama pada waktunya.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa berbagai perubahan merusak di Gereja Katolik sejak Konsili Vatikan II adalah tanda tak terbantahkan bahwa saat ini kita sedang berhadapan dengan Gereja Katolik palsu yang memiliki ajaran berbeda dari ajaran iman para Rasul!
Setelah kita mengenali fakta ini, lalu apa konsekuensinya?
Pertama, tentu saja dengan mengakui adanya Gereja palsu kita mendapatkan kepastian. Sekarang kita tahu bahwa segala kerusakan di Gereja Katolik yang meresahkan, membuat kita kecewa, bahkan kadang membuat kita marah, sama sekali tidak mempengaruhi Gereja Kristus yang indefektibel. Semua kerusakan dan kesesatan itu sepenuhnya terjadi di Gereja Katolik palsu.
Sebaliknya, Gereja Kristus yang asli dengan pertolongan Roh Kudus tak tersentuh kesesatan dan tetap setia pada iman para Rasul seperti sebelumnya. Gereja ini meski kecil dan terus ditekan, tidak akan binasa dan tetap menjadi bahtera Nuh yang sempurna sebagai sarana keselamatan bagi semua manusia yang percaya pada janji Kristus! Gereja ini ditandai dengan kegigihannya menolak semua pembaharuan Konsili Vatikan II sambil tetap mengakui seluruh hirarki Gereja Katolik yang sah.
Kedua, tugas kita adalah membantu menyadarkan saudara-saudara kita yang masih mengira Gereja Katolik baik-baik saja agar mereka mengenali krisis besar yang sedang terjadi di Gereja Katolik. Kita harus menyampaikan seruan Tuhan dalam Kitab Wahyu yang menghendaki umat-Nya segera keluar dari Gereja palsu yang akan dibinasakan:
"Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya. Sebab dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah mengingat segala kejahatannya...." (Why.18:4-5)
Perlu dicatat baik-baik, seruan Tuhan dalam Kitab Wahyu ini tidak dimaksudkan agar kita keluar dari Gereja Katolik karena tidak ada sarana keselamatan lain yang disediakan Tuhan bagi manusia selain Gereja Katolik. Seruan itu dimaksudkan agar kita keluar dari Gereja Katolik palsu yang saat ini berkuasa, untuk selanjutnya mengikuti Gereja Katolik sejati. Jadi Tuhan menghendaki agar umat-Nya yang saat ini terjebak dalam Gereja Konsili untuk segera keluar, dan kembali setia pada iman para Rasul di dalam Gereja Katolik dengan cara menolak Konsili Vatikan II dan seluruh pembaharuannya yang menyesatkan.
Ketiga, seperti perkataan Tuhan dalam Injil, "Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik." (Mat.7:17-18) maka Gereja Katolik palsu hasil Konsili Vatikan II ini juga tidak akan menghasilkan buah yang baik. Buah-buah yang dihasilkannya hanya akan menjadi racun yang merusak jiwa kita. Itu sebabnya kita perlu menolak semua liturgi, devosi, atau pembaharuan rohani yang ditawarkan oleh Gereja Konsili.
Berdasarkan prinsip ini berarti kita harus menolak Misa Novus Ordo, Devosi Kerahiman Ilahi, Gerakan Karismatik Katolik, dan termasuk juga penambahan misteri cahaya pada Doa Rosario! Itu semua buah-buah khas Gereja Konsili yang menurut prinsip Injil: TIDAK BAIK karena berasal dari pohon yang tidak baik!
Keempat, pada akhirnya dengan segala pembaharuan dan perubahannya yang merusak, Gereja Katolik palsu ini akan menghancurkan dirinya sendiri. Sebagaimana Yudas Makabe di masa lalu berjuang memulihkan kembali Bait Suci di Yerusalem dari segala kerusakan, begitu juga kelak kita sebagai Yudas Makabe modern akan berjuang memulihkan kembali Gereja Katolik dari segala kerusakan yang ditimbulkan oleh Gereja palsu. Kita akan mengkonsekrasi kembali semua altar dan gereja-gereja yang tercemar oleh Novus Ordo, kita akan mengembalikan semua tradisi liturgi beserta imam-imam yang setia pada iman para Rasul ke dalam Gereja Katolik. Dan yang terpenting kita akan membuang semua ajaran Konsili Vatikan II serta seluruh pembaharuannya yang merusak.
Pahami situasi ini seperti ladang yang semula ditanami gandum namun di kemudian hari ditumbuhi lalang. Ketika serangan hama lalang terjadi, gandumnya tidak mengalami kerusakan sama sekali meskipun keadaannya terhimpit dan tersisa sedikit. Tapi kehadiran lalang yang banyak sudah pasti merusak nyaris seluruh ladang. Maka ketika pada saatnya lalang dicabut untuk dibinasakan, gandum yang sudah berakar kuat akan kembali bertumbuh subur untuk memenuhi ladang dan siap dipanen!
Gereja Katolik yang indefektibel atau tidak dapat rusak adalah gandum, sedangkan Gereja palsu (atau Gereja Konsili) adalah lalang yang merusak, sementara ladangnya adalah Gereja Katolik sebagai institusi. Ketika kemurtadan besar terjadi, Gereja Katolik sebagai Gereja Kristus tetap tidak tercemar karena sifat indefektibilitasnya. Namun Gereja Katolik sebagai sebuah institusi sempat menjadi rusak karena kehadiran Gereja palsu. Ketika Gereja palsu ini runtuh maka Gereja Katolik sebagai institusi perlu dipulihkan kembali keadaannya agar sepenuhnya kembali menjadi Gereja Kristus seperti semula.
Kenyataan bahwa Gereja Katolik pendukung Konsili Vatikan II tidak lebih dari Gereja palsu pasti sulit diterima oleh banyak orang Katolik. Tapi itulah fakta yang terjadi dan paling tepat menjelaskan berbagai kesesatan serta penyimpangan yang terjadi terus-menerus di Gereja Katolik saat ini. Itu juga fakta yang sesuai dengan nubuat Kitab Suci.
Jika kehadiran Gereja palsu yang begitu jelas di depan mata saja mereka sudah tidak dapat mengenalinya, bagaimana mungkin mereka akan dapat mengenali Antikritus jika si penyesat itu datang? Hanya mereka yang mampu mengenali Gereja palsu dan berani memutuskan keluar dari dalamnya saja yang akan mampu mengenali Antikristus serta menghindari penyesatannya.
Ikuti nasehat Injil:
"...Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." (Mat.7:13-14).
Segeralah tinggalkan Gereja Katolik palsu yang mainstream, dan bergabunglah di dalam Gereja Katolik sejati yang kecil namun setia pada iman para Rasul sekarang!
Terima kasih atas perhatian anda...
Viva Christo Rey!
0 Komentar