Idul Adha Dan Kelatahan Kronis Para Uskup Yang Ikut Menyumbang Hewan Kurban


 
Transkrip:


Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...

Sebentar lagi tetangga sebelah, yaitu umat Islam, akan merayakan Idul Adha yang menjadi salah satu hari raya penting bagi mereka. Hari raya ini dimaksudkan untuk mengingat kembali perintah Tuhan kepada Abraham (atau Ibrahim menurut sebutan muslim) untuk mengurbankan anaknya. Mereka merayakannya dengan melakukan ibadah Haji di Mekah dan melakukan kurban hewan di berbagai tempat di seluruh dunia.

Yang menarik bagi kita sebagai orang Katolik, sama seperti yang telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, sepertinya pada hari raya Idul Adha kali ini kita juga akan disuguhi tingkah memalukan para Uskup Katolik yang mencari pujian dunia dengan ikut-ikutan menyumbang sapi atau hewan kurban lainnya! Mudah-mudahan sih tidak begitu yang terjadi, tapi mari kita tunggu saja faktanya nanti...

Untuk memahami fenomena ini, kita akan melihat apa sesungguhnya perayaan Idul Adha tersebut dalam perspektif iman Katolik...

Meski peristiwa tersebut sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kehidupan Muhamad sebagai nabi Islam ataupun kemunculan Islam itu sendiri sebagai agama baru, peristiwa tersebut dirayakan mereka demi menunjukkan keterkaitan Islam sebagai agama yang juga muncul dari keturunan Abraham. Perayaan Idul Adha sebagai upaya untuk mengkaitkan Islam pada keturunan Abraham bisa dilihat dari fakta ini: meski dalam Quran tidak pernah disebutkan dengan jelas nama anak yang dikurbankan Abraham, namun dalam setiap perayaan Idul Adha selalu dikatakan bahwa anak yang diperintahkan Tuhan untuk dikurbankan adalah Ismael, bapa dari orang-orang Arab.

Ini jelas bertentangan dengan Kitab-kitab Perjanjian Lama yang secara eksplisit menyatakan anak yang dikurbankan oleh Abraham adalah Ishak sebagai satu-satunya anak Abraham dari istri yang sesungguhnya, yaitu Sara. Sementara Ismael adalah anak Abraham dari Hagar yang sebenarnya hanyalah seorang budak dari Sara, yang diminta untuk memberikan anak bagi Abraham karena Sara mengira dirinya sudah tidak mungkin mempunyai anak. Nah, pada saat peristiwa kurban itu terjadi, sebenarnya Ismael dan Hagar sudah lama diusir oleh Abraham atas permintaan Sara yang pada waktu itu sudah mempunyai anak sendiri, yaitu Ishak. Jadi anggapan muslim bahwa yang dikurbankan adalah Ismael tentu saja keliru.

Dalam tradisi Yahudi, sebenarnya peristiwa kurban yang dilakukan Abraham ini tidak dirayakan secara khusus. Sama seperti kurban bakaran yang dilakukan Nuh setelah selamat dari bencana air bah juga tidak dirayakan secara khusus dalam tradisi iman Yahudi. Sebaliknya, berbagai upacara kurban yang mereka lakukan seperti misalnya upacara kurban sehari-hari (Bil.29:38-46), dikaitkan dengan perintah Tuhan pada Musa.

Upacara kurban sehari-hari dalam tradisi Yahudi ini berakhir ketika Bait Allah di Yerusalem dihancurkan oleh bangsa Romawi pada tahun 70 Masehi. Ini secara simbolik juga menandai berakhirnya upacara kurban binatang menurut Hukum Musa. Selanjutnya perintah Tuhan tentang kurban sehari-hari ini diteruskan dalam bentuk Misa Kudus di Gereja Katolik yang merupakan pengulangan dari kurban Kalvari dimana Tuhan Yesus Kristus mengurbankan Diri-Nya sebagai penebusan yang sempurna bagi dosa-dosa manusia.

Jadi Misa Kudus yang diselenggarakan setiap hari di Gereja Katolik tidak hanya penerus dari perintah Tuhan kepada Musa untuk melaksanakan kurban sehari-hari, tapi juga sekaligus menyempurnakannya. 

Mengapa demikian? 

Karena dalam upacara kurban sehari-hari Yahudi sesuai Hukum Musa, yang dikurbankan adalah binatang domba. Sebaik apapun domba yang dikurbankan, sebenarnya tidak pernah cukup sebagai kurban penebusan dosa manusia. Sementara dalam kurban Kalvari, yang menjadi kurban adalah Anak Domba Allah yakni Yesus Kristus Sang Putra Allah sendiri. Inilah kurban sempurna sebagai penebusan yang tuntas bagi seluruh dosa manusia! Nah, kurban sempurna itulah yang sampai hari ini dilaksanakan setiap hari di seluruh Gereja Katolik sebagai pengulangan tanpa darah dari kurban Kalvari (lihat 1Kor.11:24-25)!

Sekarang mari kita lihat betapa ironis dan memalukannya tindakan para Uskup Katolik yang ikut-ikutan menyumbang hewan kurban....

Dalam perspektif iman Katolik, kurban Abraham yang dirayakan dalam Idul Adha tidak lebih hanyalah tipologi atau perlambang dari kurban Kalvari yang digenapi dalam Misa Kudus. Dalam peristiwa kurban Abraham, Allah meminta Abraham untuk mengurbankan anak tunggalnya. Sementara dalam peristiwa kurban Kalvari, Allah Bapa sendiri menggenapi semangat pengurbanan Abraham yang pernah diminta-Nya dengan mengurbankan Yesus Kristus Sang Putra Tunggal-Nya.

Dalam peristiwa kurban Abraham, Allah meminta Abraham untuk mengurbankan anak tunggalnya. Sementara dalam peristiwa kurban Kalvari, Allah Bapa sendiri menggenapi semangat pengurbanan Abraham yang pernah diminta-Nya, dengan mengurbankan Yesus Kristus Sang Putra Tunggal-Nya. Kita bisa ibaratkan relasi antara kurban Abraham dan kurban Kalvari seperti kartu undangan untuk pesta perkawinan. Kurban Abraham adalah kartu undangannya, sedangkan Misa Kudus adalah pesta perkawinan yang disebut dalam undangan tersebut. Apa yang dilakukan saudara-saudara kita yang muslim dengan merayakan Idul Adha adalah bagaikan orang yang sibuk mengagumi kartu undangan perkawinan. Sementara pesta perkawinan yang ditulis dalam undangan justru sedang berlangsung meriah dan mereka tidak datang karena tidak tahu.

Para Uskup sebagai penerus para Rasul Yesus Kristus seharusnya membantu menyadarkan mereka yang masih sibuk mengagumi kartu undangan untuk segera melupakannya dan segera pergi mendatangi pesta perkawinan. Tapi yang dilakukan para Uskup ini justru sibuk ikut membenarkan orang-orang yang mengagumi kartu undangan dengan cara ikut-ikutan latah menyumbangkan hewan kurban! Semuanya demi memupuk semangat toleransi palsu yang penuh pujian dunia, tapi jelas-jelas meminggirkan semangat penginjilan yang diperintahkan Tuhan!

Mungkin para Uskup itu sendiri memang sudah lupa betapa pentingnya Misa Kudus sebagai pengulangan kurban Kalvari yang sempurna akibat mereka sendiri sudah tergerus imannya karena terkontaminasi Misa blasteran Novus Ordo yang selalu mereka rayakan...

Mari kita berdoa bagi para Uskup ini agar mereka kembali ingat pada tugas mereka sebagai gembala Gereja yang diutus untuk mewartakan Salib Kristus ke seluruh bangsa. Semoga saja para Uskup ini segera menghentikan praktek ikut-ikutan menyumbang hewan kurban setiap Idul Adha yang seolah menjadi tradisi baru bagi banyak keuskupan di Indonesia.

Terima kasih atas perhatian anda...

Viva Christo Rey!

Posting Komentar

0 Komentar