Transkrip video:
Salam damai dan sejahtera bagi kita semua..
Kalau ada seekor binatang mengaku sebagai bebek, tapi kepalanya tidak seperti bebek, suaranya tidak seperti bebek, cara berjalannya tidak seperti bebek, dan makannya tidak seperti bebek, maka kita bisa simpulkan itu pasti bebek palsu!
Maka kalau ada Gereja mengaku Katolik, tapi Paus yang memimpinnya tidak seperti Paus Katolik, liturginya tidak seperti liturgi Katolik, ajaran imannya juga berbeda dengan ajaran iman para Rasul, maka kita bisa pastikan itu Gereja Katolik PALSU!
Cukup dengan membuka mata dan menggunakan akal sehat kita tahu itulah yang sedang terjadi dengan Gereja Katolik pasca-konsili!
Pada tanggal 23 Juni 2023 Paus Fransiskus mengundang ratusan seniman ke Kapel Sistina di Vatikan untuk mengadakan audiensi khusus. Diantara seniman yang diundang adalah Andres Serrano, seorang seniman yang beberapa dekade lalu membuat karya dengan judul "PISS CHRIST." Karya tersebut berupa foto salib yang dibenamkan ke dalam wadah berisi kencing. Ini pelecehan dan penghujatan luar biasa yang membuat banyak orang Katolik geram. Salah satunya Kardinal George Pell (almarhum) pada tahun 1997 sempat meminta pengadilan di Australia untuk melarang pameran karya tersebut.
Namun dalam pertemuan di Kapel Sistina tersebut, Paus Fransiskus tampak menerima dengan baik kehadiran Andres Serrano dan bahkan memberikan acungan jempol seolah tanda dukungan atau pujian terhadap karyanya.
Mungkin kita mengira Paus Fransiskus sedang menunjukkan pada dunia bahwa dirinya orang yang sangat menghargai kebebasan berekspresi.
Tapi ironisnya, beberapa hari kemudian dalam wawancara dengan harian "Al-Ittihad" tanggal 3 Juli 2023, Paus Fransiskus mengecam keras pembakaran Quran yang terjadi di Swedia.
Ini pernyataan Paus Fransiskus:
“Buku apa pun yang dianggap suci oleh orang-orangnya harus dihormati untuk menghormati pemeluknya, dan kebebasan berekspresi tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk merendahkan orang lain, dan mengizinkannya terjadi, harus ditolak dan dikutuk.”
Jadi bagi Paus Fransiskus ekspresi penghinaan terhadap agama lain harus ditolak dan dikutuk, tapi penghinaan dan penghujatan terhadap Salib Kristus layak diapresiasi dan diberi acungan jempol!
Sebuah sikap yang luar biasa inkonsisten sekaligus mengecewakan bagi seorang Paus yang seharusnya menjadi Wakil Kristus!
Kita memang tidak bisa menilai apa yang ada dalam hati Paus Fransiskus sewaktu memberi jempol kepada Andres Serrano dan beberapa hari kemudian mengecam keras pembakaran Quran. Tapi berdasarkan tindakannya tersebut, kita layak berasumsi Paus Fransiskus tidak peduli pada Yesus Kristus Tuhan kita!
Dalam Injil Tuhan berkata, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." (Yoh.14:15)
Hal sebaliknya berlaku: jika seseorang tidak peduli pada Tuhan, maka ia juga tidak peduli pada ajaran Tuhan dan akan mengubah-ubahnya menurut kehendaknya sendiri. Tepat itulah yang sedang terjadi di Gereja Katolik sekarang ini di bawah pimpinan seorang Paus yang tidak peduli pada Tuhan!
Selama 10 tahun Paus Fransiskus secara bertahap telah mengubah ajaran-ajaran Gereja. Diantaranya tentang pemberian komuni bagi pasangan yang sudah cerai tapi kawin lagi, dan juga tentang hukuman mati. Tapi seolah merasa waktunya tinggal tersisa sedikit, sekarang Paus Fransiskus ingin melakukan perubahan yang lebih cepat lagi!
Dengan mengangkat Uskup Agung Fernandez yang liberal sebagai Prefek DDF (yang seharusnya menjadi benteng terakhir penjaga iman Katolik), Paus Fransiskus sedang membuka pintu selebar-lebarnya untuk mengubah banyak doktrin dan ajaran iman Gereja Konsili!
Pada tanggal 4 Juli 2023, dalam wawancaranya yang pertama sejak diangkat menjadi Prefek DDF, ketika ditanya soal pemberkatan pasangan LGBT Uskup Agung Fernandez menjawab demikian, "...jika pemberkatan (bagi pasangan LGBT) diberikan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kebingungan, itu harus dianalisis dan dikonfirmasi."
Pernyataan yang abu-abu (ambigu) ini jelas menunjukkan niatnya sebagai Prefek DDF untuk membuka peluang bagi pemberkatan pasangan LGBT!
Injil sudah mengajarkan, "Jika ya, hendaklah kamu katakan: YA, jika tidak, hendaklah kamu katakan: TIDAK. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat." (Mat.5:37)
Maka kita tahu dari mana pandangan abu-abu Prefek DDF itu berasal!
Perlu diketahui bahwa pada tahun 2021 DDF telah membuat pernyataan tegas bahwa Gereja tidak dapat memberkati pasangan LGBT. Tapi pernyataan DDF itu tampaknya bertentangan dengan pandangan Paus Fransiskus sehingga Uskup Agung Giacomo Morandi yang mengusulkan dokumen tersebut tidak lama kemudian dipecat dari jabatannya sebagai sekretaris DDF.
Sekarang dengan Prefek DDF yang baru, tampaknya pernyataan DDF tahun 2021 itu akan segera diubah! Kemungkinan ini menjadi sangat besar mengingat Paus Fransiskus telah menunjuk banyak klerus pendukung LGBT, termasuk diantaranya Fr. James Martin SJ, untuk menghadiri 'Sinode Untuk Sinodalitas' pada bulan Oktober 2023.
Dengan Paus yang tidak peduli pada Kristus, Prefek DDF yang liberal dan pendukung LGBT, klerus-klerus pendukung LGBT yang memenuhi Sinode, ditambah lagi tekanan dari konferensi Uskup di berbagai negara Eropa, maka ajaran Gereja yang mengijinkan pemberkatan pasangan LGBT sepertinya tinggal menunggu waktu dan formula kata-kata yang tepat. Jika itu terjadi maka selanjutnya ajaran apapun yang sejalan dengan keinginan dunia akan dengan mudah diterima dan diadaptasi sebagai bagian dari ajaran Gereja!
Bagi Paus Fransiskus dan semua hirarki pendukungnya tidak ada ajaran Gereja yang tidak mungkin diubah! Apalagi dalam wawancaranya dengan Vatican News tanggal 8 Juli 2023, Uskup Agung Fernandez menjelaskan gagasan Paus Fransiskus tentang tugas DDF, "...doktrin iman dipertahankan, terutama, dengan menumbuhkan pemahamannya." Ini tentu saja membuka kemungkinan bagi Gereja untuk mengadopsi nilai-nilai dunia dan berbagai doktrin sesat dengan dalih pemahaman Gereja yang bertumbuh!
Lalu bagaimana dengan indefektibilitas Gereja yang menjamin Gereja Katolik tidak dapat tercemar kesesatan? Sayangnya, indefektibilitas TIDAK BERLAKU bagi Gereja Konsili alias Gereja Katolik palsu! Atau sebaliknya, berbagai perubahan ajaran yang menyimpang itu menjadi bukti kuat bahwa Gereja Konsili bukanlah Gereja Katolik yang indefektibel dan diwariskan oleh para Rasul!
Ingat, Paus Fransiskus sudah sukses mengubah beberapa ajaran Gereja, antara lain tentang hukuman mati dan pemberian komuni bagi pasangan yang cerai tapi kawin lagi. Maka perubahan ajaran Gereja tentang LGBT bukan hal yang mustahil untuk diubah.
Bagi para pendukung Konsili Vatikan II dan pengikut Misa blasteran Novus Ordo, kondisi ini akan menjadi ujian berat bagi kewarasan akal sehat mereka. Jika kelak Gereja Katolik mengijinkan pemberkatan pasangan LGBT, dalih pembenaran apa lagi yang harus mereka gunakan untuk menerima fakta itu?
Atau keadaan tersebut akan membuat mereka mulai sadar bahwa Gereja Konsili yang ajarannya terus berubah tanpa akhir ini memang Gereja Katolik palsu? Tentu hal tersebut akan sangat baik bagi mereka!
Bagaikan kodok-kodok yang direbus dalam panci dengan api kecil, banyak orang Katolik tidak sadar dengan perubahan ajaran Gereja yang terjadi secara bertahap setelah Konsili Vatikan II. Kini di masa Paus Fransiskus, nyala api sedang diperbesar dan suhu air meningkat lebih cepat dari sebelumnya.
Sebagian kecil kodok sadar dengan apa yang terjadi dan mulai berlompatan ke luar panci. Tapi sayangnya sebagian besar kodok masih memilih tetap berada di dalam panci. Itulah orang-orang Katolik yang sampai saat ini masih mengira Gereja Konsili adalah Gereja Kristus yang diwariskan oleh para Rasul!
Jika pemberkatan LGBT sungguh-sungguh dibenarkan oleh Gereja Konsili, itu akan menjadi momen penentuan. Mereka yang masih juga tidak menyadari Gereja Konsili sebagai Gereja Katolik palsu dan terus mencari-cari pembenaran, mungkin selamanya akan tetap mengikuti Gereja palsu. Bagi mereka tampaknya ketaatan buta terhadap hirarki lebih penting ketimbang kesetiaan pada iman para Rasul.
Tapi buat mereka yang berakal sehat, tentunya tidak perlu menunggu Gereja Konsili resmi membenarkan pemberkatan LGBT. Cukup dengan melihat apa yang sedang terjadi sekarang seharusnya kita sudah tahu bahwa cepat atau lambat Gereja Konsili akan menuju kesana dan entah akan mengubah ajaran apalagi.
Kini panci sudah sangat panas, selagi kaki-kaki masih kuat segeralah melompat keluar panci. Keluarlah dari Gereja Konsili alias Gereja Katolik palsu, dan bergabunglah di dalam sisa umat Tuhan seperti yang sudah dinubuatkan oleh Rasul Paulus (Rm.11:2-5).
Keluar dari Gereja Konsili atau Gereja Katolik palsu tidak berarti kita keluar dari Gereja Katolik dengan mengikuti gereja lain atau bahkan agama lain.
Kita tetap setia berada di dalam Gereja Katolik tapi kita menolak Konsili Vatikan II dan semua pembaharuannya yang menyesatkan. Bahkan kita tetap mengakui Paus dan hirarki yang sah, namun kita akan menolak semua perintah atau ajaran mereka yang menyimpang dari iman para Rasul dengan meneladani semangat Nabi Daniel!
Ingatlah, dengan segala perubahan yang semakin merusak ini Gereja Konsili alias Gereja Katolik palsu sedang membuka kedok kepalsuan mereka dan bahkan sedang menghancurkan diri sendiri. Keluar dari Gereja Konsili dan bergabung bersama sisa umat di dalam Gereja Katolik yang sejati adalah pilihan terbaik bagi keselamatan jiwa kita dan sejalan dengan kehendak Tuhan!
Terima kasih atas perhatian anda...
Viva Christo Rey!
0 Komentar