Transkrip video:
Salam damai dan sejahtera bagi kita semua....
Sudah sekitar 3 minggu lamanya channel Crusader Network membahas kekeliruan paling mendasar dari Konsili Vatikan II, yaitu dokumen Dei Verbum 8 yang mengajarkan evolusi Sabda Tuhan. Tapi sejauh ini belum ada channel Katolik pendukung konsili yang menanggapinya.
Tampaknya pembahasan Dei Verbum 8 ini menempatkan para pendukung Konsili Vatikan II, baik klerus maupun awam, pada posisi dilematis. Jika mereka ikut menanggapi, kemungkinan besar masalah ini menjadi ramai, dan jika mereka gagal memberikan bantahan yang memadai maka hasilnya justru semakin banyak orang Katolik yang sadar akan kesesatan Konsili Vatikan II. Tapi jika tidak ditanggapi, maka sebagian orang Katolik yang mengikuti masalah ini, yang jumlahnya sudah ribuan orang dan terus bertambah, akan menganggap kesesatan Dei Verbum 8 adalah FAKTA YANG TIDAK DAPAT DIBANTAH!
Nah, pilihan mana yang lebih baik bagi pendukung Konsili Vatikan II? Biarlah mereka sendiri yang memutuskannya...
Sekedar mengingatkan kembali, tentang Tradisi Suci, teks Dei Verbum 8 menyatakan demikian :
Tradisi yang berasal dari para Rasul itu berkat bantuan Roh Kudus berkembang dalam Gereja: sebab berkembanglah pengertian tentang kenyataan-kenyataan maupun kata-kata yang diturunkan....
Teks ini dapat benar apabila yang dimaksud "berkembang" adalah pengertiannya yang semakin jelas dan semakin dalam, sementara substansinya tetap dan tidak berubah. Itu 100% sejalan dengan seluruh ajaran Gereja Katolik sejak jaman para Rasul!
Tapi masalahnya, yang dimaksud 'berkembang' dalam Dei Verbum 8 tidak demikian karena di paragraf yang sama dikatakan seperti ini:
Sebab dalam perkembangan sejarah, Gereja tiada hentinya menuju kepenuhan kebenaran ilahi, sampai terpenuhilah padanya Sabda Allah.
Dengan demikian dapat kita simpulkan Dei Verbum 8 secara implisit mengatakan bahwa Tradisi Suci yang diterima para Rasul belum tuntas dan dengan bantuan "Roh Kudus" masih terus berkembang hingga suatu saat, entah kapan, Gereja akan menerima Sabda Allah itu secara utuh.
Singkatnya, Dei Verbum 8 mengajarkan adanya EVOLUSI SABDA TUHAN!
Ini pelanggaran fatal terhadap ajaran Gereja Katolik sebab Rasul Paulus sendiri sudah menyatakan dengan begitu jelas dalam Gal.1:8-9, bahwa ajaran para Rasul itu TIDAK BOLEH DIUBAH. Rasul Paulus bahkan menyatakan hal tersebut disertai dengan kutukan terhadap siapapun yang berani mengubahnya. Dengan demikian siapapun pendukung Konsili Vatikan II yang setuju dan ikut mengajarkan evolusi Sabda Tuhan, sesungguhnya sudah ada di bawah kutukan Rasul Paulus! Renungkan ini baik-baik jika anda masih tetap nekad mendukung Konsili Vatikan II...
Evolusi Sabda Tuhan sama artinya dengan evolusi kebenaran. Dan evolusi kebenaran atau kebenaran yang terus berubah berarti menyangkal adanya kebenaran absolut yang tidak berubah! Selanjutnya penyangkalan terhadap kebenaran absolut sama artinya dengan menyangkal Tuhan! Dengan demikian sejak Gereja Katolik menerima adanya evolusi Sabda Tuhan melalui Dei Verbum 8, maka sejak saat itu Gereja Katolik pendukung konsili sesungguhnya mulai menyangkal Tuhan dan Kebenaran-Nya yang absolut, alias mulai masuk dalam proses kemurtadan! Atau dengan kata lain, evolusi Sabda Tuhan dalam Dei Verbum 8 adalah pintu pembuka bagi proses kemurtadan besar yang sudah dinubuatkan dalam Kitab Suci (2Tes.2:3).
Kita tidak perlu membayangkan kemurtadan besar itu berupa penyangkalan terhadap iman Kristen dan menjadi atheis, atau orang ramai-ramai meninggalkan iman Katolik dan mengikuti agama lain, atau orang-orang Kristen menolak percaya Yesus Kristus sebagai Tuhan. Tidak harus seperti itu! Cukup dengan percaya pada evolusi Sabda Tuhan seperti yang diajarkan oleh Konsili Vatikan II, sudah membuat orang menolak ajaran iman para Rasul yang tetap dan tidak berubah, dan dengan demikian menolak percaya pada Tuhan yang telah mempercayakan seluruh kebenaran yang utuh kepada Gereja-Nya.
Dengan alasan ini, kita tidak perlu ragu untuk mengatakan bahwa Konsili Vatikan II adalah pembawa kemurtadan besar bagi Gereja Katolik sesuai nubuat Kitab Suci!
Lalu dari mana munculnya gagasan tentang evolusi Sabda Tuhan?
Munculnya ajaran tentang evolusi Sabda Tuhan dalam Dei Verbum 8 tidak lain adalah keberhasilan dari bidat modernisme yang sudah dikutuk oleh Paus St. Pius X dalam "Pascendi Dominici Gregis" namun secara diam-diam terus berkembang diantara para teolog dan uskup-uskup liberal. Paus St. Pius X menyebut modernisme sebagai "gabungan semua bidat" karena modernisme ini tidak menyerang pokok-pokok ajaran iman tertentu tetapi mengajarkan konsep kebenaran yang terus berubah atau berevolusi sesuai perkembangan jaman.
Tentang gagasan perlunya evolusi dalam Gereja, Paus St. Pius X mengatakan:
...evolusi dalam Gereja itu sendiri dipupuk oleh kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi sejarah dan menyelaraskan diri dengan bentuk-bentuk masyarakat yang ada. (Pascendi Dominici Gregis 26)
Walaupun evolusi itu diusulkan oleh kaum modernis pendukungnya sebagai suatu kebutuhan bagi Gereja, Paus St. Pius X mengingatkan bahayanya:
Meskipun evolusi didorong oleh kebutuhan atau keperluan, namun, jika dikendalikan oleh (hal-hal) itu saja, ia akan dengan mudah melampaui batas-batas tradisi, dan dengan demikian, terlepas dari prinsip vital primitifnya, dan akan menghasilkan kehancuran alih-alih kemajuan. (Pascendi Dominici Gregis 27)
Jadi evolusi yang mucul dengan dalih perlunya perubahan atau pembaharuan dengan mudah dapat menimbulkan penyimpangan dari ajaran Gereja dan justru menghasilkan kerusakan!
Dalam dokumen yang sama Paus St. Pius X bahkan menjelaskan mekanisme perubahan yang terjadi dalam evolusi kebenaran tersebut:
Oleh karena itu, bagi mereka yang mempelajari lebih dekat ide-ide kaum Modernis, evolusi digambarkan sebagai hasil dari konflik dua kekuatan, yang satu cenderung ke arah kemajuan, yang lain ke arah konservasi (Pascendi Dominici Gregis 27).
Singkatnya, Paus St. Pius X dengan jeli melihat proses evolusi kebenaran yang digagas oleh kaum modernis tidak lain adalah penerapan dialektika hegelian antara tesis dan antitesis yang menghasilkan sintesis.
Secara sederhana prosesnya bisa dijelaskan seperti ini:
Tesisnya adalah ajaran status-quo, yaitu ajaran yang sudah dipercaya sebelumnya. Sementara antitesisnya adalah gagasan pembaharuan yang muncul akibat perkembangan jaman. Selanjutnya dari proses dialektika atau dialog antara tesis dan antitesis, antara gagasan konservatif dan ide-ide pembaharuan, muncullah sintesis yang adalah hasil kompromi antara ajaran konservatif dan gagasan pembaharuan.
Sintesis ini kemudian menjadi tesis atau status-quo yang baru. Dengan berkembangnya jaman suatu saat akan muncul antitesis yang baru, yaitu gagasan-gagasan pembaharuan yang lebih baru untuk memenuhi kebutuhan jaman. Selanjutnya dari proses dialektika antara tesis dan antitesis, muncullah sintesis baru yang merupakan kompromi dari ajaran konservatif dan gagasan pembaharuan. Sama seperti sebelumnya, sintesis ini selanjutnya menjadi tesis dan status-quo yang baru. Demikianlah proses dialektika hegelian ini akan terus berlanjut dan kebenaran yang dihasilkannya akan terus berubah tanpa akhir.
Kebenaran yang terus berubah tanpa akhir itulah yang akan didapat Gereja Katolik dari evolusi Sabda Tuhan yang diajarkan dalam Dei Verbum 8! Bahayanya yang fatal berupa penyimpangan dan penyangkalan terhadap Tradisi Suci ajaran iman para Rasul sudah diingatkan oleh Paus St. Pius X! Tidak itu saja, keterlibatan awam yang didorong oleh Konsili Vatikan II juga sudah diprediksi sebelumnya:
Kami telah mengamati, Saudara-saudara Yang Mulia, pengenalan doktrin yang paling merusak ini akan menjadikan KAUM AWAM sebagai faktor kemajuan dalam Gereja. (Pascendi Dominici Gregis 27).
Paus St. Pius X sudah memprediksi bahwa pada akhirnya modernisme akan menggunakan kaum awam sebagai alat penggagas perubahan yang merusak dalam Gereja. Tepat inilah yang terjadi dalam Misa blasteran Novus Ordo dimana keterlibatan kaum awam menjadi salah satu unsur yang penting! Adakah yang berani mengatakan Misa blasteran Novus Ordo berkembang semakin lama semakin baik? Faktanya, hal sebaliknyalah yang justru terjadi!
Kerusakan yang sama juga akan terjadi dalam Sinode Untuk Sinodalitas yang merupakan gagasan linglung dari Paus Fransiskus, dimana kaum awam secara aktif dilibatkan untuk memberikan berbagai usulan pembaharuan Gereja! Dan lebih konyolnya, dalam Sinode Untuk Sinodalitas bukan hanya kaum awam Katolik, tapi mereka yang sudah meninggalkan iman Katolik, bahkan yang beragama lain, juga ikut ambil bagian dalam memberikan gagasan perubahan! Cukup dengan logika akal sehat dan belajar dari pengalaman keterlibatan kaum awam dalam liturgi Misa blasteran Novus Ordo kita sudah bisa menebak akan seperti apa hasil dari Sinode Untuk Sinodalitas nanti! KEKACAUAN mungkin adalah ungkapan yang cocok untuk menggambarkannya!
Jadi keterlibatan aktif kaum awam yang merupakan salah satu mantra Konsili Vatikan II, sesungguhnya merupakan alat penting untuk memuluskan agenda kaum modernis dalam merusak Gereja Kristus! Ironisnya, banyak orang Katolik yang menganggap keterlibatan awam yang sebenarnya merusak itu sebagai nilai positif dari Konsili Vatikan II!
Akhirnya, sekarang kita bisa menarik kesimpulan bahwa segala buah buruk Konsili Vatikan II yang begitu merusak Gereja Katolik selama lebih dari setengah abad bermula dari ajaran Dei Verbum 8 tentang evolusi Sabda Tuhan. Paus St. Pius X sudah mengingatkan kita akan bahayanya, bahkan Rasul Paulus sudah mengutuknya dalam Gal.1:8-9. Itu pelanggaran fatal dan sekaligus kuda troya bagi seluruh kerusakan di Gereja Katolik yang akan membawa kita pada kemurtadan besar sesuai nubuat Kitab Suci.
Dengan fakta ini masihkah ada yang tetap nekad mendukung Konsili Vatikan II?
Seperti yang dikatakan Rasul Paulus, sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan (Gal.5:9 dan 1Kor.5:6). Maka cukup kekeliruan fatal Dei Verbum 8 sudah merusak seluruh dokumen Konsili Vatikan II dan membuatnya pantas untuk kita campakkan ke tempat sampah!
Terima kasih atas perhatian anda...
Viva Christo Rey!
0 Komentar