Misa Rabu Abu DITIADAKAN Demi Pemilu - Part 2

 


Transkrip:

Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...

Video ini adalah kelanjutan dari video sebelumnya yang membahas tentang surat edaran beberapa Uskup di Indonesia yang tega meniadakan Misa Rabu Abu di pagi hari dengan alasan demi ikut menyukseskan Pemilu.

Ada beberapa komentar pemirsa yang terkesan meremehkan permasalahan ini dan menganggap video CN terlalu berlebihan. Menurut orang tersebut Misa Rabu Abu tidak dihilangkan, hanya digeser saja harinya ke Hari Selasa atau Kamis dan itu bukan masalah besar. Komentar seperti ini tentunya sangat disayangkan dan menunjukkan betapa parahnya penghayatan iman banyak orang Katolik sehingga menganggap remeh perkara liturgi yang penting.

Bisakah anda bayangkan jika Pemilu jatuh tepat pada hari Jumat Agung, lalu beberapa Keuskupan memutuskan untuk menggeser perayaan Jumat Agung ke Hari Kamis dan perayaan Kamis Putih digeser ke Hari Rabu? Kemungkinan besar itulah yang akan dilakukan oleh para Uskup yang sekarang menganggap perubahan jadwal Misa Rabu Abu ke hari lain adalah persoalan sepele.

Ini masalah mentalitas dan penghayatan iman!

Apa yang terjadi pada para Uskup di Indonesia adalah cerminan mentalitas serta penghayatan iman Katolik para klerus pasca-konsili yang cenderung meremehkan pentingnya menjaga tradisi kekatolikan. Tidak hanya terbatas pada tradisi liturgi tapi juga termasuk tradisi ajaran iman para Rasul atau deposit iman. Dan sikap ini sangat erat hubungannya dengan Konsili Vatikan II.

Gagasan sesat modernisme di dalam Konsili Vatikan II yang menuntut perubahan dan pembaharuan terus-menerus di dalam Gereja memang mendorong para klerus untuk menjaga jarak dengan tradisi kekatolikan. Kesetiaan pada tradisi adalah musuh dari modernisme dan sekaligus juga musuh dari Gereja Konsili. Ini fakta! Lihatlah bagaimana Paus Fransiskus yang sangat modernis begitu membenci semangat kekatolikan tradisional. Itu sebabnya cara terbaik untuk melawan kerusakan Gereja Katolik akibat semangat pembaharuan KV2 adalah kembali setia pada tradisi ajaran iman para Rasul!

Nah, sekarang kita bisa melihat buah-buah dari semangat modernisme KV2 pada sikap sembrono para Uskup yang seenaknya menggeser Misa Rabu Abu demi suskesnya Pemilu, meski sebenarnya keduanya dapat diselenggarakan tanpa saling mengganggu. Hilangnya kecintaan pada tradisi telah membuat para klerus, termasuk para Uskup, untuk lebih mencari rasa hormat dunia ketimbang apa yang berkenan bagi Tuhan. Berkebalikan dengan semangat para Rasul, mereka tampaknya lebih hormat kepada manusia dari pada kepada Tuhan!

Ini jelas bukan masalah sepele! Ini adalah bagian dari tanda-tanda terjadinya kemurtadan besar di dalam Gereja!

Ada lagi komentar dari pemirsa yang mempertanyakan apa hak CN yang hanya awam untuk menghakimi para Uskup?

Satu hal yang harus dicatat, kami tidak mengakimi pribadi para Uskup tapi mengkritisi perbuatan mereka berdasarkan ajaran Kitab Suci! Lalu mungkin akan muncul pertanyaan, apakah seorang awam dibenarkan mengkritisi perbuatan atau tindakan para Uskup?

Mari kita belajar dari sejarah Gereja!

Di abad ke 5 seorang awam bernama Eusebius dari Dorylaeum mengkritik keras ajaran seorang Patriark Konstantinopel bernama Nestorius. Tidak tanggung-tanggung, Eusebius yang hanya seorang awam ini meneriakkan kritik pedasnya saat Patriark Nestorius sedang memberikan homili dalam sebuah Misa. Perbuatan Eusebius ternyata tidak sia-sia, akhirnya kita tahu pandangan Patriark Nestorius memang dinyatakan sesat dalam Konsili Efesus pada tahun 431.

Jadi dari sejarah Gereja kita bisa belajar bahwa seorang awam juga dapat mengkritisi tindakan dan pengajaran Uskup yang sesat! Dalam semangat Eusebius dari Dorylaeum inilah kami yang hanya kaum awam berani menyuarakan berbagai kritik terhadap tindakan dan pengajaran para klerus yang menyesatkan.

Terima kasih atas perhatian anda...


Viva Christo Rey!


Posting Komentar

0 Komentar