ISLAM DAN AKAL SEHAT -Reborn Eps.1 | TUHAN HANYA MENDIRIKAN SATU AGAMA


 Transkrip:

Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...

'ISLAM DAN AKAL SEHAT' adalah seri video apologetik kontra Islam paling terkenal yang pernah dibuat oleh channel CN. Sayang sekali karena kontennya yang lugas dan apa adanya, seri tersebut banyak mendapatkan protes sehingga beberapa video dihapus oleh pihak Youtube dan channel utama CN kehilangan status monetisasinya. Keadaan tersebut akhirnya memaksa kami menghapus seluruh video-video seri 'ISLAM DAN AKAL SEHAT' untuk mencegah resiko yang lebih buruk.

Hilangnya seri video 'ISLAM DAN AKAL SEHAT' di channel CN tentu saja membuat banyak subscriber yang bertanya-tanya, baik melalui komentar-komentar di video maupun langsung melalui email. Mereka umumnya menyayangkan ketiadaan serial tersebut dan berharap agar channel CN kembali menghadirkannya. Untuk menjawab permintaan itulah sekarang kami membuat ulang seri video tersebut, namun dengan konten-konten yang lebih moderat meski dengan logika akal sehat yang tetap setajam sebelumnya. Seri video tersebut kami beri nama 'ISLAM DAN AKAL SEHAT Reborn.'

Video ini adalah episode yang perdana....

Keberagaman agama adalah sebuah fakta. Jika agama-agama lokal di seluruh dunia kita masukkan, maka di dunia ini ada ribuan agama. Ironisnya, agama yang seharusnya mengajarkan manusia untuk hidup dengan baik seringkali justru menjadi sumber konflik, bahkan bencana. Akibatnya keberagaman agama seringkali dipandang sebagai faktor yang menghambat perdamaian dunia. Kita perlu mencari solusi atas masalah keberagaman agama ini demi tercapainya perdamaian dunia yang diinginkan semua orang.

Ada tiga cara pandang terhadap keberagaman agama ini, yaitu eksklusivisme, pluralisme, dan inklusivisme.

Eksklusivisme berpandangan hanya ada satu agama yang benar dan dapat menyelamatkan manusia, sementara itu agama-agama lainnya bukanlah agama yang benar. Yang termasuk dalam kategori cara pandang ini antara lain Gereja Katolik Tradisional yang berprinsip "extra ecclesiam nulla salus," artinya di luar Gereja tidak ada keselamatan. Agama berprinsip eksklusivisme lainnya adalah Islam yang memandang dirinya sebagai agama terakhir dan sempurna bagi seluruh umat manusia.

Eksklusivisme ini seringkali dianggap sebagai cara pandang yang sangat rawan konflik, terutama karena kedua agama yang menganut paham ini, yaitu Gereja Katolik dan Islam, keduanya merupakan agama misioner yang berupaya menjadikan seluruh manusia sebagai pengikut agama masing-masing. Sejarah kelam Perang Salib di masa lalu serta terorisme berbasis agama di masa kini menjadi bukti dari konflik berbasis agama yang berakar pada pandangan eksklusivisme.

Untuk mengatasi konflik yang muncul akibat semangat eksklusivisme agama, muncul gagasan pluralisme. Salah satu tokohnya adalah seorang teolog Protestan bernama John Hicks (1922 - 2012). Pluralisme memandang bahwa semua agama yang berbeda-beda di dunia ini pada dasarnya hanyalah jalan yang berbeda-beda namun memiliki tujuan akhir atau prinsip kebenaran yang sama. Dalam pluralisme berbagai perbedaan ajaran agama-agama tidak dipandang sebagai sumber konflik karena semuanya hanyalah cara pandang yang berbeda-beda terhadap kebenaran yang sama. Menurut pluralisme semua penganut agama dapat hidup berdampingan dalam damai jika mereka bersikap toleran terhadap perbedaan dan sekaligus menghargai keberagaman.

Pada kenyataannya banyak orang yang sulit menerima pluralisme. Misalnya banyak orang Kristen menganggap pluralisme telah menyangkal ajaran Kitab Suci yang menyatakan Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan menuju kepada Bapa. Demikian juga banyak muslim menganggap pluralisme bertentangan dengan ajaran Islam karena mengabaikan perlunya manusia menerima Muhamad sebagai nabi dan rasul Allah.

Untuk mengatasi berbagai kelemahan pandangan pluralisme, muncul gagasan inklusivisme yang mencoba mencari jalan tengah antara ekslusivisme dan pluralisme. Salah satu tokoh dari inklusivisme ini adalah Karl Rahner SJ (1904 - 1984), seorang teolog Katolik yang berperan besar dalam Konsili Vatikan II. 

Dalam pandangan inklusivisme, kebenaran agama yang pokok seperti misalnya pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan menuju kepada Bapa tetap diterima tanpa menyangkal klaim kebenaran agama-agama lain. Misalnya, dalam iman Kristen yang inklusif kebenaran agama lain dipandang sebagai iman yang implisit atau samar-samar terhadap Yesus Kristus. Dengan cara demikian agama-agama lain dipandang sebagai kristen anonim yang mengakui Yesus Kristus secara implisit melalui kebenaran-kebenaran yang ada dalam agamanya masing-masing.

Baik pluralisme maupun inklusivisme menjadi cara pandang favorit bagi banyak orang di dunia ini dan menjadi fondasi untuk membangun perdamaian dunia melalui semangat ekumenisme yang berupaya merangkul keberagaman agama dalam sebuah wadah persatuan. Masalahnya, persatuan ekumenis tidak mungkin diwujudkan tanpa adanya kompromi iman. Dan kompromi iman, sedikit atau banyak pasti merusak keutuhan ajaran kebenaran setiap agama yang terlibat di dalam ekumenisme. Akibatnya, dalam ekumenisme tidak mungkin ada kebenaran yang utuh dan bebas dari pencemaran. Ini membuat ekumenisme agama tidak lebih dari persatuan palsu sehingga perdamaian yang dihasilkannya juga perdamaian palsu.

Sebelum Konsili Vatikan II, Gereja Katolik menolak tegas segala bentuk ekumenisme agama. Salah satunya dituangkan dalam dokumen "Mortalium Animos" dari Paus Pius XI.

Persatuan sejati seluruh umat manusia hanya mungkin diwujudkan jika persatuan tersebut didasarkan pada kebenaran yang utuh. Hanya dalam persatuan sejati itulah perdamaian umat manusia dapat diwujudkan. Dengan demikian perdamaian sejati seluruh umat manusia hanya mungkin terwujud jika perdamaian tersebut didasarkan pada kebenaran yang berasal dari satu-satunya agama yang benar. Dengan kata lain, hanya dalam pandangan eksklusivisme dimungkinkan terciptanya perdamaian manusia yang sejati. Dari sini kita sampai pada kesimpulan bahwa cara pandang yang paling benar terhadap keberagaman agama adalah eksklusivisme. Itu artinya hanya ada satu agama yang benar di antara banyak agama di dunia ini.

Kita juga dapat melihat persoalan keberagaman agama dari sudut pandang lain... 

Pandangan bahwa ada banyak agama yang benar seperti pada pluralisme dan inklusivisme berasal dari gagasan bahwa manusialah yang mencari Tuhan. Akibatnya, peradaban dan budaya manusia yang berbeda-beda memunculkan banyak agama yang berbeda sebagai ekspresi kerinduan manusia pada Tuhan.

Sebaliknya pandangan bahwa hanya ada satu agama yang benar seperti dalam eksklusivisme berasal dari gagasan bahwa Tuhanlah yang ingin menyelamatkan manusia! Dengan demikian Tuhan PASTI hanya mendirikan SATU agama saja sebagai sarana untuk mengenal dan menyembah-Nya.

Jadi manakah yang benar: manusia yang mencari Tuhan atau Tuhan yang ingin menyelamatkan manusia? 

Jika kita menggunakan akal sehat maka kita pasti sampai pada kesimpulan bahwa Tuhanlah yang terlebih dahulu ingin menyelamatkan manusia sebelum manusia terpikir untuk mencari Tuhan, bukan sebaliknya. Selanjutnya, Tuhan yang Esa mustahil mendirikan banyak agama yang berbeda-beda dan ajarannya saling bertentangan bagi manusia. Tuhan PASTI hanya mendirikan SATU agama saja bagi manusia! Dengan demikian semua agama yang lain PASTI tidak berasal dari Tuhan, atau merupakan penyimpangan dari agama yang didirikan Tuhan. Singkatnya, agama-agama lain bukanlah agama yang benar!

Masalahnya, setidaknya ada dua agama besar di dunia yang menganut pandangan eksklusivisme secara mutlak: Gereja Katolik dan Islam. Pertanyaannya, manakah diantara kedua agama tersebut yang benar-benar berasal dari Tuhan dan dimaksudkan sebagai satu-satunya agama bagi seluruh umat manusia? Pertanyaan besar inilah yang akan dijawab dalam setiap video seri 'ISLAM DAN AKAL SEHAT Reborn.'

Pada video yang pertama ini kita akan menjawabnya dari premis sederhana ini: 

Tuhan yang Esa PASTI hanya mengajarkan atau mendirikan satu agama saja, tidak lebih. Dan Tuhan yang Maha Benar dan Sempurna PASTI hanya mendirikan agama yang benar itu sekali untuk selama-lamanya. Atau jika diringkas dalam satu kalimat: Tuhan hanya mendirikan SATU AGAMA, sekali untuk selamanya.

Dalam ajaran iman Kristen, seluruh kebenaran Tuhan dinyatakan secara bertahap melalui banyak nabi dan ditutup serta disempurnakan melalui inkarnasi Yesus Kristus. Karena Yesus Kristus adalah Tuhan dan Sang Kebenaran itu sendiri, maka inkarnasi-Nya ke dunia adalah pernyataan yang utuh dan sempurna dari seluruh kebenaran Tuhan. Dengan demikian setelah kedatangan Yesus Kristus tidak perlu dan tidak mungkin lagi Tuhan menambahkan kebenaran baru dalam bentuk apapun!

Pertanyaannya, bagaimanakah kebenaran yang utuh tadi dapat diwartakan kepada seluruh manusia dari jaman ke jaman? Untuk menjawab persoalan ini maka Tuhan mendirikan Gereja-Nya yang dijamin tidak akan terkalahkan dan tetap ada sampai akhir jaman:

"Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya." (Mat.16:18).

Dengan demikian keberadaan Gereja Katolik sejalan dengan premis bahwa Tuhan yang Esa hanya mendirikan satu agama, sekali untuk selamanya!

Lalu bagaimana dengan Islam?

Alquran mengajarkan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan sempurna:

Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu... (Al Maidah 5:3).

Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah ialah Islam... (Ali Imran 3:19).

Menurut klaim kaum muslim, Islam mengakui kebenaran seluruh ajaran para nabi-nabi sebelumnya seperti Musa, Daud, dan juga Yesus yang mereka sebut sebagai Nabi Isa. Bagi muslim, ajaran Islam adalah penyempurna dan penutup dari seluruh rangkaian ajaran para nabi sebelumnya. Islam inilah agama terakhir yang didirikan Tuhan bagi seluruh umat manusia. Dengan demikian Islam juga tampaknya sejalan dengan premis bahwa Tuhan hanya mendirikan satu agama, sekali untuk selamanya.

Mari kita gunakan akal sehat untuk menguji klaim kedua agama....

Menurut ajaran Gereja Katolik, seluruh ajaran para nabi sebelum kedatangan Yesus Kristus terangkum dalam dua hukum utama ini:

"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu." (Mat.22:37)

"Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Mat.22:39)

Itulah inti dari seluruh ajaran para nabi dan tidak mungkin ada nabi yang mampu mengajarkan lebih dari itu. Tapi ajaran Gereja Katolik menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang berinkarnasi dan datang untuk menggenapi atau menyempurnakan ajaran para nabi. Secara implisit itu berarti bahwa seluruh ajaran para nabi ternyata masih kurang dan perlu ditambah atau disempurnakan oleh ajaran Yesus Kristus.

Pertanyaannya, adakah ajaran baru yang ditambahkan oleh Yesus Kristus? Ternyata ada dan tertulis secara eksplisit di dalam Injil:

"Aku memberikan PERINTAH BARU kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu..." (Yoh. 13:34).

Ajaran baru dari Yesus Kristus adalah perintah untuk mengasihi sesama seperti Dia telah mengasihi kita. Jika dalam ajaran para nabi kita diperintahkan untuk mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri sendiri, maka dalam perintah baru kita mengasihi sesama seperti Yesus Kristus mengasihi kita. Karena Yesus Kristus adalah Tuhan yang berinkarnasi, maka perintah baru tersebut harus dibaca demikian: kita harus mengasihi sesama seperti Tuhan sendiri telah mengasihi kita!

Disini ada perbedaan standar kasih yang sangat signifikan. Para nabi hanya mampu mengajarkan kita untuk mengasihi sesama dengan standar kasih yang manusiawi yaitu seperti kita mengasihi diri sendiri. Tetapi dalam perintah baru Yesus Kristus mengajarkan kita untuk mengasihi sesama dengan standar kasih yang bersifat ilahi, yaitu seperti Tuhan telah mengasihi kita. Itu bedanya!

Jelas para nabi tidak mungkin mampu mengajarkan manusia untuk mengasihi seperti Tuhan telah mengasihi. Hanya Tuhan sendirilah yang mampu mengajarkan manusia untuk mengasihi seperti Tuhan telah mengasihi!

Ajaran kasih yang bersifat ilahi inilah AJARAN BARU dari Yesus Kristus yang menggenapi atau menyempurnakan seluruh ajaran para nabi. Tak mungkin lagi ada ajaran yang lebih baik dari itu. 

Premis bahwa Tuhan hanya mendirikan satu agama, sekali untuk selamanya secara implisit mensyaratkan bahwa seluruh ajaran Tuhan sudah dinyatakan dengan sempurna. Nah, ajaran yang sempurna itu sudah tergenapi dalam inkarnasi Yesus dan ajaran baru yang dinyatakan-Nya. Selanjutnya, untuk mentransmisikan ajaran yang sempurna itu dari jaman ke jaman Yesus Kristus telah mendirikan Gereja-Nya yang sampai hari ini tetap eksis dan akan terus bertahan sampai akhir jaman, yaitu Gereja Katolik.

Dengan demikian Gereja Katolik sejalan dengan premis bahwa Tuhan hanya mendirikan satu agama, sekali untuk selamanya.

Bagaimana dengan Islam?

Jika Muhamad diklaim sebagai nabi terakhir dan menyempurnakan seluruh ajaran para nabi sebelumnya, muncul sebuah pertanyaan: adakah bukti bahwa Muhamad mengajarkan ajaran baru yang menyempurnakan ajaran para nabi lain?

Jawabannya NOL BESAR!

Ternyata Muhamad sama sekali tidak mengajarkan ajaran baru apapun. Dalam konsep Islam, semua nabi yang diutus Tuhan mengajarkan ajaran yang sama, yaitu ajaran tauhid atau keesaan Tuhan. Tapi dalam perjalanan sejarah ajaran mereka telah dirusak atau diselewengkan oleh para pengikutnya. Jadi dalam konsep Islam Muhamad tidak diutus untuk mengajarkan ajaran baru melainkan untuk meluruskan kembali ajaran para nabi yang telah dirusak dan diselewengkan manusia.

Konsep ini menimbulkan dua problem yang sangat serius.

Problem pertama, konsep ini tidak sesuai dengan premis bahwa Tuhan mendirikan satu agama, sekali untuk selamanya. Berdasarkan konsep Islam maka Tuhan ternyata mendirikan satu agama yang sama berkali-kali yang diakhiri dengan kedatangan Islam. 
Masalahnya, jika agama yang dibawa para nabi utusan Tuhan sebelumnya ternyata dapat dirusak dan diselewengkan manusia, itu artinya Tuhan telah gagal menjaga agama yang didirikan melalui para nabi yang telah diutus-Nya. Lalu jaminan apa yang diberikan Tuhan sehingga agama yang didirikan oleh Muhamad tidak akan mengalami kerusakan? Tentunya Tuhan yang sudah TERBUKTI GAGAL menjaga keutuhan agama yang dibawa nabi-nabi sebelumnya PASTI juga akan gagal untuk menjaga keutuhan Islam yang dibawa oleh Muhamad!

Jadi Islam telah mengajarkan manusia untuk mengimani Tuhan yang telah terbukti gagal berkali-kali dalam menjaga kemurnian agama yang dibawa para nabi sebelum Muhamad. Dan Islam sendiri adalah agama yang kemungkinan besar juga akan mengalami kerusakan seperti agama-agama sebelumnya.

Problem kedua berkaitan dengan penyangkalan Islam atas ketuhanan Yesus Kristus yang mereka sebut sebagai Nabi Isa. Sebagaimana dijelaskan tadi, kedatangan Yesus yang adalah inkarnasi Tuhan menurut iman Kristen telah menyempurnakan ajaran para nabi dengan menambahkan ajaran kasih yang bersifat ilahi. Ajaran baru yang ditambahkan Yesus itu tidak lepas dari status-Nya sebagai inkarnasi Tuhan. Ironisnya, karena Islam menolak ketuhanan Yesus maka sebagai konsekuensinya dimensi ajaran kasih yang bersifat ilahi dan telah menyempurnakan seluruh ajaran para nabi otomatis menjadi hilang.

Jadi kedatangan Islam bukan hanya tidak menambahkan ajaran baru apapun, tapi juga terbukti merusak atau mengurangi ajaran yang telah dinyatakan sempurna melalui kedatangan Yesus Kristus. Ini jelas meruntuhkan klaim Islam sebagai ajaran yang sempurna. Kedatangan Islam bukan menyempurnakan ajaran para nabi, tapi justru merusak ajaran Tuhan yang sudah sempurna! Nah, karena Islam tidak memiliki ajaran yang sempurna maka Islam juga gagal memenuhi premis bahwa Tuhan mendirikan satu agama, sekali untuk selamanya, yang mensyaratkan adanya ajaran yang sempurna di dalam agama tersebut.

Sekarang kesimpulannya menjadi sangat jelas dan terang benderang! Berdasarkan penalaran akal sehat maka premis Tuhan hanya mendirikan satu agama sekali untuk selamanya hanya tergenapi di dalam Gereja Katolik. Sebaliknya, Islam ternyata sama sekali gagal memenuhi premis tersebut.

Terima kasih atas perhatian anda.

Viva Christo Rey!


Posting Komentar

0 Komentar