SISA GEREJA KRISTUS - Kunci Untuk Bertahan di Masa Kesengsaraan Akhir Jaman | Bagian 3


Transkrip video:

Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...

Pada tanggal 13 November 1964, di hadapan sekitar 2000 orang Uskup pada Konsili Vatikan II, Paus Paulus VI secara mengejutkan menyerahkan Tiara Kepausan untuk dijual, dan uangnya diberikan pada orang-orang miskin. Tiara Kepausan bertingkat tiga itu adalah simbol dari kekuasaan Paus atas Gereja, Negara, dan dunia sebagai Wakil Kristus. Ironisnya, Paus Paulus VI menggunakan alasan yang mengingatkan kita pada perkataan (munafik) Yudas Iskariot ketika menegur seorang perempuan yang meminyaki rambut Tuhan Yesus dengan minyak yang mahal, "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" (Yoh.12:5).

Dengan melihat buah-buah Konsili Vatikan II yang begitu buruk, sekarang kita bisa menafsirkan tindakan Paus Paulus VI tersebut sebagai simbol dari penyangkalan Paus  atas tugas dan peran Gereja Katolik sebagai cikal bakal Kerajaan Allah di bumi, sama seperti Petrus dulu telah menyangkal Tuhan kita. Dan itu adalah konsekuensi logis dari semangat aggiornamento Konsili Vatikan II yang juga telah mengkhianati ajaran iman para Rasul dengan ekumenisme, sama seperti dulu Yudas Iskariot juga telah mengkhianati Tuhan kita. Selanjutnya, pengkhianatan atas ajaran iman para Rasul itu sekarang berbuah menjadi kemurtadan besar yang kini sedang berlangsung di depan mata kita.

Upaya untuk menghancurkan Gereja Katolik sudah berlangsung sejak Bahtera Keselamatan itu didirikan Tuhan. Mulai dari penindasan dan penganiayaan dari kekaisaran Romawi, bidat arianisme, serbuan kaum barbar, munculnya Islam, skisma Gereja Ortodoks, hingga munculnya reformasi Protestan. Semuanya adalah rangkaian upaya gagal dari kuasa gelap untuk menghancurkan Gereja Katolik. Tapi melalui Konsili Vatikan II, Iblis melancarkan serangan terberatnya yang paling merusak, yaitu melalui pengkhianatan para hirarkinya sendiri!

Pertanyaannya, mengapa iblis begitu terobsesi untuk menghancurkan Gereja Katolik?

Kita bisa melihat petunjuknya pada Kitab Wahyu:

Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Setan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya. (Why.12:9)

Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu. (Why.12:13)

Paus Pius XII dalam ensiklik "Ad Cæli Reginam" (1954) menafsirkan perempuan dalam Kitab Wahyu bab 12 memiliki dua makna, yaitu sebagai Bunda Maria dan juga sebagai Gereja. Maka perempuan yang melahirkan Anak laki-laki dalam teks ini dapat kita maknai sebagai tipologi dari Gereja Katolik. Selain itu Iblis juga digambarkan dalam Kitab Suci sebagai pembunuh manusia sejak semula (Yoh.8:44), dan singa yang berkeliaran mencari manusia untuk dibinasakan (1Pet.5:8). Jadi, Iblis berusaha keras menghancurkan Gereja Katolik dan membinasakan manusia sebagai ungkapan amarahnya karena telah terusir dari surga!

Mengapa Iblis melampiaskan amarahnya pada Gereja dan manusia? Bukankah kejatuhan Iblis sudah terjadi jauh sebelum manusia diciptakan?

"Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!" (Yes.14:12)

Itu kutipan Kitab Suci yang menggambarkan kejatuhan iblis yang sebelumnya adalah malaikat terang akibat kesombongannya sendiri, jauh sebelum manusia diciptakan. 

Tapi adakah hubungan antara kejatuhan Iblis dan manusia?

Ternyata ada! Bahkan manusia dipakai Tuhan sebagai batu ujian yang telah menjatuhkan iblis. 

Jika manusia diciptakan sempurna serupa dengan gambar Allah, para malaikat pun diciptakan sebagai gambar kesempurnaan (Yeh.28:12). Bedanya, manusia adalah ciptaan sempurna yang hidup dalam daging sedangkan malaikat adalah ciptaan sempurna dalam bentuk roh.

Sama seperti Tuhan mewahyukan berbagai nubuat kepada manusia tentang apa yang akan terjadi dalam rencana keselamatan, demikian juga Tuhan mengungkapkan kepada para malaikat apa yang akan dilakukan-Nya bagi seluruh ciptaan.

Kepada para malaikat Tuhan menyatakan rencana-Nya untuk menciptakan manusia sebagai ciptaan yang serupa dengan gambar-Nya namun memiliki kelemahan karena hidup dalam daging yang terikat pada dimensi ruang dan waktu. Kemudian pada waktunya Tuhan akan berinkarnasi menjadi manusia dan para malaikat harus menyembah Tuhan dalam rupa manusia. 

Sebagai konsekuensi dari inkarnasi Tuhan, para malaikat juga harus tunduk pada perempuan yang menjadi ibu dari Tuhan yang berinkarnasi, sebagai ratu mereka. Kedudukan Bunda Maria sebagai Ratu para malaikat dikonfirmasi oleh banyak orang kudus, diantaranya St. Alphonsus Liguori, "Maria adalah Ratu para malaikat karena ia adalah ibu dari Yesus Kristus, yang adalah Raja surga dan bumi." Selanjutnya para malaikat diutus untuk melindungi dan membimbing manusia di jalan Tuhan (Mzm.91:11), lalu manusia akan menjadi hakim bagi mereka (1 Kor.6:3).

Sementara sebagian besar malaikat bersyukur atas rencana Tuhan, Lucifer, malaikat yang paling terang, tidak dapat menerima fakta bahwa Tuhan dalam Kebijaksanaan-Nya telah memilih untuk berinkarnasi menjadi manusia dan ia harus menyembah Tuhan dalam rupa manusia yang kodratnya lebih rendah dari malaikat! Itu sebabnya ketika Yesus berpuasa di padang gurun, Iblis meminta Yesus untuk menyembahnya. Itu dilakukan Iblis sebagai ungkapan dari penolakannya untuk menyembah Tuhan dalam rupa manusia. "Bukan aku yang harus menyembah Yesus, tapi Yesus yang akan menyembah aku," mungkin seperti itulah yang ada dalam pikiran Iblis.

Lucifer yang diciptakan sebagai mahluk paling cemerlang diantara semua ciptaan juga tidak dapat menerima fakta bahwa seorang perempuan akan menjadi Ratunya dan ia harus tunduk kepadanya. Selain itu, dalam kesombongannya Lucifer menolak rancangan Tuhan bahwa para malaikat harus melayani, melindungi, dan membimbing manusia dimana selanjutnya mereka akan dihakimi oleh manusia. Itu semua merusak kebanggaannya sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling cemerlang. 

Kesombongan yang terusik itulah yang menjadi penyebab dari pemberontakannya terhadap Tuhan dan sekaligus menjadi tekadnya untuk merusak semua rencana Tuhan bagi manusia. Untuk itu ia mengajak sebagian malaikat lain agar ikut memberotak melawan Tuhan! Tapi pemberontakan itu gagal sehingga Lucifer dan para malaikat pemberontak lainnya terusir dari surga! Mereka lalu menumpahkan kemarahannya pada manusia karena telah menjadi batu sandungan yang menjatuhkan mereka.

Dengan maksud untuk mencegah Tuhan berinkarnasi, iblis berupaya menyesatkan manusia ke dalam dosa. Upaya ini dimulai di Taman Eden dengan membujuk Adam dan Hawa agar melanggar perintah Tuhan. Dalam rancangan iblis, jika manusia jatuh ke dalam dosa maka tak ada jalan bagi Tuhan untuk berinkarnasi. Tapi rancangan iblis ini digagalkan Tuhan melalui kehadiran Maria yang dikandung tanpa noda dan penuh dengan Rahmat Tuhan.

Melalui inkarnasi-Nya, Tuhan menyatakan seluruh kebenaran yang dibutuhkan manusia untuk memulihkan keadaannya dari kejatuhan akibat dosa. Tuhan mengingatkan manusia untuk kembali pada kodratnya yang semula, yaitu untuk menjadi sempurna seperti Tuhan (Mat.5:48). Tidak hanya sekedar menuntut, tapi Tuhan juga mengajarkan cara untuk menjadi sempurna (Mat.19:21). Lebih jauh lagi Tuhan menambahkan sebuah perintah baru, yaitu untuk mengasihi seperti Tuhan telah mengasihi (Yoh.13:34). Itu adalah standar kasih yang tertinggi.

Tak ada satu nabi pun dalam seluruh sejarah manusia yang dapat mengajarkan manusia untuk menjadi sempurna dan untuk mengasihi seperti Tuhan telah mengasihi. Itu semua hanya dapat diajarkan oleh Yesus Kristus sebagai Tuhan yang sempurna, tapi bersedia turun untuk berinkarnasi dan hidup sebagai manusia dengan segala keterbatasan dan kelemahannya.

Tidak hanya menuntut dan mengajarkan cara untuk menjadi sempurna, Tuhan bahkan memberikan semua sarana pengudusan yang dibutuhkan manusia untuk menjadi sempurna seperti Tuhan, yaitu sakramen-sakramen yang bersumber pada karya penebusan-Nya di kayu salib!

Kemudian Tuhan mendirikan Gereja-Nya agar seluruh kebenaran sempurna yang telah dipercayakan-Nya pada para Rasul dapat ditransmisikan sepanjang jaman dengan sempurna, bersama-sama dengan semua sakramen yang menjadi sarana rahmat pengudusan manusia. Dari Gereja yang didirikan-Nya itulah Kerajaan Allah akan terwujud di muka bumi untuk memulihkan tatanan dunia yang sempurna seperti di dalam surga!

Ketika malaikat-malaikat di surga bersukacita dan bersyukur melihat rencana Tuhan bagi manusia, iblis memandangnya dengan penuh kemarahan dan kebencian pada Gereja dan manusia.

Dalam Kitab Wahyu tertulis:

Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya (Why.12:1).

Mengacu pada mujizat dalam penampakan Bunda Maria di Fatima, kita bisa menafsirkan teks tersebut sudah digenapi. Tapi tidak seluruhnya karena teks lanjutannya berbunyi:

Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan (Why.12:2). 

Ini jelas tidak merujuk pada Bunda Maria karena sejak semula Bunda Maria sudah terbebas dari dosa asal sehingga tidak mengalami sakit dalam melahirkan. Seperti yang dikatakan Paus Pius XII, perempuan dalam Kitab Wahyu dapat ditafsirkan sebagai Bunda Maria dan juga Gereja. Maka kita dapat menafsirkan ayat tersebut merujuk pada Gereja.

Tapi siapakah Anak yang akan dilahirkannya? 

Dalam ayat lain tentang "Anak" tersebut dikatakan Ia akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi (Why.12:5). Maka kita bisa menafsirkan Anak laki-laki yang akan dilahirkan perempuan itu adalah "Kristus Raja" yang dengan susah payah dan penuh perjuangan akan dinyatakan Gereja pada dunia sebagai awal dari terwujudnya Kerajaan Allah di muka bumi.

Pada tahun 1925, Paus Pius XI menetapkan pesta hari raya Kristus Raja untuk menegaskan kembali martabat rajawi Kristus sebagai penguasa dunia dan seluruh alam semesta, di tengah derasnya pengaruh modernisme dan liberalisme pada masa itu. Itulah penggenapan dari teks nubuat Kitab Wahyu, "Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi..." (Why.12:5).

Tapi teks lanjutannya berbunyi, "...tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya. (Why.12:5). Dimanakah ayat ini digenapi?

Ini membawa kita pada Konsili Vatikan II, yang dengan semangat ekumenisme, kolegialitas, dan kebebasan beragama sebagaimana yang terkandung dalam dokumen-dokumennya, telah melucuti martabat Kristus Raja. Itu dilakukan karena gagasan Kristus Raja dianggap oleh hirarki pendukung konsili sebagai warisan triumvalistik abad pertengahan, yang sudah tidak cocok untuk diterapkan di tengah dunia modern yang diwarnai keragaman agama, ideologi, dan budaya.
 
Hal ini terlihat dari diubahnya pesta Kristus Raja dari hari minggu terakhir di bulan Oktober menjadi hari minggu terakhir pada kalender tahun liturgi Novus Ordo. Secara simbolik perubahan ini menempatkan gagasan Kristus Raja hanya sebagai persoalan eskatologis yang tidak terjadi di dunia sekarang tapi di dunia yang akan datang. Itulah makna simbolik dari Anak yang dirampas dari dunia dan diserahkan kembali kepada Allah.

Perubahan ini dimaksudkan oleh para pendukung Konsili agar gagasan Kristus Raja yang secara implisit mengharapkan terwujudnya Kerajaan Allah di bumi melalui Gereja Katolik, dipinggirkan sedemikian rupa sehingga tidak lagi menghalangi semangat ekumenisme yang sedang dibangun oleh Konsili Vatikan II. Dilucutinya martabat rajawi Kristus oleh Konsili Vatikan II adalah salah satu yang disesali oleh Mgr. Marcel Lefebvre dalam bukunya yang berjudul, "They Have Uncrowned Him - From Liberalism to Apostasy, The Conciliar Tragedy"

Penolakan dari Gereja Konsili terhadap gagasan Kristus Raja itulah yang juga diperlihatkan secara simbolik dengan dijualnya Tiara Kepausan oleh Paus Paulus VI, dan juga oleh penolakan semua Paus Konsili lainnya untuk mengenakan Tiara Kepausan. Celakanya, penolakan Kristus Raja berarti juga penolakan terhadap upaya untuk mewujudkan Kerajaan Allah di dunia! Tepat seperti itulah pengkhianatan keji yang dilakukan oleh Gereja Konsili terhadap rencana Tuhan.

Selanjutnya dalam Kitab Wahyu tertulis:

Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya. (Why.12:6)

Inilah nubuat yang menjadi harapan bagi kita sebagai sisa umat.

Perempuan dalam teks itu adalah tipologi dari sisa umat, yaitu sebagian kecil anggota Gereja Katolik yang masih tetap setia pada iman para Rasul dan pada Kristus Raja. Merekalah orang-orang Katolik tradisionalis yang mengambil jarak dari Gereja Konsili untuk memurnikan dan memperkuat iman mereka dengan berdoa dan berpuasa, yang digambarkan sebagai perempuan yang lari ke padang gurun. Para pengikut iblis, yaitu seluruh dunia yang menolak Kerajaan Allah, termasuk diantaranya adalah Gereja Konsili yang telah berkhianat, akan melawan dan berusaha menindas sisa umat Tuhan, namun Tuhan menjaga dan menyelamatkan mereka.

Suatu saat pada waktunya kelak, bagaikan Yudas Makabe yang berjuang untuk memurnikan Bait Allah di Yerusalem dari berbagai pencemaran, para sisa umat ini akan berjuang bersama Tuhan dan para malaikat-Nya untuk mengalahkan Iblis serta para pengikutnya. Mereka akan berjuang untuk memulihkan kembali Gereja Kristus dari berbagai kesesatan dan pencemaran. 

Bersama dengan sisa umatnya yang setia, Gereja Kristus kembali akan memulihkan martabat rajawi Kristus agar menjadi perwujudan Kerajaan Allah di dunia! Itu sebabnya sisa umat bukan sekedar orang-orang Katolik yang setia pada iman para Rasul saja, tapi juga sekaligus para prajurit Kristus yang siap untuk berjuang memulihkan kembali segala sesuatu di dalam Kristus! Termasuk memulihkan Gereja Katolik dari pencemaran kesesatan Konsili Vatikan II yang telah menyangkal Kerajaan Allah dengan Kristus sebagai rajanya.

Terima kasih atas perhatian anda...

Viva Christo Rey!

 

Posting Komentar

0 Komentar