Transkrip video:
Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...
Ini perkataan Tuhan Yesus tentang tanda-tanda jaman:
"Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang MUNAFIK, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai jaman ini?" (Luk.12:54-56)
Tuhan Yesus menyebut orang yang tidak mampu membaca tanda-tanda jaman sebagai munafik. Mengapa demikian?
Mereka punya kemampuan untuk mengetahui perbedaan tanda-tanda alam, namun mereka bungkam terhadap tanda-tanda jaman yang terjadi di hadapan mereka. Soal kemampuan mengenali tanda-tanda jaman, sebenarnya mereka pasti juga mampu. Tapi mereka memilih untuk sengaja mengingkarinya karena tanda-tanda jaman tersebut tidak menguntungkan bagi agenda atau kepentingan mereka. Itulah kemunafikan mereka!
Tanda-tanda jaman yang dimaksud oleh Tuhan kita merujuk pada kedatangan-Nya sebagai Mesias yang sudah dinubuatkan oleh para nabi. Tapi justru itulah yang disangkal oleh orang-orang farisi, ahli-ahli Taurat, dan para imam-imam Yahudi! Kedatangan Yesus sebagai Mesias yang akan membebaskan mereka dari penjajahan dosa mereka tolak, karena yang mereka harapkan adalah seorang "Mesias" yang akan membebaskan mereka dari penjajahan bangsa Romawi.
Kegagalan membaca tanda-tanda jaman yang terjadi dua ribu tahun lalu, pada hari ini juga masih sama. Sudah ada begitu banyak tanda-tanda jaman yang merujuk pada terjadinya kemurtadan besar seperti yang sudah dinubuatkan Kitab Suci. Tindakan sesat yang dilakukan secara publik oleh pemimpin tertinggi hirarki Gereja Katolik, seperti Paus yang mengadakan doa bersama semua agama, Paus yang mencium Quran, Paus yang menghormati berhala Pachamama di Basilika St. Petrus, Paus yang mengikuti ritual pagan di Kanada, dan banyak lagi, jelas merupakan tanda-tanda terjadinya kemurtadan besar di Gereja Katolik.
Itu tadi hanya sebagian penyimpangan yang dilakukan secara publik oleh Paus, pucuk pimpinan hirarki Gereja Katolik. Pada kenyataannya lebih banyak lagi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan pada level kardinal, uskup, dan imam. Tapi anehnya, nyaris tak ada uskup atau imam-imam Katolik yang mau mengakuinya sebagai tanda-tanda sedang terjadinya kemurtadan besar di Gereja Katolik. Setidaknya di Indonesia kita tidak melihat ada satu pun uskup atau imam-imam Katolik yang secara publik berani bersuara kritis terhadap tanda-tanda jaman yang terjadi di Gereja Katolik saat ini.
Alasannya juga sama, pengakuan terhadap tanda-tanda jaman tersebut tidak sejalan dengan agenda mereka. Semua tanda-tanda jaman yang mengacu pada kemurtadan besar terjadi setelah Konsili Vatikan II, dan langsung atau tidak langsung terkait dengan perubahan yang terjadi akibat konsili tersebut. Dengan demikian pengakuan terhadap terjadinya kemurtadan besar dapat berarti pengakuan terhadap kekeliruan Konsili Vatikan II. Inilah yang tidak berani mereka lakukan!
Itu sebabnya para klerus pendukung konsili umumnya tak mau mengakui terjadinya kemurtadan besar di dalam Gereja Katolik. Alasannya jelas, karena hal itu akan membuat mereka harus menyangkal apa yang mereka dukung, yaitu Konsili Vatikan II. Sungguh sangat disayangkan, klerus-klerus ini menjadikan diri mereka sebagai 'gembala upahan' yang lebih mementingkan keamanan jabatan dan profesi mereka ketimbang keselamatan jiwa dari domba-domba yang harus mereka gembalakan. Mereka, para klerus pendukung konsili ini, sesungguhnya telah mengkhianati tugas mereka sebagai gembala domba-domba Kristus.
Dalam Kitab Suci, nubuat terjadinya kemurtadan besar (2Tes.2:3) tak dapat dipisahkan dengan nubuat adanya sisa umat yang setia (Rm.11:5). Keduanya saling berkaitan! Jika kemurtadan besar merujuk pada rancangan iblis untuk menghancurkan Gereja Katolik, maka sisa umat adalah rencana Tuhan untuk menyelamatkan Gereja Katolik di masa kemurtadan besar.
Ketika tanda-tanda jaman yang menunjukkan kemurtadan besar sedang terjadi di Gereja Katolik seperti sekarang ini, kita sebagai orang Katolik (baik awam maupun klerus) mempunyai dua pilihan: mengikuti rencana iblis untuk mendukung dan mengambil bagian dalam proses kemurtadan, atau mengikuti rencana Tuhan untuk membangun sisa umat-Nya. Ini pilihan yang bersifat biner, hitam atau putih, YA atau TIDAK, sama seperti yang dikatakan Tuhan Yesus dalam Injil:
"Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan." (Mat.12:30).
Perkataan Tuhan Yesus ini sangat tepat dalam konteks kemurtadan besar yang sedang terjadi saat ini: siapa yang tidak bersama Kristus mengumpulkan sisa umat-Nya, berarti telah melawan Kristus dan ikut menghancurkan Gereja-Nya.
Dengan demikian mereka yang ikut ambil bagian dalam proses kemurtadan besar, dan juga mereka yang diam terhadapnya, sama-sama telah menempatkan diri mereka melawan Kristus. Satu-satunya pilihan kita yang sesuai dengan kehendak Tuhan pada saat terjadinya kemurtadan besar adalah menjadi bagian dari sisa umat-Nya yang setia. Tidak ada pilihan lain.
Pertanyaannya, bagaimana kita dapat menjadi bagian dari sisa umat-Nya dalam situasi kemurtadan besar yang terjadi saat ini?
Itu menjadi pertanyaan yang amat sulit karena di Indonesia dapat dikatakan semua uskup dan imam adalah pendukung Konsili Vatikan II. Mereka bahkan tidak mengakui adanya kemurtadan besar yang sedang terjadi. Lalu bagaimana mungkin kita dapat mengharapkan mereka untuk membimbing kita menjadi sisa umat, sementara mereka menganggap Gereja Katolik sedang baik-baik saja? Itu tidak mungkin, mereka sama sekali tidak dapat membimbing kita! Berpaling pada bimbingan para klerus pendukung konsili sama artinya dengan menyerahkan diri untuk ikut dalam proses kemurtadan besar yang membahayakan keselamatan jiwa kita.
Tapi tidak berarti bahwa kita harus berjuang dan mencari jalan sendiri. Menjadi sisa umat adalah kehendak Tuhan, maka kita percaya Tuhan sendiri yang akan menunjukkan caranya. Salah satunya adalah melalui Kitab Suci yang tidak lain adalah Sabda-Nya. Di dalam Kitab Suci PASTI terdapat petunjuk yang dapat kita gunakan untuk menjadi sisa umat sesuai yang dikehendaki Tuhan.
Tentunya kita perlu tahu, seperti apakah sisa umat yang dikehendaki Tuhan?
Ketika berbagai pembaharuan yang muncul akibat Konsili Vatikan II mengarahkan banyak orang Katolik menuju kemurtadan besar, maka menjadi sisa umat berarti tetap setia pada ajaran iman para Rasul dengan menolak semua pembaharuan konsili yang menyesatkan. Tapi karena Tuhan kita mendirikan Gereja Katolik sebagai satu-satunya sarana keselamatan, maka semua upaya untuk menjadi sisa umat, termasuk penolakan terhadap pembaharuan konsili, harus dilakukan di dalam Gereja Katolik. Dengan demikian sisa umat harus selalu tetap berada di dalam Gereja Katolik tidak peduli apapun yang terjadi. Selain itu sisa umat juga bertanggung jawab untuk memulihkan kembali keadaan Gereja Katolik yang sempat mengalami kerusakan hebat selama terjadinya kemurtadan besar.
Singkatnya, ada tiga karakter penting dari sisa umat yang harus dipenuhi: setia pada ajaran iman para Rasul, tetap ada di dalam dan bersama Gereja Katolik, dan siap untuk ikut memulihkan kembali keadaan Gereja Katolik. Kita bisa menggunakan tipologi-tipologi dalam Kitab Suci untuk membantu kita menjadi sisa umat dengan ketiga karakter tersebut. Berikut ini adalah beberapa tipologi Kitab Suci yang tepat untuk digunakan dalam konteks sisa umat:
1. Nabi Daniel sebagai tipologi sisa umat yang setia tanpa kompromi pada iman para Rasul.
Daniel adalah salah satu pemuda Yehuda yang diangkut ke tanah Babilonia untuk diperkerjakan di istana raja Babel. Dia hidup di tengah bangsa pagan dan harus mengabdi pada raja-raja Babel yang juga pagan. Namun bersama teman-temannya dia bertekad untuk tidak menajiskan diri dengan makanan-makanan raja dan juga adat istiadat serta ritual pagan orang-orang Babel. Meski demi kesetiaan itu Daniel dan teman-temannya harus menghadapi hukuman yang mengancam nyawa mereka.
Kesetiaan Daniel dan teman-temannya terhadap iman dan adat istiadat Yahudi di tengah kehidupan bangsa Babel yang pagan dapat menjadi tipologi ideal bagi kita untuk menjadi sisa umat yang bertekad setia tanpa kompromi pada iman para Rasul dan menolak mencemarkan diri dengan berbagai pembaharuan Konsili Vatikan II.
Demikian juga kesetiaan Daniel dan teman-temannya untuk tetap mengabdi pada raja-raja Babel yang pagan, dapat menjadi tipologi yang tepat bagi kita untuk tetap mengakui otoritas Paus dan seluruh hirarki, meski kita menolak untuk mengikuti segala kesesatan mereka.
2. Rasul Yohanes yang setia bersama Bunda Maria di kaki salib sebagai tipologi sisa umat yang selalu ada di dalam dan bersama Gereja Katolik dalam situasi apapun.
Kesetiaan Rasul Yohanes yang tetap menemani Tuhan Yesus saat menjalani puncak penderitaan dan kematian-Nya dapat menjadi tipologi bagi kita sebagai sisa umat untuk tetap setia di dalam dan bersama Gereja Katolik yang harus menjalani masa-masa terburuk dalam sejarah sebelum Gereja dipulihkan dalam seluruh kemuliaannya.
Kehadiran Bunda Maria juga menjadi tipologi bahwa untuk dapat menjadi sisa umat yang setia sampai akhir, kita harus melibatkan pendampingan dan pertolongan Bunda Maria.
3. Yudas Makabe sebagai tipologi sisa umat yang akan berjuang untuk memulihkan kembali Gereja Katolik dari berbagai kerusakan.
Menjadi sisa umat tidak cukup hanya bertekad setia pada iman para Rasul dan setia untuk tetap berada di dalam Gereja. Sebagai sisa umat kita juga mengemban tanggung jawab untuk memulihkan keadaan Gereja Katolik dari segala kerusakan. Maka sosok Yudas Makabe yang setia pada iman Yahudi dan bangkit memimpin perlawanan bangsanya untuk merebut kembali Bait Suci, serta mentahirkannya dari segala pencemaran yang dilakukan oleh bangsa-bangsa asing, dapat menjadi tipologi yang tepat untuk sisa umat, yang juga harus ikut berjuang memulihkan kembali Gereja Katolik dari segala kerusakan.
Yudas Makabe dan kelompoknya yang berjumlah sedikit mampu mengalahkan musuh-musuhnya dan memulihkan kembali Bait Suci berkat pertolongan Tuhan. Ini juga mengingatkan kita bahwa sekalipun jumlah kita sebagai sisa umat sangat sedikit, bersama Tuhan Yesus dan dengan pertolongan Bunda-Nya kita akan berhasil memulihkan Gereja Katolik untuk kembali pada kemuliaan yang layak baginya.
Jadi sekalipun kita tidak dapat berharap mendapatkan bimbingan dari para uskup dan para imam pendukung konsili, kita tetap dapat menjadi sisa umat dengan mengikuti tiga tipologi yang tersedia dalam Kitab Suci, yaitu Daniel yang setia pada imannya tanpa kompromi, Rasul Yohanes yang bersama Bunda Maria setia mendampingi Tuhan dalam puncak sengsara-Nya, dan Yudas Makabe yang berjuang gigih untuk memulihkan Bait Allah. Dengan berpegang pada ketiga tipologi tersebut, kita dapat yakin bahwa upaya kita untuk menjadi bagian dari sisa umat TIDAK AKAN MENYIMPANG dari apa yang telah diajarkan Tuhan sendiri melalui Sabda-Nya.
Dengan memahami ini maka sekarang kita tidak perlu lagi bingung bagaimana kita harus menjadi sisa umat, jika semua klerus yang ada di lingkungan kita adalah pendukung Konsili Vatikan II yang tidak dapat diandalkan untuk membimbing kita. Sekarang kita dapat mengandalkan Tuhan yang telah menyediakan ketiga tipologi sisa umat melalui Sabda-Nya dalam Kitab Suci.
Terima kasih atas perhatian anda...
Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami...
Santo Daniel, doakanlah kami...
Santo Yohanes, doakanlah kami...
Santo Yudas Makabe, doakanlah kami...
Viva Christo Rey!
0 Komentar