SISA GEREJA KRISTUS - Kunci Untuk Bertahan di Masa Kesengsaraan Akhir Jaman | Bagian 5

 


Transkrip video:

Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...

Kebenaran secara sederhana adalah kesesuaian dengan realitas. Agama palsu tidak mendasarkan ajaran dan narasinya pada realitas tapi pada mitologi, khayalan, fantasi dan kebohongan. Sementara agama yang benar memiliki realitas (baik yang terlihat maupun tak terlihat) sebagai dasar dari seluruh narasinya, meskipun dalam beberapa kasus, realitas itu seolah dikisahkan bagaikan mitologi atau fantasi.

Contoh paling kongkrit adalah Kitab Kejadian. Meski kitab tersebut ditulis dalam inspirasi Roh Kudus yang tidak dapat salah, jarak ribuan tahun yang memisahkan fakta dan saat kitab tersebut dituliskan, ditambah kelemahan-kelemahan manusiawi penulisnya, membuat narasi yang dihasilkannya tampak seperti mitologi.

Itulah yang terjadi pada kisah dalam Kejadian 6, dimana diceritakan tentang anak-anak Allah yang menjadikan anak-anak perempuan manusia sebagai istri mereka, dan menghasilkan keturunan berupa raksasa atau dalam bahasa ibrani: nephilim.

Hal ini menjadi kontroversi karena menimbulkan gagasan mitologis yang fantastis tentang perkawinan malaikat dengan ras manusia! Terlebih lagi mitologi ini dikuatkan kisah dalam Kitab Henokh tentang Malaikat Penjaga (The Watchers) yang sebenarnya ditugaskan untuk menjaga manusia tapi kemudian tergoda dan memilih untuk mengawini mereka. Meski Kitab Henokh tidak termasuk kanon Kitab Suci, kitab tersebut diyakini telah dibaca oleh banyak orang Yahudi termasuk para Rasul. Setidaknya tercatat Rasul Yudas mengutip teks Kitab Henokh tersebut dalam suratnya (Yud.1:14-15).

Apakah mungkin malaikat mengawini ras manusia? 

Tuhan Yesus secara tidak langsung mengajarkan bahwa malaikat tidak kawin dan dikawinkan (Mrk.12:25). Maka malaikat yang sejak semula diciptakan sebagai roh memang tidak dapat kawin dengan ras manusia, dan raksasa/nephilim dalam Kejadian bab 6 bukanlah persilangan antara malaikat jatuh (fallen angels) dan manusia! Meski Rasul Yudas mengutip Kitab Henokh, tidak berarti semua yang ditulis dalam kitab tersebut adalah kebenaran. Salah satu yang tidak dapat dipercaya dalam kitab tersebut adalah kisah perkawinan silang antara malaikat jatuh dan manusia! Itu sebabnya kitab tersebut tidak termasuk dalam kanon Kitab Suci!

Pandangan tersebut dikuatkan oleh dua raksasa pemikir terbesar dalam sejarah Gereja Katolik, yaitu St. Agustinus dan St. Thomas Aquinas. Keduanya berpendapat bahwa istilah 'anak-anak Allah' dalam Kejadian 6 merujuk pada keturunan Set (anak Adam) yang sebelumnya hidup secara rohani dan bergaul dengan Allah. Mereka kemudian jatuh tergoda untuk mengawini anak-anak perempuan keturunan Kain yang hidup sebagai manusia duniawi.

Lalu bagaimana keturunan keduanya dapat menghasilkan raksasa/nephilim? 

Itu dapat terjadi ketika 'anak-anak Allah', yaitu keturunan Set yang hidup secara rohani dan memiliki pengetahuan mendalam tentang hal-hal spiritual, menyalahgunakan pengetahuan serta kemampuan mereka untuk tujuan-tujuan duniawi dalam kehidupan bersama istri-istri mereka. Akibat penyalahgunaan tersebut, maka kekuatan yang bekerja dalam kehidupan keturunan Set yang sudah tercemar ini bukan lagi kuasa dan rahmat Tuhan, melainkan kuasa dan daya roh-roh kegelapan. Dari situlah muncul segala bentuk ilmu hitam, nujum, sihir dalam bentuk yang sangat kuat mengingat usia manusia di masa itu masih ratusan tahun. Pengaruh kuasa gelap inilah yang ikut berperan mengubah fisik dan karakter semua keturunan mereka sehingga menghasilkan raksasa atau nephilim yang jahat.

Nah, itulah manusia-manusia jahat yang menguasai dunia pada masa itu dan menyisakan hanya Nuh serta keluarganya yang masih setia bergaul dengan Allah (Kej.6:8-9). Selanjutnya Tuhan memerintahkan Nuh untuk membuat bahtera, karena Dia akan memusnahkan para nephilim yang hidupnya sudah dikuasai roh jahat dan penuh dengan kejahatan (Kej.6:13-14).

Jadi berkat pemikiran St. Agustinus dan St. Thomas Aquinas kita tahu bahwa kisah dalam Kejadian 6 bukan cerita mitologis tentang ras blasteran malaikat dan manusia, tetapi kisah nyata tentang kejatuhan manusia rohani yang mengakibatkan kejahatan berkuasa di dunia. Dan kisah ini dapat menjadi tipologi yang sangat baik untuk menggambarkan keadaan Gereja Katolik menjelang akhir jaman yang juga mengalami kejatuhan dan diambang pemusnahan.

Anak-anak Allah atau keturunan Set yang sebelumnya hidup bergaul dengan Allah adalah tipologi Gereja Katolik yang didirikan Tuhan Yesus dan dipelihara oleh Roh Kudus. Seperti juga anak-anak Allah keturunan Set akhirnya tergoda untuk mengawini anak-anak perempuan manusia keturunan Kain yang hidup secara duniawi, begitu juga ada masanya dimana Gereja Katolik meninggalkan bimbingan Roh Kudus dan tergoda untuk berbaur dengan semangat dunia melalui 'aggiornamento' Konsili Vatikan II. 

Perkawinan antara anak-anak Allah dengan anak-anak manusia yang menghasilkan nephilim ini bahkan menjadi tipologi bagi misa blasteran Novus Ordo yang tidak lain adalah hasil persilangan antara Misa Latin yang apostolik dengan misa Protestan rancangan manusia. 

Secara bertahap dari tahun ke tahun, Misa blasteran Novus Ordo terbukti semakin rusak dan jauh berbeda dari Misa Latin Tradisional yang apostolik. Bahkan sekarang di Brasil dengan dalih proses sinodalitas, ritual-ritual pagan sudah masuk dalam liturgi Misa Novus Ordo. Kemungkinan besar ini akan menjadi model bagi Misa Novus Ordo di negara-negara lain, termasuk di Indonesia, untuk mengikuti jejaknya. Bisa kita simpulkan Misa Novus Ordo bukan sekedar misa blasteran Katolik-Protestan yang setidaknya masih berbau Kristen, tapi sekarang sudah bertransformasi menjadi misa nephilim yang jahat dan dipengaruhi kuasa gelap.

Lex orandi lex credendi, bagaimana kita berdoa menentukan bagaimana kita beriman. Misa blasteran yang sekarang bisa juga kita sebut sebagai misa nephilim ini, tentu saja membawa dampak buruk bagi orang-orang Katolik pendukung Konsili Vatikan II. Bersama dengan prinsip ekumenisme Konsili Vatikan II yang terus merangkul berbagai kesesatan dengan dalih "memperluas tenda", misa blasteran/nephilim Novus Ordo pastilah ikut berperan penting dalam membawa kemurtadan bagi sebagian besar orang Katolik.

Dengan mengacu pada tipologi nephilim jahat yang muncul akibat persilangan anak-anak Allah dengan anak-anak manusia, kita bisa menyimpulkan sejauh mana kemurtadan besar yang akan terjadi akibat Konsili Vatikan II. Paus yang mengadakan kegiatan sesat doa bersama semua agama, Paus yang mencium quran, Paus yang menghormati berhala Pachamama di Basilika St. Petrus, Paus yang tidak melarang pemberkatan gerejawi bagi pasangan LGBT, bahkan Paus yang menghimbau para orang tua untuk tidak melarang anak-anaknya menjadi LGBT adalah sekedar pucuk gunung es dari kemurtadan besar yang sedang terjadi di Gereja Katolik. 

Sebelum Konsili Vatikan II, kejahatan, perbuatan-perbuatan dosa dan kehidupan tak bermoral memang sudah banyak terjadi di muka bumi. Tapi Gereja Katolik saat itu masih menjadi pilar penjaga kebenaran iman dan moral obyektif yang mampu mencegah kejahatan dan kerusakan itu menjadi tak terkendali. Dengan segala keterbatasan dan kerapuhannya, bagaimanapun Gereja Katolik masih tetap menjadi tolok ukur kebenaran bagi dunia karena kesetiaan pada ajaran iman para Rasul. 

Celakanya, setelah Konsili Vatikan II Gereja Katolik memilih meninggalkan perannya sebagai pilar kebenaran dengan melacurkan dirinya pada nilai-nilai dunia demi meraih rasa hormat manusia. Itu yang menyebabkan sekarang ini kejahatan, dosa dan keruntuhan moral menjadi tak terkendali! Rusaknya Gereja Katolik berarti hilangnya pilar kebenaran iman dan moral yang obyektif, dan itu juga berarti runtuhnya nilai-nilai kebenaran iman dan moral di seluruh dunia!

Keluarga adalah elemen paling dasar dari masyarakat. Dulu Gereja Katolik melarang keras kontrasepsi, sekarang menyerahkan keputusan itu pada hati nurani. Dulu Gereja Katolik melarang keras perceraian, tapi sekarang membolehkan mereka yang bercerai dan kawin lagi menerima sakramen-sakramen Gereja dengan alasan pastoral. Dulu Gereja menyatakan perilaku LGBT sebagai perbuatan dosa, sekarang mulai mengijinkan pemberkatan pasangan LGBT. Itu semua telah merusak konsep keluarga yang dikehendaki Tuhan. Ketika konsep keluarga rusak, maka seluruh masyarakat juga akan rusak. Itulah yang terjadi akibat Konsili Vatikan II!

Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi (Kej.6:12). Ungkapan yang menggambarkan kekecewaan Tuhan terhadap kehidupan manusia di jaman Nuh tampaknya tepat juga diterapkan pada jaman sekarang.

Seperti Tuhan yang kecewa dan memusnahkan para nephilim di masa lalu, demikian juga kini Tuhan sudah muak dan jijik dengan umat-Nya yang jatuh dalam kemurtadan besar. Dia ingin memuntahkan mereka dari mulut-Nya, dan Dia ingin memusnahkan mereka semua seperti pemilik ladang yang memusnahkan lalang diantara gandum-gandum milik-Nya.

Tapi seperti juga Tuhan menberi kasih karunia kepada Nuh dan keluarganya untuk diselamatkan, di masa kini Tuhan juga menyisakan sebagian kecil umat-Nya, yaitu suatu sisa, untuk diselamatkan karena belas kasih-Nya (Rm.11:5).

Kepada Nuh, Tuhan memerintahkannya untuk membangun sebuah bahtera dengan ukuran tertentu, bahan tertentu, dan cara-cara tertentu. Selain itu Tuhan juga mengutus Nuh untuk membawa semua hewan sepasang-sepasang dan mengumpulkan makanan yang dapat dimakan. Intinya, Tuhan memerintahkan Nuh tidak hanya untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana yang akan terjadi tapi juga untuk memulihkan kembali keadaan dunia setelah bencana berakhir!

Itu juga tipologi dari sisa umat yang perlu kita pahami. Kita tidak hanya perlu membebaskan diri dari kemurtadan besar dengan menolak segala pembaharuan Konsili Vatikan II, tapi juga harus membangun fondasi iman para Rasul yang kokoh melalui hidup doa setiap hari. Pada kita, yaitu orang-orang yang bertekad untuk menjadi sisa umat, Tuhan meletakkan tanggung jawab besar untuk membangun kembali Gereja-Nya setelah masa Kalvari Gereja Kristus berlalu.

Tertulis dalam Kitab Suci demikian:

Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya. (Kej.6:22)

Demikianlah kita sebagai sisa umat juga perlu melakukan segala sesuatu yang dikehendaki Tuhan setepat-tepatnya. Kita menghindarkan diri dari kemurtadan besar dengan menolak segala pembaharuan Konsili Vatikan II, dan kita membangun fondasi iman para Rasul yang kokoh melalui hidup doa.

Terima kasih atas perhatian anda...


Viva Christo Rey!

Posting Komentar

0 Komentar