SISA GEREJA KRISTUS - Kunci Untuk Bertahan di Masa Kesengsaraan Akhir Jaman | Bagian 4


 Transkrip video:

Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...

St. Antonius adalah seorang pertapa padang gurun yang mempelopori kehidupan monastik Gereja Katolik. Dia hidup tahun 251 - 356 M dan anak dari keluarga kaya. Namun karena mengikuti ajaran Injil dia memberikan semua harta warisan orang tuanya pada orang miskin, lalu menyerahkan saudari perempuannya ke biara dan memilih hidup sebagai pertapa di padang gurun. Orang bisa mengenal kisah hidupnya secara detail dari biografi yang ditulis oleh sahabatnya, yaitu St. Athanasius.

Dalam hidup pertapaannya, St. Antonius kerap bergumul dengan iblis, baik secara rohani maupun secara fisik. Pada suatu malam dia bergumul hebat dengan banyak iblis yang menyerangnya. Menjelang pagi, berkat pertolongan Tuhan serangan iblis itu berhenti dan St. Antonius segera pulih dari luka-lukanya. 

Lalu St. Antonius berseru dalam doanya, "Dimanakah Engkau Tuhan? Mengapa Engkau tidak menolongku sejak awal?" Tuhan menjawabnya, "Aku selalu ada disini mengamati perjuanganmu. Sekarang, karena engkau tetap bertahan dan tidak kalah, Aku akan selalu menjadi penolongmu dan akan membuat namamu dikenal semua orang."

Kisah perjuangan St. Antonius ini dapat menjadi tipologi yang bagus bagi apa yang dialami Gereja Katolik sepanjang sejarahnya. Seperti St. Antonius, Gereja Katolik juga bergumul dengan serangan Iblis dalam berbagai perwujudannya di sepanjang sejarah, sejak Gereja didirikan sampai hari ini dan bahkan hingga akhir jaman nanti. Mulai dari penindasan oleh penguasa sipil, kemunculan ajaran-ajaran bidat, kemunculan agama-agama lain, skisma, hingga serangan iblis yang terbesar dan terberat berupa pengkhianatan hirarkinya sendiri melalui Konsili Vatikan II.

Dan sama seperti yang dialami St. Antonius dalam perjuangannya, Tuhan yang telah berjanji pada Gereja-Nya, "...Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir jaman..." (Mat.28:20), tidak pernah gagal dalam janji-Nya. Dia selalu menyertai Gereja dalam setiap perjuangannya, bahkan di saat yang terberat sekalipun.

Tapi mengapa Tuhan membiarkan Iblis menyerang Gereja-Nya?

Sama seperti Tuhan membiarkan St. Antonius berjuang keras melawan iblis. Perjuangan tersebut terbukti membuat St. Antonius menjadi semakin kuat imannya karena telah berhasil melalui ujian berat. Begitu pula Tuhan membiarkan Iblis menyerang Gereja-Nya dengan berbagai cara karena serangan-serangan tersebut akan membuat Gereja berakar dalam iman para Rasul yang semakin kokoh dan kuat. Bagaikan emas yang dimurnikan dalam api, begitu pula Gereja Kristus dimurnikan dalam berbagai ujian yang diterimanya di sepanjang sejarah.

Seluruh ajaran Tuhan yang diperlukan untuk menguduskan manusia dan membangun kembali tatanan dunia yang sempurna sudah diserahkan pada para Rasul dua ribu tahun yang lalu. Selanjutnya dengan pertolongan Roh Kudus ajaran tersebut ditransmisikan secara utuh dari jaman ke jaman melalui Gereja-Nya.

Namun ajaran yang diterima para Rasul itu bagaikan tunas pohon kecil mungil yang butuh waktu untuk tumbuh menjadi pohon besar yang berakar kuat dan berbuah lebat. Meski bentuk tunas dan bentuk pohon yang besar pasti berbeda, keduanya adalah pohon yang satu dan sama. Itulah ajaran iman para Rasul dua ribu tahun lalu dibandingkan dengan ajaran Gereja Katolik hari ini. Yang kami maksud tentunya ajaran Gereja Katolik sebelum Konsili Vatikan II karena semua pembaharuan yang muncul setelah konsili sesat tersebut terbukti telah membuat Gereja Katolik menyimpang dari ajaran iman para Rasul.

Semua dogma-dogma yang muncul dan semua anathema-anathema yang dikeluarkan sepanjang sejarah Gereja Katolik, tidak lain adalah pertolongan Roh Kudus yang diberikan pada Gereja untuk mengklarifikasi dan memperjelas ajaran iman para Rasul, serta untuk menjaga kemurniannya dari berbagai pengaruh buruk yang muncul di sepanjang sejarah Gereja. 

Dari sinilah kita bisa memahami mengapa Tuhan mengijinkan serangan Iblis terhadap Gereja dalam berbagai bentuknya. Semua serangan tersebut, entah itu dari bidat, skisma, bahkan tantangan agama-agama lain dan juga berbagai ideologi sekuler, membuat ajaran iman para Rasul yang diterima Gereja Katolik menjadi semakin kokoh dan matang karena telah mampu bertahan menghadapi semua serangan yang mungkin ada.

Tuhan Yesus berkata, "Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu..." (Yoh.15:20). Disini Tuhan sudah mengatakan bahwa Gereja akan dianiaya seperti juga Dia telah dianiaya. Bahkan itu termasuk Gereja akan mengalami pengkhianatan oleh hirarkinya sendiri, sama seperti Tuhan Yesus dulu telah dikhianati oleh salah satu murid-Nya sendiri!

Kalau anda bertanya pada seorang Uskup atau imam Katolik yang mendukung Konsili Vatikan II: kapankah Gereja Katolik dikhianati secara fatal oleh hirarkinya seperti dulu Yesus dikhianati oleh Yudas murid-Nya? Kemungkinan besar anda tidak akan mendapatkan jawaban. Bukan karena mereka tidak mampu menjawabnya tapi karena jawaban yang benar pasti akan merujuk pada Konsili Vatikan II yang mereka dukung sehingga menempatkan mereka pada dilema yang pelik.

Tapi kalau pertanyaan yang sama ditujukan pada orang-orang Katolik yang setia pada iman para Rasul, jawaban mereka akan mengarah pada Konsili Vatikan II yang dengan dalih aggiornamento telah membawa perubahan buruk dan signifikan bagi Gereja Katolik. Suatu perubahan yang secara bertahap membuat Gereja Katolik semakin meninggalkan ajaran iman para Rasul dan mengarah pada kemurtadan besar seperti yang sudah dinubuatkan Kitab Suci.

Para pendukung konsili biasanya berdalih Konsili Vatikan II adalah karya Roh Kudus, jadi mustahil menghasilkan ajaran yang buruk!

Argumen semacam ini dengan mudah dapat dibantah dengan fakta bahwa Roh Kudus TIDAK MENGAJARKAN HAL-HAL BARU melainkan menjelaskan apa yang sudah dinyatakan Tuhan Yesus kepada para Rasul. 

Ini yang dikatakan Tuhan Yesus dalam Injil mengenai Roh Kudus:

"..tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan SEMUA YANG TELAH KUKATAKAN KEPADAMU. (Yoh.14:24).

Bahkan dokumen Konsili Vatikan I kembali menegaskan hal itu:

Karena Roh Kudus dijanjikan kepada penerus Petrus BUKAN agar mereka, melalui wahyu-Nya, dapat MENGUMUMKAN BEBERAPA AJARAN BARU, tetapi agar, dengan bantuan-Nya, mereka dapat secara religius MENJAGA dan dengan setia MENGURAIKAN WAHYU atau DEPOSIT IMAN yang disampaikan oleh para Rasul.

Kesimpulannya, ajaran Gereja sangat JELAS: Roh Kudus tidak menginspirasikan ajaran-ajaran baru!

Jadi adanya ajaran-ajaran baru dalam Konsili Vatikan II justru membuktikan bahwa konsili tersebut BUKAN karya Roh Kudus. Menurut Rm. Gregory Hesse, seorang teolog kepausan, satu-satunya karya Roh Kudus dalam Konsili Vatikan II adalah membuat konsili sesat tersebut TIDAK INFALLIBLE dan TIDAK MENGIKAT. Karya Roh Kudus ini menjaga peluang bagi orang-orang Katolik untuk tetap setia pada iman para Rasul dengan menolak taat pada ajaran Konsili Vatikan II yang menyimpang.

Ajaran baru apa saja yang ada dalam Konsili Vatikan II?

Mgr. Marcel Lefebvre merumuskan ada tiga ajaran baru yang menyimpang dari ajaran iman para Rasul dalam Konsili Vatikan II: ekumenisme, kebebasan beragama, dan kolegialitas.

Mengapa ketiga ajaran baru tersebut berbahaya dan menggiring Gereja Katolik pada kemurtadan besar?

Selain karena bertentangan dengan iman para Rasul, ketiganya merupakan fondasi penting yang dibutuhkan untuk membangun sebuah agama global yang baru. Perlu dicatat, satu agama global yang baru ini bukanlah sebuah agama baru dengan ajaran iman yang baru tapi satu wadah persatuan ekumenis semua agama-agama yang ada di dunia! 

Prinsip kebebasan beragama memberi dasar pembenaran bagi eksistensi setiap agama sebagai jalan keselamatan bagi umatnya masing-masing. Prinsip kolegialitas memberi dasar bagi kesetaraan martabat diantara para pemimpin agama dalam memimpin umatnya masing-masing. Sementara prinsip ekumenisme memberi dasar persatuan semua agama-agama yang berbeda berdasarkan prinsip koeksistensi dalam damai.

Penandatanganan dokumen "Human Fraternity" oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Mesjid Al-Azhar di Abu Dhabi tahun 2019 adalah contoh kongkrit dari upaya pembangunan satu agama global tersebut. Dokumen tersebut menyatakan bahwa perbedaan agama adalah kehendak Tuhan. Pernyataan ini secara IMPLISIT mengakui kebenaran semua agama sebagai jalan keselamatan bagi para pengikutnya masing-masing.

Sebagai tindak lanjut dari dokumen tersebut dibangunlah "Rumah Keluarga Abraham" di Abu Dhabi yang menjadi simbol semangat "persatuan dalam persaudaraan" diantara tiga agama keturunan Abraham: Yahudi, Kristen, dan Islam. Bukan mustahil bila kelak akan ada "Rumah Keluarga Nuh" yang menjadi simbol persatuan bagi semua agama-agama yang ada di muka bumi.

Masalahnya, dari Injil kita tahu bahwa Tuhan mendirikan SATU GEREJA (Mat.16:18), dan melalui Amanat Agung (Mat.28:19) Tuhan ingin agar semua orang di dunia menjadi anggota Gereja-Nya. Maka pembentukan satu agama global yang ekumenis ini jelas bertentangan dengan kehendak Tuhan yang ingin menjadikan Gereja Katolik sebagai satu-satunya agama di dunia. 

Tuhan memang mengijinkan adanya agama yang berbeda-beda tapi itu tidak berarti Tuhan menghendakinya. Sama seperti Tuhan mengijinkan adanya dosa dan kejahatan, tapi PASTI Tuhan tidak menghendakinya. Antara mengijinkan yang bersifat pasif dan menghendaki yang bersifat aktif jelas harus dibedakan

Karena Tuhan hanya menciptakan satu agama, yaitu Gereja Katolik, dan menginginkan semua orang masuk ke dalamnya, maka Tuhan tidak menghendaki adanya agama-agama lain, bahkan yang menyandang nama Kristen sekalipun, sebagai sarana keselamatan tandingan. Hanya ada satu sarana keselamatan sejati yang dikehendaki Tuhan, yaitu Gereja Katolik yang didirikan-Nya. 

Maka Tuhan menghendaki semua penganut agama lain tanpa kecuali untuk bertobat, meninggalkan agamanya yang lama, dan menerima kebenaran iman para Rasul di dalam Gereja Katolik. Ini merupakan bagian dari rencana Tuhan untuk mewujudkan Kerajaan Allah di muka bumi sebagai tatanan dunia yang sempurna!

Sebelum Konsili Vatikan II, Gereja Katolik dengan setia mengikuti kehendak Tuhan untuk mewujudkan rencana tersebut. Ini tercermin dari motto yang digunakan oleh Paus St. Pius X bagi kepausannya, yaitu "Instaurare Omnia in Christo" yang berarti "Memulihkan Segala Sesuatu di Dalam Kristus." Juga Paus Pius XII yang menetapkan pesta hari raya Kristus Raja sebagai bagian dari kalender liturgi Gereja. 

Keduanya merupakan ungkapan ekspresi yang konsisten dari Gereja Katolik untuk berjuang mewujudkan Kerajaan Allah yang akan menguasai seluruh dunia dengan Yesus Kristus sebagai Rajanya. Perlu dicatat bahwa kekuasaan ini BUKAN dalam konteks politik, melainkan dalam konteks iman dan moral yang mendasari semua aspek kehidupan manusia.

Oleh karenanya dokumen Konsili Vatikan II yang pada dasarnya mendorong upaya pembangunan satu agama global yang ekumenis, adalah pengkhianatan keji terhadap Gereja Katolik. Pembangunan agama global yang baru adalah bagian dari pembentukan tatanan dunia di luar Kerajaan Allah. Itu tentu saja melawan kehendak Tuhan untuk mewujudkan Kerajaan Allah sebagaimana yang sudah dipercayakan pada Gereja Katolik.

Maka tidak berlebihan jika kita katakan bahwa Konsili Vatikan II adalah serangan Iblis yang terbesar dan paling berhasil terhadap Gereja Katolik. Melalui Konsili Vatikan II, para pendukung konsili yang jumlahnya meliputi hampir semua orang Katolik, telah menolak rencana Tuhan untuk mewujudkan Kerajaan Allah, dan memilih rencana Iblis untuk membangun tatanan dunia tandingan. Itu sebabnya semua orang Katolik pendukung Konsili Vatikan II, entah mereka sadar atau tidak, telah jatuh dalam kemurtadan karena telah melawan kehendak Tuhan! Itulah kemurtadan besar yang sudah dinubuatkan oleh Rasul Paulus (2Tes.2:3).

Kembali pada perjuangan berat St. Antonius melawan iblis. Tuhan mengijinkan semua serangan berat itu terjadi agar menjadi ujian bagi St. Antonius yang akan membuat imannya semakin kokoh.

Begitu juga dengan Konsili Vatikan II yang menjadi serangan terberat iblis bagi Gereja Katolik. Tuhan mengijinkan Konsili sesat itu terjadi agar menjadi ujian bagi Gereja Katolik untuk membuatnya semakin kokoh.

Di malam perjamuan terakhir Tuhan berkata pada Petrus, "Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur..." (Luk.22:31-32).

Petrus dalam teks ini adalah tipologi Gereja Katolik yang akan menjadi sasaran serangan terhebat dari Iblis, namun Tuhan tetap menjaga agar Gereja Katolik tidak kalah oleh gerbang alam maut!

Lalu apa serangan iblis yang terberat?

Seperti Yesus Kristus dikhianati Yudas Iskariot, demikian juga Gereja sebagai Sang Mempelai Kristus akan mengalami pengkhianatan pada level tertinggi sebagai serangan terberatnya. 

Dalam sejarahnya Gereja Katolik sudah mengalami pembangkangan dari kalangan imam, yaitu oleh Arius dan Martin Luther. Gereja juga sudah mengalami pembangkangan dari kalangan Uskup, misalnya oleh Uskup Nestorius, skisma oleh Patriark Michael Cerularius dari Gereja Timur, dan juga pembangkangan oleh para Uskup Anglikan. Semua pembangkangan itu dapat diselesaikan dengan cara memisahkan mereka sebagai bidat ataupun skismatik.

Kini melalui Konsili Vatikan II, saatnya Gereja Katolik menghadapi serangan terberat yang belum pernah terjadi dalam sejarahnya, yaitu pengkhianatan dari para Paus sebagai pimpinan tertinggi Gereja Katolik. Pengkhianatan itu dimulai dari Paus Yohanes XXIII hingga Paus Fransiskus! 

Celakanya, kita tidak dapat begitu saja memisahkan Paus yang berkhianat dari Gereja Katolik! Tapi di sisi lain, sesuai janji Tuhan Yesus yang akan melindungi Gereja-Nya, PASTI akan selalu ada sisa umat-Nya yang setia sebagai perwujudan Gereja Kristus yang tak terkalahkan.

Maka, akibat dari pengkhianatan para Paus Konsili adalah PERPECAHAN INTERNAL dalam Gereja Katolik. Yaitu antara mereka yang setia pada ajaran iman para Rasul dan mereka yang terjerumus dalam semangat pembaharuan konsili akibat ketaatan buta pada hirarki. Itulah serangan level tertinggi dan sekaligus terberat yang mungkin terjadi pada Gereja!

Tapi mengapa Tuhan membiarkan Konsili Vatikan II yang menyebabkan kemurtadan besar dan melibatkan hampir semua orang Katolik? Alih-alih membuat Gereja Katolik semakin kuat, bukankah itu justru melemahkan Gereja Katolik?

Kekuatan Gereja Katolik yang dikehendaki Tuhan bukan terletak pada kuantitas, tapi pada kualitas. Bukankah Tuhan mendatangkan bencana air bah di jaman Nuh yang memusnahkan nyaris semua orang dan hanya menyisakan 8 orang yang selamat di dalam bahtera? Begitu juga hari ini Tuhan tidak akan ragu untuk menyisakan sedikit umat-Nya yang setia dan membiarkan sebagian besar umat-Nya yang tidak setia jatuh dalam kemurtadan serta binasa karena pilihan mereka sendiri!

Tuhan sudah mengatakan dalam Kitab Wahyu:

"Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan MEMUNTAHKAN engkau dari mulut-Ku." (Why.3:15-16).

Itulah yang terjadi pada orang-orang Katolik pendukung Konsili Vatikan II. Mereka tidak panas karena tidak memiliki kecintaan yang membara pada Kristus, Gereja dan ajaran iman para Rasul. Mereka juga tidak dingin karena tidak memiliki kebencian tanpa kompromi pada tipu daya iblis berupa segala penyimpangan dan ajaran-ajaran sesat. Bagi Tuhan, mereka memuakkan dan layak untuk dimuntahkan jika mereka tidak bertobat.

Konsili Vatikan II yang dirancang Iblis akan menjadi serangan berat terhadap Gereja Katolik yang menjatuhkan banyak orang Katolik. Mereka yang beriman suam-suam kuku akan jatuh dalam kemurtadan akibat Konsili Vatikan II. Jika tidak bertobat mereka akan dimuntahkan Tuhan, yaitu dipisahkan dari Gereja-Nya dan mengalami kebinasaan. Sementara itu mereka yang setia pada iman para Rasul dan tidak beriman suam-suam kuku berkat hidup doa, akan menjadi sisa umat-Nya yang diselamatkan.

Sekali pun jumlah mereka sedikit, sesuai dengan namanya sebagai sisa umat, mereka adalah orang-orang Katolik pewaris ajaran iman para Rasul yang sudah teruji dalam perjalanan sejarah selama dua milenium, dan sudah melalui berbagai ujian bahkan yang terberat sekalipun. Pada kaum sisa umat yang memiliki iman kokoh inilah, janji Kristus bahwa Gereja-Nya tak akan dikalahkan oleh gerbang alam maut akan tergenapi. Juga pada sisa umat yang setia inilah tatanan dunia yang sempurna berupa Kerajaan Allah akan diwujudkan dengan Yesus Kristus sebagai rajanya.

Sekarang kita hidup di masa krisis terbesar yang melanda Gereja Katolik dalam bentuk kemurtadan besar yang sudah dinubuatkan. Pilihan ada di tangan kita! Apakah kita memilih untuk menjadi sisa umat-Nya yang setia, ATAU memilih ikut mendukung pembaharuan Konsili Vatikan II yang sudah pasti mengarahkan kita pada kemurtadan besar.

Memilih menjadi sisa umat yang setia memang bukan pilihan yang nyaman, tapi itu pilihan yang benar dan dikehendaki Tuhan! Sebagai sisa umat kita akan mengalami penganiayaan dan penindasan, bukan hanya dari luar Gereja, tapi juga dari dalam Gereja dan bahkan oleh hirarki. 

Meski demikian itu adalah sebuah kehormatan besar karena membuat kita mengalami salib seperti Kristus, yaitu menjalani penderitaan yang sama seperti Tuhan kita yang dikhianati oleh Yudas Iskariot, dijatuhi hukuman mati oleh imam-imam Yahudi, dan disalibkan oleh para prajurit Romawi di bawah pemerintahan Pontius Pilatus! Dan lebih dari itu, Tuhan Yesus yang tidak pernah ingkar janji akan menjadi jaminan keselamatan bagi kita yang memilih menjadi sisa umat-Nya.

Terima kasih atas perhatian anda...

Viva Christo Rey!

Posting Komentar

0 Komentar