BAHAYA DEVOSI KERAHIMAN ILAHI #5 | Minggu Kerahiman Dan Perusakan Terhadap GEREJA

 



Transkrip:


Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...

Ketika Tuhan menciptakan dunia dan segala isinya, Dia mengatakan semuanya itu BAIK. Segala ciptaan Tuhan itu dikatakan baik adanya karena Tuhan menciptakannya dalam keteraturan yang harmonis. Tapi tatanan ciptaan yang harmonis itu terganggu ketika iblis datang dalam rupa ular di Taman Eden untuk menipu Adam dan Hawa agar mereka melanggar perintah Tuhan dengan memakan buah terlarang. Sejak saat itulah dosa masuk ke dalam dunia dan merusak tatanan ciptaan yang semula baik dan teratur.

Bagi iblis, kekacauan yang ditimbulkannya bukanlah tujuan. Kekacauan itu adalah sebuah tahapan yang perlu untuk membangun suatu tatanan sataniknya sendiri. Ini seperti yang terungkap dalam sebuah prinsip yang diadopsi oleh kaum freemason: ORDO AB CHAO, membangun tatanan dari kekacauan. Jadi ketika Tuhan ingin membangun Kerajaan Allah di muka bumi, iblis berusaha mengacaukannya dengan tujuan untuk membangun kerajaan iblis di atas puing-puing Kerajaan Allah yang dihancurkannya. Dalam Perjanjian Lama tatanan ciptaan iblis ini diwujudkan dalam Menara Babel.

Kesimpulannya: Tuhan membangun tatanan dan keteraturan, sementara iblis merusaknya dan membawa kekacauan.

Kembali pada kerusakan tatanan ciptaan akibat jatuhnya Adam dan Hawa ke dalam dosa, tentu saja Tuhan tidak membiarkan kerusakan tersebut berlangsung terus. Dia memulihkannya melalui pewahyuan Sabda-Nya yang dinyatakan melalui para nabi dan disempurnakan melalui kedatangan Yesus Kristus, Sang Allah Putra yang menjadi manusia.

"Sebab SEGALA firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya." (Yoh.17:8) Itulah doa Yesus Kristus kepada Bapa-Nya yang menunjukkan bahwa seluruh kebenaran, yaitu seluruh Sabda Tuhan yang perlu untuk memulihkan segala sesuatu, termasuk untuk memulihkan keselamatan manusia dan membangun Kerajaan Allah, sudah dinyatakan secara tuntas kepada para Rasul. 

Catat ini baik-baik: tidak ada lagi Sabda Tuhan yang perlu dinyatakan kepada manusia untuk menambahkan kebenaran utuh yang sudah diterima oleh para Rasul.

Selanjutnya seluruh Sabda Tuhan atau seluruh kebenaran yang utuh itu dipercayakan pada Gereja yang didirikan-Nya, yaitu Gereja Katolik yang dipimpin oleh Petrus dan para Paus penerusnya. Berdasarkan janji Tuhan yang tidak dapat dibatalkan, Roh Kudus akan selalu menyertai Gereja untuk memastikan bahwa ajaran iman para Rasul (meski terus berkembang menjadi semakin jelas) akan tetap terjaga utuh tanpa berubah satu iota pun dari jaman ke jaman. Melalui karya Roh Kudus inilah muncul berbagai ajaran, dogma-dogma, dan juga liturgi Gereja di sepanjang sejarah yang semuanya bertujuan untuk memulihkan kembali tatanan ciptaan yang rusak oleh dosa dan membangun Kerajaan Allah.

Nah, ketika Tuhan memulihkan kembali tatanan ciptaan melalui Gereja-Nya, iblis berupaya merusak dan mengacaukannya! Lalu apa hubungannya dengan topik video yang membahas kesesatan Devosi Kerahiman Ilahi? 

Pemahaman bahwa Tuhan membawa keteraturan dan tatanan sementara iblis membuat kerusakan dan kekacauan akan membatu kita untuk menguji apakah Devosi Kerahiman Ilahi sungguh berasal dari Tuhan atau justru berasal dari si jahat. Kita akan memeriksa karakter tersebut pada perayaan hari Minggu Kerahiman yang menjadi bagian dari devosi ini.

Keberadaan pesta hari Minggu Kerahiman pada kalender liturgi Gereja diminta secara khusus oleh "Tuhan Yesus" kepada Sr. Faustina seperti yang tercatat dalam buku hariannya:

"Aku menghendaki agar hari Minggu pertama setelah Paskah menjadi Hari Minggu Kerahiman." (BHF #299).

"Adalah keinginan-Ku agar perayaan ini diadakan dengan khidmat pada hari Minggu pertama setelah Paskah. Umat manusia tidak akan memperoleh kedamaian sampai mereka berpaling kepada sumber Kerahiman-Ku." (BHF 699)

"Ya, hari Minggu pertama sesudah Paskah adalah Hari Minggu Kerahiman..." (BHF #742)

Selain itu "Tuhan Yesus" juga menghendaki diadakannya Novena Kerahiman sebagai persiapan untuk menyambut hari Minggu Kerahiman. Novena Kerahiman ini dimulai pada hari Jumat Agung sebagaimana tercatat dalam buku harian Faustina:

Tuhan menyuruhku untuk mendaraskan Doa Koronka ini selama sembilan hari sebelum hari Minggu Kerahiman. Doa ini akan dimulai pada hari Jumat Agung. "Dengan novena ini, Aku akan memberikan setiap rahmat yang mungkin bagi jiwa-jiwa." (BHF #796)

"Aku ingin agar selama sembilan hari ini engkau membawa jiwa-jiwa kepada sumber kerahiman-Ku, agar mereka dapat memperoleh kekuatan dan kesegaran darinya serta rahmat apa pun yang mereka butuhkan dalam kesulitan hidup, dan terutama pada saat kematian." (BHF #1209)

Disinilah letak masalahnya...

Hari Minggu setelah Paskah dalam kalender liturgi tradisional disebut sebagai "Dominica in Albis" atau "Minggu Quasimodo." Minggu tersebut masih merupakan bagian dari perayaan oktav Paskah. Di masa lalu Gereja Katolik tidak memperkenankan adanya pemberian Sakramen Perkawinan pada masa Pra-Paskah sampai dengan "Minggu Quasimodo" atau Minggu kedua Paskah. Itu menunjukkan pentingnya hari Minggu setelah Paskah sebagai bagian tak terpisahkan dari seluruh rangkaian liturgi Paskah. Kini dengan adanya Minggu Kerahiman maka "Dominica in Albis" atau "Minggu Quasimodo" sudah tidak ada lagi.

Celakanya, perayaan hari Minggu Kerahiman juga dipersiapkan dengan Novena Kerahiman yang dimulai pada hari Jumat Agung. Adanya Novena Kerahiman yang dimulai sejak Jumat Agung dan berlangsung terus selama Paskah jelas mengganggu fokus dari perayaan Triduum atau Tri Hari Suci yang menjadi puncak dari seluruh liturgi Gereja. 

Pertanyaannya: mungkinkah Tuhan Yesus menghendaki adanya devosi dan penambahan pada kalender liturgi yang jelas-jelas merusak atau mengganggu puncak perayaan liturgi Gereja yang sudah ada? 

Pasti TIDAK! 

Tindakan penambahan pesta hari Minggu Kerahiman dengan kegiatan doa Novena Kerahiman yang merusak dan mengacaukan puncak liturgi Gereja adalah gagasan iblis yang memang selalu ingin merusak atau mengacaukan apapun yang dibangun Tuhan melalui Gereja-Nya. Termasuk dalam hal ini merusak tatanan kalender liturgi yang sudah diinspirasikan Roh Kudus selama berabad-abad kepada Gereja. Apapun yang bersifat merusak tatanan Gereja yang sudah ada, adalah pekerjaan dari bapa segala dusta alias iblis.

Dan bukan hanya merusak liturgi Gereja, perayaan hari Minggu Kerahiman ternyata juga merusak keutuhan ajaran iman para Rasul. Dalam buku harian Faustina dikatakan demikian:

"Putriku, beritahukanlah kepada seluruh dunia tentang Kerahiman-Ku yang tak terbayangkan. Aku ingin agar Hari Minggu Kerahiman menjadi tempat perlindungan dan tempat bernaung bagi semua jiwa, dan khususnya bagi para pendosa yang malang. Pada hari itu kedalaman belas kasih-Ku yang lembut terbuka. Aku mencurahkan seluruh samudra rahmat kepada jiwa-jiwa yang mendekati Sumber Kerahiman-Ku. Jiwa yang mau mengaku dosa dan menerima Komuni Kudus akan memperoleh pengampunan dosa dan hukuman yang penuh..." (BHF #699)

Pengampunan dosa dan penghapusan hukuman secara penuh di dalam Gereja Katolik hanya didapatkan melalui Sakramen Baptis, sekali seumur hidup. Tapi sekarang setelah hampir dua milienium lamanya, ada sebuah hari khusus yang ditambahkan pada kalender liturgi Gereja dimana manusia dapat memperoleh anugerah yang sama secara berulang-ulang. Ini membuat perayaan hari Minggu Kerahiman bagaikan baptis kedua, ketiga, keempat dan seterusnya.

Selanjutnya tentang hari Minggu Kerahiman ini juga dikatakan demikian:

"Aku memberikan mereka harapan terakhir untuk keselamatan, yaitu Hari Raya Kerahiman-Ku. Jika mereka tidak menyembah kerahiman-Ku, mereka akan binasa selamanya." (BHF #995)

"Aku ingin agar Kerahiman-Ku disembah, dan Aku memberikan kepada umat manusia harapan terakhir untuk keselamatan; yaitu jalan menuju kepada Kerahiman-Ku." (BHF #998)

Jadi perayaan hari Minggu Kerahiman adalah HARAPAN TERAKHIR bagi keselamatan manusia. Itulah yang diajarkan oleh Devosi Kerahiman Ilahi kepada kita. Secara tidak langsung hal ini menunjukkan bahwa ajaran yang telah dinyatakan Tuhan Yesus kepada para Rasul TERNYATA BELUM LENGKAP sehingga setelah nyaris dua milenium kemudian "Tuhan Yesus" perlu menambahkan sebuah harapan terakhir bagi keselamatan berupa sebuah hari khusus yaitu Minggu Kerahiman, untuk menyembah dan memuliakan kerahiman Tuhan. 

Siapapun yang mengenal ajaran iman Katolik dengan baik pasti tahu bahwa tidak mungkin Tuhan Yesus atau Roh Kudus atau bahkan Bapa di Surga, menambahkan sebuah SARANA KESELAMATAN BARU seolah apa yang sudah dinyatakan Tuhan Yesus kepada para Rasul belum merupakan ajaran dan sarana keselamatan yang lengkap. Ajaran Gereja Katolik jelas menyatakan bahwa seluruh ajaran kebenaran dan sarana keselamatan sudah dinyatakan pada Gereja. Dengan demikian tidak mungkin ada penambahan ajaran ataupun sarana keselamatan baru seperti perayaan hari Minggu Kerahiman yang dalam devosi ini dianggap sebagai harapan keselamatan terakhir bagi manusia. Itu mustahil!

Tapi bagi para Paus, Uskup, dan para klerus yang sudah diracuni oleh Konsili Vatikan II, penambahan tersebut memang tidak masalah karena menurut dokumen Dei Verbum: 

Tradisi yang berasal dari para rasul itu berkat bantuan Roh Kudus berkembang dalam Gereja... Sebab dalam perkembangan sejarah, Gereja tiada hentinya menuju kepenuhan kebenaran ilahi, sampai terpenuhilah padanya sabda Allah. (DV 8)

Para klerus pemuja konsili memang percaya bahwa Gereja Katolik BELUM MENERIMA kepenuhan kebenaran ilahi sehingga ajaran iman para Rasul masih bisa terus bertambah atau berubah mengikuti perkembangan jaman. Termasuk dengan penambahan perayaan hari Minggu Kerahiman yang dikatakan sebagai harapan terakhir bagi keselamatan manusia. Tapi bagi Katolik tradisionalis, ajaran iman para Rasul yang tidak dapat berubah adalah harga mati. Dengan demikian penambahan perayaan hari Minggu Kerahiman sebagai harapan terakhir bagi keselamatan sama sekali tidak dapat diterima.

Sekarang menjadi jelas dan terang benderang, adanya perayaan hari Minggu Kerahiman tidak hanya merusak liturgi Gereja, tapi juga merusak ajaran Gereja. Apapun yang bersifat merusak tatanan Gereja, baik itu aspek ajaran maupun liturginya, pastilah berasal dari si jahat. Dengan demikian adanya perayaan hari Minggu Kerahiman yang merusak ini juga pasti berasal dari si jahat yang mengaku sebagai "Tuhan Yesus."

Maka sudah benarlah keputusan Kardinal Ottaviani pada masa Paus Yohanes XXIII yang menolak adanya penambahan pesta hari Minggu Kerahiman dalam kalender liturgi Gereja. Adanya pesta Minggu Kerahiman yang diadakan pada hari Minggu setelah Paskah jelas bukan kehendak Tuhan, tapi keinginan dari musuh-Nya yang bermaksud menghancurkan Gereja dari dalam demi membangun Menara Babel yang baru dengan Gereja Sinodal hasil Konsili Vatikan II sebagai cikal-bakalnya.

Terima kasih atas perhatian anda...


Viva Christo Rey!



Posting Komentar

0 Komentar