Menanggapi Kesesatan Dr. Deky Ngadas Tentang Otoritas Paus Dan Gereja Katolik



Transkrip:

Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...

Beberapa orang meminta kami, baik melalui email maupun komentar di video untuk membahas video saudara Decky Ngadas dari channel Verbum Veritatis yang berjudul, "Mengapa Saya Menolak Otoritas Paus dan Gereja Katolik Roma?"

Sepintas kami pikir, lho apa masalahnya... biarkan saja dia menolak kepausan dan otoritas Gereja Katolik... Itu sama saja dengan orang Malaysia atau Singapura, atau Australia membuat video berjudul, "Mengapa Saya Menolak Otoritas Jokowi dan NKRI?" Jawabannya jelas... karena orang itu bukan warga negara Indonesia. 

Selesai. 

Begitu juga dengan video Sdr. Decky Ngadas... cukup dengan membaca judul video, jawabannya sudah jelas... yaitu karena Sdr. Decky Ngadas bukan anggota Gereja Kristus! Karena Sdr. Decky Ngadas adalah seorang bidat! Maka wajar sekali kalau dia menolak otoritas Paus dan Gereja Katolik. Jadi, secara umum video tersebut tidak memiliki nilai informasi apa-apa... semuanya sudah jelas dari judulnya. Itu video berdurasi lebih dari setengah jam yang membuang waktu banyak orang.

Tapi yang menarik untuk ditanggapi adalah pernyataan Sdr. Decky dalam video yang berpotensi menyesatkan banyak orang, baik orang Protestan ataupun Katolik. Ini perlu diluruskan supaya jangan banyak orang yang tergiring dan terjebak pada opini sampah yang dikembangkan Sdr. Decky dan para bidat lainnya, yang tidak membawa manfaat apa-apa selain memperparah perpecahan yang ada di dalam kekristenan.

Tonton video ini sampai habis karena respon yang kami berikan dalam video ini akan membuat narasi-narasi sesat seperti yang dikembangkan oleh Sdr. Decky Ngadas dan kaum bidat lainnya mengenai kepausan serta Gereja Katolik tidak akan berarti apa-apa lagi karena terbukti memiliki kekeliruan yang sangat mendasar...

Mari kita lihat kutipan video dari Sdr. Decky Ngadas...

[kutipan video 1]

Dalam Injil Mateus 16 ayat 18, Tuhan kita mengatakan:
"Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya."

Ini adalah ayat Injil paling jelas yang menunjukkan bahwa Tuhan sendiri telah menetapkan Petrus sebagai kepala Gereja-Nya. Tapi Sdr. Decky mencoba mengecilkan makna ayat tersebut dengan menggeser bahwa yang dimaksud dengan Petrus bukan merujuk pada pribadi Petrus melainkan pada iman Petrus, yang pada dasarnya bisa dimiliki siapapun yang mengakui Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup. Ini salah satu kesesatan khas bidat Protestan yang menyebabkan siapapun merasa berhak mendirikan gereja atau denominasi baru. Kita tidak perlu heran jika sekarang ada puluhan ribu denominasi Protestan yang masih akan terus bertambah, entah sampai kapan...

Dan lancangnya, Sdr. Decky Ngadas berani mengatakan tidak ada bapa-bapa Gereja yang mendasarkan ayat tersebut untuk mengakui primat Petrus.

Bapa-bapa Gereja tentu tidak bodoh dengan menggunakan semata-mata ayat tersebut untuk mengakui primat Petrus. Yang benar, bapa-bapa Gereja tidak hanya menggunakan ayat itu, tapi juga menggunakan seluruh Injil dan juga tradisi lisan turun-temurun untuk sampai pada kesimpulan tentang primat Petrus.

Ayat Injil Mateus 16:18 bukan satu-satunya ayat yang menunjukkan primat Petrus, tapi memang itu ayat yang paling eksplisit. Argumen yang mencoba menggeser penyebutan Petrus bukan merujuk pada pribadinya dengan mudah dipatahkan oleh fakta bahwa pada ayat tersebut Tuhan kita mengganti nama Simon bin Yunus dengan Petrus, yang artinya batu karang. Pemberian nama baru ini tidak bisa dianggap sepele! 

Abram diganti namanya menjadi Abraham karena dia dipilih sebagai bapa bangsa, yang melalui keturunannya semua bangsa akan mendapat berkat. Yakub mendapat nama Israel karena darinya lahir 12 suku bangsa pilihan. Bahkan Saulus diganti namanya menjadi Paulus karena dia mendapat tugas khusus sebagai rasul bagi bangsa bukan Yahudi dan sekaligus menjadi orang yang kepadanya Tuhan mempercayakan tugas penting untuk meletakkan dasar fondasi teologis Gereja Kristus. Maka demikian juga pengantian nama Simon bin Yunus menjadi Petrus punya arti penting dan sekaligus pemberian tugas khusus, yaitu Tuhan menunjuknya sebagai kepala para Rasul, pemimpin Gereja yang akan didirikan-Nya. Ini yang gagal dipahami oleh Sdr. Decky. 

Sekali lagi, itu bukan satu-satunya ayat yang menunjukkan primat Petrus. Tapi itu memang ayat yang paling eksplisit. Bapa-bapa Gereja tentunya juga menggunakan ayat-ayat Injil lainnya. 

Misalnya, bagaimana di malam perjamuan terakhir Tuhan mengingatkan Petrus bahwa dia menjadi sasaran utama iblis, "Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu." (Luk.22:31-32). Petrus secara khurus menjadi sasaran iblis, dan Tuhan Yesus secara khusus pula berdoa bagi Petrus. Teks Injil Lukas amat jelas dan tidak dapat dibantah bahwa ayat tersebut hanya untuk Petrus, bukan untuk rasul-rasul lainnya padahal mereka semua ada bersama Petrus. Mengapa demikian? Alasannya jelas, itu karena Petrus adalah kepala para Rasul! 

Belum lagi Injil Yohanes yang mengatakan, sebelum kenaikan-Nya ke surga hanya kepada Petrus Tuhan memberikan amanat untuk menggembalakan domba-domba-Nya, bukan kepada para Rasul lainnya. Orang boleh-boleh saja menafsirkan bahwa rasul-rasul lain juga ditugaskan untuk menggembalakan domba-domba Tuhan. Tapi tetap tak bisa dibantah, bahwa yang tertulis secara eksplisit dalam Injil adalah: penugasan itu diberikan kepada Petrus. Titik. Itu membuat Petrus memiliki keutamaan tersendiri dibandingkan para Rasul lainnya.

Di bagian lain Sdr. Decky mengatakan bahwa Petrus tidak menganggap dirinya sebagai pemimpin para Rasul. Benar, karena semangat kerendahan hatinya, Petrus menganggap dirinya setara dengan semua rasul lainnya. Tapi ingat, dalam sidang di Yerusalem dimana kejelasan posisinya sebagai pemimpin Gereja Kristus dibutuhkan, Petrus berkata, "Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula ALLAH MEMILIH AKU dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya..." (Kisah para Rasul bab 15 ayat 7). Jadi di balik kerendahan hatinya yang menganggap dirinya setara dengan rasul lainnya, bagaimanapun Petrus tetap menyadari bahwa Tuhan sejak semula telah memilih dia sebagai pemimpin para Rasul lainnya.

Itu dari Kitab Suci.... lalu bagaimana pandangan bapa-bapa Gereja tentang primat Paus? Apakah klaim Sdr. Decky bahwa tidak ada bapa-bapa Gereja yang mengakui primat Petrus punya dasar?

Dalam tulisannya melawan bidat Manikean, St. Agustinus dari Hippo mengatakan: "Dalam Gereja Katolik, ada banyak pembenaran yang menahan saya di pangkuannya. Persetujuan orang-orang dan bangsa-bangsa membuat saya tetap di Gereja; begitu juga otoritasnya yang diresmikan oleh keajaiban, dipelihara oleh harapan, diperbesar oleh kasih, dan ditetapkan oleh usia. Suksesi apostolik menjaga saya, mulai dari tahta Rasul Petrus, yang kepadanya Tuhan setelah kebangkitan-Nya memberikan tanggung jawab untuk menggembalakan domba-domba-Nya, hingga pada kepausan saat ini" 

St. Agustinus jelas mengakui primat Petrus dan sekaligus suksesi kepausan.

Bahkan St. Ambrosius, guru dari St. Agustinus, dalam De Fide yang menjelaskan iman Katolik mengatakan, "Petrus, yang pertama di antara para rasul, menerima kunci kerajaan dari tangan Tuhan sendiri."

Jadi St. Ambrosius juga mengakui primat Petrus.

St. Cyprianus dari Kartage dalam tulisannya tentang kesatuan Gereja mengatakan, "Tuhan berkata kepada Petrus: 'Aku berkata kepadamu... bahwa kamu adalah Petrus, dan di atas batu karang ini aku akan membangun Gereja-Ku.' Di atasnya Dia membangun Gereja, dan kepadanya Dia memberikan perintah untuk menggembalakan domba; dan meskipun Dia memberikan kuasa yang sama kepada semua rasul, namun Dia mendirikan SATU TAHTA, dan Dia menetapkan dengan otoritas-Nya sendiri sebuah sumber dan alasan intrinsik untuk persatuan itu. Memang, (rasul) yang lain juga memiliki apa yang dimiliki oleh Petrus, tetapi KEUTAMAAN tetap diberikan kepada Petrus, di mana dijelaskan bahwa hanya ada satu Gereja dan satu tahta"

Masih banyak lagi tentunya pandangan bapa-bapa Gereja yang mengakui primat Petrus dan suksesi kepausan, tapi cukuplah kutipan dari tiga bapa-bapa Gereja itu untuk meruntuhkan argumen Sdr. Decky.

Mari kita lihat kutipan video yang lain...

[kutipan video 2]

Intinya, Sdr. Decky ingin mengatakan bahwa konsep kepausan seperti yang ada di Gereja Katolik hari ini, pada mulanya tidak seperti itu dan konsep kepausan berkembang dalam perjalanan waktu. Fakta sejarahnya memang demikian dan kami tidak akan membantah itu. Bukan itu saja, bahkan dogma infalibilitas Paus baru ditetapkan pada Konsili Vatikan I di abad 19.

Tapi justru itulah BUKTI dari karya Roh Kudus di dalam Gereja Katolik!

Harus diingat, Roh Kudus tidak pernah mengajarkan hal-hal baru. Ini jelas tertulis dalam Injil: "...Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu." (Injil Yohanes 14:26)

Sama seperti Yesus tidak berkata-kata dari Diri-Nya sendiri melainkan apa yang diutus oleh Bapa-Nya, begitu juga Roh Kudus tidak mengajarkan hal-hal baru melainkan menjelaskan apa yang telah diajarkan dan dinyatakan oleh Yesus Kristus Sang Sabda Allah. Ini ditegaskan kembali dalam Konsili Vatikan I ketika menetapkan infalibilitas Paus:

Karena Roh Kudus dijanjikan kepada para penerus Petrus bukan agar mereka, melalui wahyu-Nya, dapat mengumumkan beberapa ajaran baru, tetapi agar, dengan bantuan-Nya, mereka dapat secara religius menjaga dan dengan setia menguraikan wahyu atau deposit iman yang disampaikan oleh para rasul.

Jadi perkembangan konsep kepausan yang ada dalam sejarah Gereja Katolik adalah penggenapan dari penyertaan Roh Kudus dalam Gereja Kristus seperti yang sudah dijanjikan oleh Tuhan Yesus sendiri. Dan, ini yang penting, tidak ada hal-hal baru apapun dalam perkembangan itu selain menegaskan, merumuskan, mengklarifikasi, dan menetapkan apa yang sudah ada sebelumnya sejak jaman para Rasul.

Jadi primat Paus, suksesi kepausan, bahkan doktrin infalibilitas Paus, sebenarnya sudah ada sejak jaman para Rasul namun masih belum jelas dan tersamar. Dalam perjalanan sejarah konsep itu semua menjadi semakin jelas. Jika diibaratkan dengan tanaman, konsep kepausan di jaman para rasul masih dalam bentuk tunas yang terus berkembang semakin besar dan kokoh dari waktu ke waktu. Orang bodoh melihat tunas itu berbeda dari pohon yang sudah besar, hanya karena bentuknya. Tapi orang bijak tahu pohon yang besar itu adalah pohon yang satu dan sama dengan tunas yang sebelumnya.

Inilah yang luput dipahami oleh sdr. Decky Ngadas...

Argumen Sdr. Decky Ngadas yang mengatakan konsep kepausan keliru dengan merujuk pada perbedaaannya dengan apa yang ada di masa lalu, bahkan di masa para rasul, adalah sebuah kesesatan yang disebut dengan istilah arkhaisme. Yaitu kesesatan khas bidat protestan yang mencoba kembali pada ajaran dan praktek di jaman para Rasul, TAPI dengan cara menolak perkembangannya yang organik. Ini sangat berbeda dengan kaum tradisionalis Katolik yang JUGA mengacu pada ajaran iman para Rasul TAPI tidak menolak perkembangannya yang organik.

Itu sebabnya bidat Protestan menolak Tradisi Suci yang mereka anggap sebagai penyimpangan dan hanya berpegang pada prinsip Sola Scriptura yang menjadikan Kitab Suci sebagai satu-satunya sumber iman.

Mereka lupa bahwa semua perkembangan yang terjadi dalam ajaran Gereja, termasuk semua dogma Gereja yang muncul, adalah berkat bimbingan dari Roh Kudus yang tidak menambahkan satu iota-pun ajaran baru selain menjelaskan, merumuskan, mengklarifikasi, dan menetapkan apa yang sudah ada sejak jaman para Rasul.

Kesesatan arkhaisme inilah yang secara mendasar menjebak Sdr. Decky Ngadas dalam keseluruhan argumennya. Dengan menuruti kesesatan arkhaisme ini tanpa disadari Sdr. Decky Ngadas telah menolak semua karya Roh Kudus yang hadir di sepanjang sejarah Gereja Kristus. Itu yang menyebabkan dia tetap menjadi seorang bidat.

Masih ada yang dapat kami sampaikan, tapi untuk sementara akan kami cukupkan dulu dan menunggu tanggapan dari Sdr. Decky Ngadas.

Terima kasih atas perhatian anda...

Viva Christo Rey!

 

Posting Komentar

0 Komentar