Benarkah Menjadi Ortodoks Atau Protestan Berbahaya Bagi Keselamatan? | Bagian 1


Transkrip:

Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...

Video terakhir kami rupanya memprovokasi banyak orang yang keberatan dengan pemberian label bidat kepada Protestan. Tidak hanya dari orang-orang Protestan, tapi juga dari orang-orang Katolik pendukung Konsili Vatikan II yang menganggap tindakan itu hanya menambah perpecahan Kristen dan tidak berdasarkan semangat kasih. 

Sebenarnya itu tidak perlu terjadi apabila kita paham dengan apa yang dimaksud dengan istilah bidat dan mengapa kita perlu membuat pernyataan yang tegas mengenai hal itu.

Seperti yang diajarkan Paus Pius XII dalam "Mystici Corporis Christi," ada tiga keadaan yang secara formal memisahkan sesorang dari Gereja Kristus:

1. Murtad / apostasi, yaitu jika seseorang menyatakan dengan tegas dan tanpa ragu menolak SELURUH pokok-pokok ajaran iman Gereja Kristus.
2. Bidat / heresi, yaitu jika seseorang menyatakan dengan tegas dan tanpa ragu menolak SATU / SEBAGIAN ajaran iman Gereja Kristus.
3. Skisma / perpisahan, yaitu ketika seseorang menyatakan dengan tegas dan tanpa ragu menolak otoritas Paus sebagai pemimpin Gereja dan Wakil Kristus.

Maka berdasarkan definisi di atas, jelas Protestan yang dengan tegas dan tanpa ragu menolak sebagian ajaran iman Gereja, meski mereka tetap mempertahankan beberapa pokok ajaran iman yang penting, sudah termasuk ke dalam golongan bidat / heresi.

Mengingat kaum Protestan terpecah belah dalam puluhan ribu komunitas gereja dengan ajaran yang berbeda satu sama lain, umumnya mereka mentoleransi perbedaan-perbedaan minor asalkan tetap memiliki kesamaan pokok-pokok ajaran yang penting, seperti misalnya konsep trinitas. Tidak perlu heran jika denominasi Lutheran, Calvinis, Baptis, Methodis, Injili, Mormon, Advent, Pentakosta, dan Karismatik yang masing-masing memiliki perbedaan teologi mencolok (bahkan bertentangan) dapat bergabung di dalam satu wadah seperti PGI seolah-olah mereka dipersatukan oleh satu iman yang sama. 

Tentu saja persatuan semacam itu tidak didasarkan pada sebuah kebenaran iman yang mutlak, namun berdasarkan prinsip koeksistensi (hidup rukun berdampingan) yang dibentuk dari semangat untuk bersepakat menerima pokok-pokok iman yang penting, dan mentoleransi perbedaan-perbedaan iman yang dianggap minor atau tidak penting.

Tapi benarkah itu sesuai dengan kehendak Tuhan?

Cukup dengan merujuk pada Kitab Suci kita tahu itu bukan kehendak Tuhan. Dalam Injil Tuhan Yesus berkata, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi." (Mat.5:17-18).

Tuhan Yesus Kristus memang datang untuk menggenapi atau menambahkan kekurangan yang ada pada Hukum Taurat, namun Dia tidak menghilangkan dan meniadakan Hukum Taurat bahkan yang terkecil sekalipun. Setelah kematian Yohanes sebagai Rasul terakhir, seluruh Sabda Tuhan dalam bentuk Kitab Suci dan Tradisi Suci berupa pengajaran para Rasul sudah dinyatakan selesai diwahyukan kepada manusia. Jika Tuhan tidak meniadakan Hukum Taurat yang terkecil, logikanya tentu Dia juga tidak ingin ada satu kata terkecil pun dari ajaran-Nya ditiadakan.

Lalu bagaimana dengan Roh Kudus yang diutus untuk mengajarkan segala sesuatu setelah Yesus naik ke surga? Tugas Roh Kudus tidak untuk menyatakan ajaran-ajaran baru, tetapi mengingatkan dan menjelaskan ajaran yang telah dinyatakan oleh Yesus Kristus:

"...tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan SEMUA YANG TELAH KUKATAKAN KEPADAMU." (Yoh.14:26)

Dalam Allah Tritunggal hanya ada SATU KEBENARAN. Maka Yesus tidak berkata-kata dari Diri-Nya sendiri tetapi mengajarkan apa yang diutus oleh Bapa, demikian juga Roh Kudus tidak mengajarkan ajaran baru apapun selain apa yang sudah diajarkan dan dinyatakan oleh Yesus Kristus kepada para Rasul-Nya. Maka mustahil Tuhan menghendaki adanya satu ajaran baru ditambahkan ke dalam deposit iman yang sudah tuntas diserahkan kepada para Rasul, meski dengan dalih inspirasi Roh Kudus.

Jadi kita harus berpegang pada prinsip penting ini: Tuhan tidak menghendaki adanya penambahan ajaran apapun ke dalam ajaran yang sudah diserahkan-Nya kepada para Rasul. Tidak satu iota-pun! 

Sementara itu Rasul Yakobus juga mengatakan ini di dalam suratnya:

Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya (Yak.2:10). Artinya mereka yang mengabaikan satu bagian dari ajaran iman para Rasul, telah bersalah terhadap seluruh ajaran Kristus! 

Dengan demikian menambahkan ajaran baru atau mengabaikan ajaran yang sudah diterima tidak dibenarkan. Itu sebabnya Rasul Paulus mengutuk keras siapapun yang mengajarkan Injil yang berbeda, yaitu ajaran iman yang berbeda, entah itu karena ditambah atau dikurangi, dari apa yang telah diterima oleh para Rasul (Gal.1:8-9).

Jika kita memahami prinsip penting ini maka dengan mudah dapat kita simpulkan bahwa semua denominasi Protestan yang tanpa kecuali membenarkan dan mentoleransi berbagai perbedaan dalam ajaran-ajaran mereka, sekalipun itu hanya perbedaan-perbedaan kecil atau minor, telah melawan kehendak Tuhan kita Yesus Kristus! Bahkan mereka semua sudah ada di bawah kutukan Rasul Paulus! Ini bukan persoalan sepele!

Jika Protestan dimasukkan dalam kategori bidat / heresi, bagaimana dengan Gereja Ortodoks?

Seperti kita ketahui pada tahun 1054 Kardinal Humbertus da Silva Candida yang mewakili Paus Roma dan Patriark Michael Cerularius dari Gereja Bizantium saling mengekskomunikasi satu sama lain. Hal ini berakibat tragis, yaitu Gereja-gereja Ortodoks melakukan skisma dengan menolak kepemimpinan Paus Roma. Skisma tersebut sebenarnya hanyalah puncak dari berbagai konflik dari perbedaan doktrin yang telah lama ada diantara Gereja Barat dan Timur. 

Selain masalah penambahan filioque yang menjadi pemicu utamanya, ada juga perbedaan lain misalnya doktrin tentang purgatori atau api penyucian. Tapi kita tidak mengatakan bahwa Gereja Ortodoks pada tahun 1054 telah menyangkal sebagian ajaran Gereja dan menempatkan mereka dalam kategori bidat, sebab persoalan tersebut pada masa itu masih dalam perdebatan. Ini sama kasusnya dengan St. Thomas Aquinas yang menolak pandangan bahwa Bunda Maria dikandung tanpa noda. Meskipun salah, penolakan tersebut tidak membuat St. Thomas Aquinas menjadi seorang bidat karena pada masa itu pandangan tersebut masih dalam proses perdebatan dan belum ditetapkan Gereja sebagai dogma yang definitif. Dalam hal ini St. Thomas Aquinas tidak dapat dikatakan menolak ajaran Gereja.

Jadi perpisahan Gereja-gereja Ortodoks dari Gereja Katolik pada tahun 1054 secara formal disebabkan oleh skisma, bukan bidat. Namun hubungan antara skisma dan bidat itu sangat erat. Ini seperti yang dikatakan oleh St. Jerome (Hironimus) ketika melawan kaum Luciferian, "Tidak ada skisma yang tidak menghasilkan bidat, dan tidak ada bidat yang tidak menghasilkan skisma." Maka skisma Gereja Ortodoks pada akhirnya membuat mereka terjatuh pada kategori bidat juga.

Bagaimana itu bisa terjadi?

Kita ambil contoh penolakan mereka terhadap filioque dan doktrin purgatori. Seperti yang tadi sudah disinggung, sebelum skisma persoalan itu masih dalam perdebatan sehingga penolakannya tidak dapat dikategorikan bidat. Namun ketika skisma terjadi, otomatis kedua persoalan itu bukan lagi topik perdebatan karena mereka yang mempertentangkannya sudah memisahkan diri. Keduanya menjadi ajaran yang definitif dari Gereja Kristus. Maka penolakan Gereja-gereja Ortodoks terhadap filioque dan doktrin purgatori langsung naik statusnya menjadi bidat!

Begitu juga dengan doktrin tentang primat Paus. Sebelum skisma, Gereja-gereja Timur yang kelak menjadi Gereja-gereja Ortodoks secara formal masih mengakui primat Paus. Tapi setelah skisma mereka menolak kepemimpinan Paus. Mereka tahu ini sebuah masalah besar, maka untuk membenarkan posisi mereka mulailah Gereja-gereja Ortodok mengembangkan gagasan sesat bahwa primat Paus itu sebenarnya bukan pengajaran para Rasul dan bapa-bapa Gereja. Ini membuat mereka akhirnya jatuh dalam posisi bidat!

Belum lagi dalam perkembangan selanjutnya mereka menerima ajaran sesat palamisme yang mengajarkan Allah Tritunggal tidak hanya satu esensi ilahi dengan tiga pribadi ilahi yang tak tercipta, tapi juga ada tambahan konsep lain yaitu satu enersi ilahi yang tak tercipta. Rumusan tersebut jelas sebuah inovasi baru yang tidak dikenal di jaman para Rasul. Sungguh ironis, Gereja Ortodoks yang sesuai namanya mengaku mengikuti ajaran iman para Rasul dengan murni namun justru merekalah yang mengubah konsep penting ajaran trinitas berabad-abad setelah ajaran tersebut ditetapkan secara formal dalam Konsili Nicea.

Lalu Gereja Ortodoks juga akhirnya membenarkan perceraian yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran iman para Rasul. Itu semua membuat Gereja Ortodoks semakin menegaskan posisinya yang sudah berada dalam kategori bidat. Artinya, Gereja Ortodoks pun jatuh dalam posisi yang sama dengan Protestan, yaitu melawan kehendak Tuhan dan mereka ada dalam kutukan Rasul Paulus!

Tapi seperti yang sudah kami sampaikan dalam video sebelumnya, Gereja Katolik pun punya masalah besar. Bahkan jauh lebih besar dari pada masalah yang ada pada Gereja Ortodoks dan denominasi-denominasi Protestan. Gereja Katolik ibarat benteng pertahanan terakhir dari Kerajaan Allah yang dalam peperangan pasti mendapat gempuran terberat dalam skala penuh demi untuk menaklukannya.

Seperti tertangkapnya Tuhan Yesus sebagai awal dari penderitaan Kalvari hanya dimungkinkan karena pengkhianatan Yudas, demikian juga kejatuhan Sang Mempelai Kristus ke dalam sengsara Kalvarinya juga dimungkinkan karena pengkhianatan dari dalam. Itulah Konsili Vatikan II yang terbukti mengajarkan dan menghasilkan banyak hal baru yang tidak sejalan dengan ajaran iman para Rasul! Karena Roh Kudus mustahil mengajarkan hal-hal baru maka kita punya kepastian bahwa konsili tersebut sama sekali bukan karya Roh Kudus!

Konsili Vatikan II terbukti telah memecah belah Gereja Katolik secara internal, yaitu kaum pendukung konsili yang sedang mengarahkan Gereja Katolik dalam kemurtadan besar dan kelompok Katolik tradisionalis yang dengan tegas menolak Konsili Vatikan II karena memilih untuk setia pada ajaran iman para Rasul.

Dengan berbagai pembaharuan akibat Konsili Vatikan II, Gereja Katolik pendukung konsili, atau kita sebut saja Gereja Konsili, juga bernasib sama dengan gereja Ortodoks dan Protestan, yaitu jatuh dalam bidat. Bahkan lebih parah lagi karena otoritas Paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja di dunia telah disalahgunakan demi agenda pembaharuan sesat tersebut. Akibatnya, Gereja Konsili sekarang sedang mengarahkan dirinya pada kemurtadan besar seperti yang sudah dinubuatkan dalam Kitab Suci.

Kita tentu masih ingat bagaimana Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa karena pelanggaran sepele, yaitu memakan buah terlarang. Tapi tindakan sepele itulah yang membuat mereka terusir selamanya dari Taman Eden. Begitu juga dengan yang terjadi dalam kekristanan saat ini. Cukup penyimpangan kecil dari ajaran iman para Rasul sudah dapat membuat kita terlempar dari bahtera keselamatan. Itulah yang terjadi pada semua orang Ortodoks, Protestan dan Katolik pendukung konsili!

Lalu apakah kalau kami mengatakan ajaran yang menyimpang dari iman para Rasul sebagai bidat berarti kami kehilangan semangat kasih? Berarti kami memecah belah? Justru kebalikannya!

Mengatakan, "Jalan ini sudah benar dan tidak ada yang perlu pindah-pindah, ikuti saja sampai ujung..." pada orang yang sedang berjalan menuju jurang adalah tindakan yang berlawanan dengan kasih karena membiarkan orang itu celaka. Justru dengan mengatakan, "Jalan itu salah, segeralah keluar dari jalan itu untuk berpindah ke jalan yang benar..." adalah suatu tindakan kasih karena perkataan itu akan menyelamatkannya. Dan yang jelas, kata-kata itu tidak memecah belah tapi akan mempersatukan semua Kristen di dalam iman para Rasul, di dalam Gereja yang SATU, KUDUS, KATOLIK, dan APOSTOLIK!

Dengan alasan itu kami akan tetap menyebut semua ajaran yang menyimpang dari ajaran iman para Rasul sebagai bidat. Kami tidak ragu ataupun menyesali sikap tersebut.

Hanya ada satu cara untuk tetap tinggal di dalam bahtera keselamatan, yaitu bergabung di dalam sisa umat yang ada di dalam kelompok tradisional Katolik. Merekalah satu-satunya kelompok Kristen di dunia yang dengan pertolongan Roh Kudus berusaha tetap setia dalam iman para Rasul!

Bagi anda yang saat ini tergabung dalam Gereja Ortodoks, Protestan, atau Gereja Katolik pendukung konsili, anda bisa memulai perjalanan untuk bergabung dengan sisa umat melalui METANOIA, yaitu berubah dengan meninggalkan dan menolak semua hal yang telah memisahkan anda dari ajaran iman para Rasul. Itulah awal dari persatuan Kristen yang dikehendaki Tuhan dan sekaligus awal dari restorasi Gereja Kristus yang sejati.

Terima kasih atas perhatian anda...

Viva Christo Rey!

 

Posting Komentar

0 Komentar