Membangun Gerakan Akar Rumput Untuk PERSATUAN KRISTEN


 

 Transkrip video:

Pax vobis, salam damai dan sejahtera bagi kita semua...

Saya akan mulai dengan mengutip perkataan Rasul Yakobus:

Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya (Yak.2:10).

Kutipan ini mengajarkan kita sebuah prinsip yang sangat penting, yaitu seluruh kebenaran Sabda Tuhan harus diterima dan ditaati secara utuh. Menolak sebagian kecil saja kebenaran Sabda Tuhan, sudah membuat kita bersalah terhadap seluruh kebenaran-Nya dan tidak lagi menjadi bagian dari umat-Nya.

Ayat tersebut tidak hanya berlaku untuk bagian-bagian hukum yang penting saja, tapi bagian-bagian hukum yang tampaknya tidak penting sekalipun tetap tidak boleh diabaikan. Ini secara tersirat diungkapkan Tuhan dalam Injil ketika Dia berkata, "...Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi." (Mat.5:18).

Bagi Tuhan, satu iota atau satu titik dari Sabda-Nya tidak boleh diabaikan!

Dari gagasan pentingnya kebenaran Tuhan dinyatakan secara utuh sampai akhir jaman inilah, kita dapat memahami mengapa Tuhan mendirikan institusi Gereja-Nya dengan Petrus ditunjuk sebagai pemimpinnya:

"..Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya..." (Mat.16:18).

Dalam terjemahan LAI tidak tertulis "Gereja-Ku" tapi "Jemaat-Ku". Itu terjemahan yang menyesatkan karena secara tersirat menolak gagasan bahwa Tuhan kita memang mendirikan institusi Gereja! Padahal adanya satu institusi Gereja yang memiliki otoritas untuk menjaga dan menafsirkan kebenaran, mutlak diperlukan untuk menjaga kebenaran Sabda Tuhan tetap utuh hingga akhir jaman. Dalam sejarah hal ini dibuktikan dengan upaya keras Gereja menentang semua penyimpangan-penyimpangan ajaran sebagai tindakan bidat yang harus disingkirkan tanpa kompromi.

Hanya iblis dan para pengikutnyalah yang menginginkan Tuhan tidak pernah mendirikan institusi Gereja. Karena dengan demikian dia dengan mudah dapat menjerumuskan banyak orang dengan berbagai kesesatan.

Pertanyaannya, mengapa Tuhan menginginkan adanya sebuah institusi Gereja untuk menjaga kebenaran-Nya tetap utuh sampai akhir jaman?

Jawabannya ada pada doa yang diajarkan Tuhan kepada kita, "... datanglah Kerajaan-Mu, jadilah Kehendak-Mu, di atas bumi seperti di dalam surga..."

Institusi Gereja dibutuhkan sebagai fondasi untuk mewujudkan Kerajaan Allah di muka bumi dimana manusia hidup dalam satu kebenaran Tuhan yang utuh dan bebas dari segala kesesatan. Dengan cara demikian kehidupan di muka bumi yang rusak akibat dosa manusia pertama, akan dipulihkan kembali menjadi seperti di dalam surga.

Itu sebabnya Tuhan menjamin Gereja-Nya yang satu, kudus, katolik, dan apostolik tidak akan terkalahkan oleh gerbang alam maut. Dengan demikian Kerajaan Allah yang dijanjikan-Nya sebagai harapan dalam Doa Bapa Kami dapat tergenapi. Tanpa adanya institusi Gereja, kita tidak dapat membayangkan bagaimana Kerajaan Allah dapat diwujudkan.

Karena iblis tidak menghendaki hadirnya Kerajaan Allah di bumi maka dia berusaha dengan segala cara untuk menghancurkan Gereja Kristus. Mulai dari bidat arianisme di abad 4, kemudian di abad 5 muncul gereja-gereja yang memisahkan diri dari Gereja Kristus setelah Konsili Efesus dan Kalsedon. Selanjutnya juga muncul Islam di abad ke 6 yang merongrong kekristenan secara teritorial. Dan puncaknya adalah skisma besar tahun 1054 yang memisahkan sebagian Gereja Timur dari Gereja Katolik. Selanjutnya, Gereja-gereja Timur yang memisahkan diri dari Gereja Katolik ini menamakan diri mereka sebagai Gereja-gereja Ortodoks.

Upaya iblis untuk memecah-belah Gereja Kristus, terus berlanjut melalui Gerakan Reformasi yang digagas oleh seorang imam bernama Martin Luther! Gerakan reformasi akhirnya menghasilkan denominasi-denominasi Kristen yang terus terpecah-pecah tanpa kendali hingga hari ini.

Baik skisma besar tahun 1054 maupun reformasi Martin Luther, hanya membuat Kristen terpecah-pecah menjadi banyak golongan. Sesuai dengan janji Tuhan, Gereja-Nya yang satu yaitu Gereja Katolik, tidak terkalahkan dan tetap setia membawa kebenaran-Nya yang utuh untuk menjadi fondasi bagi terwujudnya Kerajaan Allah di bumi.

Seperti yang tertulis dalam Injil, Tuhan tidak menginginkan perpecahan Kristen. Dia ingin mengumpulkan semua domba-domba yang ada di luar kandang untuk kembali menjadi satu kawanan dengan satu gembala (Yoh.10:16).

Tapi bagi iblis pun perpecahan Kristen yang diakibatkannya barulah setengah jalan dari seluruh rencananya. Tujuan sesungguhnya adalah memanfaatkan perpecahan tersebut untuk membangun persatuan Kristen dalam gereja baru rancangannya. Gereja baru itu akan menjadi fondasi bagi Kerajaan Iblis, yaitu menara Babel yang baru di muka bumi.

Jadi baik Tuhan maupun iblis sama-sama ingin mempersatukan Kristen! Tapi tentu saja dengan tujuan dan cara yang berbeda. Dari sinilah kita mendapatkan adanya dua macam persatuan Kristen:

Yang pertama adalah persatuan Kristen dengan cara kembalinya ke dalam Gereja Katolik semua golongan Kristen yang telah memisahkan diri. Ini adalah persatuan Kristen yang dikehendaki Tuhan karena semua Kristen akan bersatu di dalam Gereja-Nya yang berdasarkan pada kebenaran dan bebas dari kesesatan. Persatuan jenis ini diserukan oleh Paus Pius IX dalam ensiklik "Mortalium Animos".

Sedangkan yang kedua adalah bersatu di luar Gereja Katolik melalui ekumenisme yang mengkompromikan kebenaran dan mentoleransi kesesatan. Persatuan jenis ini dimulai oleh berbagai denominasi Protestan tahun 1910 pada Edinburg Missionary Conference. Selanjutnya, Gereja Ortodoks juga ikut bergabung dalam persatuan ekumenis Kristen melalui World Council of Churches pada tahun 1948. Inilah persatuan Kristen yang dirancang oleh iblis untuk mewujudkan sebuah gereja antikristus yang ekumenis. Persatuan palsu di dalam gereja antikristus ini tidak didasarkan pada kebenaran Tuhan, melainkan pada konsensus bersama semua anggotanya yang terus menerus berubah sesuai perkembangan jaman.

Sayang sekali, melalui Konsili Vatikan II sebagian besar hirarki Gereja Katolik akhirnya juga terjatuh ke dalam rencana iblis. Dengan dalih membuka diri dan mengikuti perkembangan jaman, Konsili Vatikan II mengarahkan Gereja Katolik pada satu tujuan yang pasti, yaitu ikut bergabung dengan rencana iblis untuk membangun persatuan Kristen yang ekumenis.

Tidak hanya terbatas pada persatuan ekumenis sesama Kristen, Konsili Vatikan II bahkan membuka pintu bagi ekumenisme global yang mempersatukan juga semua agama-agama non-Kristen dengan dalih mempromosikan perdamaian dunia! Buahnya terbukti dengan diadakannya doa bersama semua agama di Asisi tahun 1986 yang digagas oleh Paus Yohanes Paulus II. Kemudian yang terbaru adalah penandatanganan dokumen "Human Fraternity" oleh Paus Fransiskus dan Imam Masjid Agung Al-Azhar di Abu Dhabi.

Apakah itu berarti janji Tuhan yang menjamin Gereja-Nya tidak terkalahkan telah gagal? Sama sekali tidak! Pada kenyataannya tidak semua hirarki Gereja Katolik tunduk pada Konsili Vatikan II dan setuju pada agenda ekumenisme yang sesat. Masih ada sebagian kecil hirarki dan umat yang tetap setia pada ajaran Gereja Katolik tradisional dan merindukan persatuan Kristen tanpa ekumenisme seperti yang dikehendaki Tuhan. Mengenai situasi semacam itu St. Athanasius mengatakan demikian, "Bahkan jika orang Katolik yang setia pada ajaran tradisional Gereja hanya tinggal segelintir saja, merekalah Gereja Kristus yang sejati!"

Situasi Gereja Katolik setelah Konsili Vatikan II bagaikan ladang yang ditumbuhi oleh gandum dan lalang. Gandum melambangkan Gereja Kristus yang sejati dan setia pada kehendak Tuhan, sedangkan lalang melambangkan Gereja konsili yang tidak setia dan berpihak pada agenda ekumenis rancangan musuh-musuh Tuhan.

Yang menjadi pertanyaan besar adalah, bagaimana rencana Tuhan untuk mempersatukan domba-domba-Nya menjadi satu kawanan dengan satu gembala dan sekaligus membangun Kerajaan Allah di bumi dapat diwujudkan?

Dalam keadaan sekarang sudah mustahil kita mempengaruhi semua institusi Kristen, baik Katolik, Ortodoks, maupun Protestan untuk keluar dari agenda ekumenisme. Praktis semua institusi Kristen sudah sepakat untuk mengikuti agenda ekumenisme rancangan iblis! Dengan kata lain, kehendak Tuhan untuk mempersatukan semua Kristen dan membangun Kerajaan-Nya sudah tidak mungkin diwujudkan pada level institusi!

Keadaan ini sesuai dengan nubuat dari Rasul Paulus tentang adanya kemurtadan besar menjelang kedatangan Tuhan (2Tes.2:3) dan sekaligus pertanyaan Tuhan tentang masih adakah iman di bumi saat Anak Manusia datang kembali (Luk.18:8).

Maka, cara paling realistis untuk mewujudkan itu adalah dengan membangun gerakan pada level akar rumput untuk mengusahakan persatuan Kristen tanpa ekumenisme dan sekaligus untuk ikut bersama Tuhan mewujudkan Kerajaan-Nya di muka bumi!

Lalu bagaimana mewujudkan itu?

Kita bahas dulu yang pertama, yaitu membangun persatuan Kristren tanpa ekumenisme...

Faktanya, semua institusi Kristen, baik Katolik, Ortodoks, maupun Protestan sudah terjebak pada agenda sesat ekumenisme. Maka langkah awal yang dapat dilakukan semua Kristen yang terpanggil untuk bersatu adalah melakukan METANOIA, yaitu berani melakukan otokritik atau mengkritisi kelompok Kristen masing-masing.

Metanoia ini dilakukan dengan dua tujuan:

Pertama, untuk keluar dari agenda ekumenisme. Ini berlaku bagi semua kelompok Kristen tanpa kecuali! Semua harus berani mengkritisi dan menentang agenda ekumenisme yang dijalankan oleh kelompok Kristen masing-masing.

Kedua, untuk kembali pada keadaan sebelum terjadinya perpisahan dengan Gereja Kristus.

Bagi Ortodoks, itu berarti harus berani mengkritisi skisma dan segala hal yang memisahkan Gereja Ortrodoks dari Gereja Katolik. Untuk Protestan, itu berarti harus berani mengkritisi reformasi Martin Luther dan segala hal yang memisahkan denominasi-denominasi Protestan dari Gereja Katolik. Sedangkan untuk Katolik, itu berarti harus berani mengkritisi Konsili Vatikan II dan semua hal yang menyebabkan keterpisahan dari ajaran Gereja Katolik Tradisional. Dengan cara ini kita masing-masing tidak mencabut selumbar di mata orang lain sebelum mencungkil balok yang ada di mata sendiri!

Ini bukan mustahil dilakukan...

Channel CN sudah memberi contoh dengan melakukan proses metanoia ini secara konsisten. Selama beberapa tahun terakhir, CN menyuarakan penolakan terhadap ekumenisme, dan mengkritisi Konsili Vatikan II serta segala hal yang menyebabkan ajaran tradisional Gereja Katolik dipinggirkan.

Memang ini bukan hal yang populer dan banyak sekali reaksi negatif yang didapatkan dari orang-orang Katolik sendiri. Tapi harus ada orang yang mau melakukannya karena ini hal yang benar dan sejalan dengan kehendak Tuhan!

Jika proses metanoia serupa juga dilakukan banyak kelompok Kristen lainnya, baik itu Ortodoks maupun Protestan, dengan pertolongan Tuhan cepat atau lambat persatuan Kristen tanpa ekumenisme akan terwujud di dalam Gereja Kristus.

Tidakkah kita semua merindukan itu?

Semoga sekarang menjadi jelas bahwa apa yang dilakukan oleh CN dengan mengkritisi Konsili Vatikan II dan hirarki pendukungnya sama sekali bukan untuk membawa perpecahan di dalam Gereja Katolik. Justru sebaliknya tindakan itu dilakukan untuk ikut membangun persatuan Kristen sejati di dalam Gereja Kristus yang satu, kudus, katolik, dan apostolik sesuai dengan kehendak Tuhan!

Berikutnya yang kedua, ikut serta bersama Tuhan mewujudkan Kerajaan-Nya di bumi...

Kerajaan Allah tidak diwujudkan melalui dialog dan perundingan, tapi melalui peperangan rohani melawan kuasa gelap dan berbagai kesesatan yang ditimbulkannya. Itulah yang dikehendaki Tuhan sejak kejatuhan manusia di Taman Eden. Maka salah satu caranya adalah dengan menjadi para prajurit-Nya yang siap berjuang bersama Tuhan.

Untuk memfasilitasi itu CN mengadakan progran edukasi online CRUSADER ACADEMY. Program ini bertujuan untuk mempersiapkan semua Kristen yang terpanggil, untuk berjuang bersama Tuhan mewujudkan Kerajaan-Nya. Program ini terbuka bagi semua kelompok Kristen dan tidak dipungut biaya. Jika anda tertarik untuk bergabung, link-nya ada di keterangan video.

Demikianlah kurang lebih gerakan akar rumput yang dapat kita bangun, untuk mempersatukan Kristen tanpa ekumenisme dan sekaligus berjuang bersama Tuhan mewujudkan Kerajaan-Nya. Dengan gerakan akar rumput ini, kita berharap dapat melawan agenda ekumenisme yang melibatkan semua institusi Kristen dan sedang menggiring umat Kristen pada kemurtadan besar sesuai nubuat Kitab Suci.

Sebagai suatu gerakan akar rumput, kita orang-orang kecil atau umat awam memang harus berani mengambil inisiatif dan tidak perlu mengharapkan keterlibatan klerus atau hirarki. Tapi apa bila ada klerus atau hirarki yang bersimpati dan ingin ikut terlibat secara tulus, tentu itu suatu nilai tambah yang besar bagi gerakan akar rumput ini.

Akhirnya, seperti yang dikatakan Tuhan dalam Injil, "Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku..." (Luk.11:23). Maka pilihan kita cuma satu, yaitu ikut berjuang bersama Tuhan!

Terima kasih atas perhatian anda...

Viva Christo Rey!

Posting Komentar

0 Komentar