Islam Dan Akal Sehat 28b: Kelemahan Islam Yang Terbesar (bagian 2)



Dalam video sebelumnya saya sudah menjelaskan bahwa kelemahan terbesar islam adalah tidak adanya kebenaran. Ini dapat dilihat dari tidak adanya sistematika yang jelas dalam alquran. Akibatnya tak ada cara bagi manusia untuk mengetahui benang merah isi alquran dan membangun potongan-potongan kebenaran yang tersebar di alquran sebagai sebuah kebenaran yang utuh.

Lalu bagaimana agama tanpa kebenaran ini bisa diterima umatnya? Jawabannya juga jelas: akal sehat muslim dalam islam secara sistematis sengaja dimandulkan!

Itulah inti dari video bagian pertama...

Dalam video bagian kedua ini saya akan menunjukkan bagaimana kekristenan melihat iman dan akal budi secara berbeda dibandingkan dengan islam... Bukan hanya akal budi tidak dimandulkan, dalam ajaran Kristen akal budi harus digunakan semaksimal mungkin untuk memahami kebenaran!

Dengan mewahyukan kebenaran melalui banyak nabi kita tahu bahwa Tuhan menghendaki manusia mengenal KebenaranNya. Untuk itu Tuhan telah memberi manusia dua sarana untuk menerima kebenaran: iman dan akal budi!

Iman diberikan Tuhan agar manusia dapat menerima kebenaran dengan cara percaya pada Sabda Tuhan. Sedangkan akal diberikan kepada manusia agar dapat menerima kebenaran dengan cara memahaminya. "Aku percaya" adalah kata kunci bagi iman, sebaliknya "Aku mengerti" adalah kata kunci bagi akal budi...

Dalam pandangan Kristen, iman adalah sebuah anugerah Tuhan. Itu sebabnya para murid Yesus memohon demikian, "Tambahkanlah iman kami..." (Luk.17:5)

Sama seperti iman, akal budipun anugerah Tuhan. Itu sebabnya dalam Kitab Mazmur Daud berkata, "..berilah aku pengertian supaya aku dapat belajar perintah-perintahMu" (Mzm.119:73).

Lalu bagaimanakah hubungan antara iman dan akal budi? Dalam ajaran Kristen, iman dan akal budi tidak bisa dipisahkan. Keduanya seperti dua sisi yang berbeda dari sebuah mata uang!

Hanya menggunakan iman saja untuk menerima seluruh kebenaran Tuhan tidak mungkin cukup... Misalnya saja Hukum Utama. Melalui iman kita tahu bahwa Hukum Utama yang mendasari seluruh ajaran para nabi memerintahkan manusia untuk mengasihi Tuhan dan sesama. Tapi bagaimanakah kita dapat mengasihi Tuhan tanpa akal budi sedangkan perintah itu berbunyi , "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu..." (Mat.22:37). 

Demikian pula dengan konsep Trinitas sebagai misteri iman yang harus dipercaya semua orang Kristen sebagai kebenaran. Bagi Kristen, misteri Trinitas tidak sekedar untuk dipercaya dalam iman tapi juga menjadi tantangan untuk dipahami melalui akal budi. Tujuannya agar manusia semakin mengenal Tuhan sehingga manusiapun dapat lebih mengasihiNya. Ini seperti yang dinyatakan oleh St. Anselmus, fides quaerens intellectum, iman senantiasa mencari atau menuntut pemahaman akal budi!

Sama seperti iman, hanya akal budi saja juga tidak mungkin cukup... Memang benar, dengan mengamati alam ciptaan kita bisa sampai pada pengetahuan akan adanya Tuhan yang telah menciptakan segala sesuatu (Rm.1:20). Tapi betapa sempitnya pengetahuan semacam itu... Bagaimanakah kita dapat mengetahui kebenaran yang lebih dalam dan lebih penting dari sekedar mengetahui eksistensi Tuhan? Bagaimana kita bisa mengetahui hukum-hukum Tuhan dan segala kehendakNya jika kita hanya mengandalkan pengamatan pada alam ciptaan? Tidak mungkin! 

Hukum-hukum Tuhan, dan seluruh kehendakNya hanya dapat diketahui manusia dengan pasti dan sempurna jika itu dinyatakan oleh Tuhan melalui SabdaNya! Artinya, kita membutuhkan iman untuk dapat menerima kebenaran yang diwahyukan Tuhan!

Selain itu, beriman atau percaya pada Sabda Tuhan juga menunjukkan kerendahan hati, dan menurut Salomo hikmat ada pada orang yang rendah hati (Ams.11:2). Dengan demikian melalui iman kita mendapatkan dua keuntungan ini:

1. Kita dapat menerima seluruh kebenaran secara utuh... 
2. Kita juga akan memperoleh anugerah hikmat pengertian untuk memahami apa yang kita percaya. 

Ini seperti yang dikatakan St. Augustinus: credo ut intelligam, aku percaya agar aku dapat mengerti!

Demikianlah dalam ajaran Kristen, iman dan akal budi digunakan bersama-sama, keduanya saling melengkapi satu sama lain, agar manusia dapat menerima dan memahami seluruh kebenaran yang perlu bagi keselamatan jiwanya.

Ada satu hal penting lagi yang perlu kita ketahui tentang iman dan akal budi dalam ajaran Kristen...

Thomas, salah satu murid Yesus, pernah tidak percaya pada apa yang disampaikan oleh para murid lainnya tentang kebangkitan Yesus. Thomas hanya mau percaya pada kebenaran itu jika dia sudah melihatnya sendiri... Dengan kata lain Thomas menuntut bukti sebelum dia mau percaya. 

Thomas adalah seorang rasionalis yang menempatkan akal budi di atas iman. Atas sikapnya itu Yesus menampakkan Diri dan menegor Thomas, "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." (Yoh.20:29)

Dari kisah Injil ini kita bisa menyimpulkan bahwa Yesus menghendaki pengikutNya untuk percaya tanpa menuntut bukti lebih dahulu. 

Timbul pertanyaan....
Bukankah dengan demikian Yesus telah meminggirkan akal budi demi iman? Sama sekali tidak!

Ini ditunjukkan Yesus setelah kebangkitanNya dimana Dia membuka pikiran para murid sehingga mereka dapat memahami Kitab Suci (Luk.24:45). Jadi cukup jelas bahwa Yesus menghendaki pengikutNya untuk tidak hanya beriman tapi juga menggunakan akal budi dalam memahami Sabda Tuhan... 

Jika demikian apa sebabnya Yesus menghendaki pengikutNya untuk percaya tanpa menuntut bukti?

Karena Yesus tidak bermaksud meminggirkan akal budi, maka sikap percaya tanpa bukti harus dipahami sebagai sebuah tahapan awal yang perlu dalam upaya manusia menerima seluruh kebenaran secara utuh...

Iman tanpa menuntut bukti adalah iman Bapa Abraham yang perjanjiannya dengan Tuhan telah menjadi awal dari sejarah keselamatan. Iman semacam itu akan membuka pintu rahmat Tuhan yang memungkinkan kita memahami seluruh kebenaran Sabda Tuhan pada waktunya....

Prinsip penting inilah yang kemudian diikuti oleh St. Augustinus ketika ia mengatakan: credo ut inteligam, aku percaya maka aku mengerti... Juga oleh St Anselmus ketika ia mengatakan: fides quaerens intellectum, iman senantiasa mencari pengertian.. 

Bahkan semua orang kudus di sepanjang sejarah Gereja beriman dengan cara seperti itu: mereka mengawali perjalanan menuju kekudusan dengan sikap percaya penuh tanpa menuntut bukti! Dengan cara demikian pada waktunya merekapun akan memperoleh anugerah untuk memahami seluruh kebenaran dengan akal budi!

Lalu apa bedanya dengan islam yang sama-sama menuntut percaya tanpa bukti?

Ini dia....!

Percaya tanpa bukti akan mengarahkan manusia pada kebenaran yang sejati jika dan hanya jika apa yang dipercaya itu dijamin 100% berasal dari Tuhan! Jika tidak ada jaminan itu, maka sikap tersebut justru dapat mengarahkan manusia pada jurang kesesatan!

Yesus mengajarkan pengikutNya untuk bersikap demikian karena ajaran iman Kristen, baik yang terungkap dalam seluruh Kitab Suci maupun yang diajarkan para rasul melalui Gereja, dijamin kebenarannya 100% berasal dari TUHAN. 

Nah...jaminan semacam itu TIDAK ADA dalam islam... Itu bedanya!

Tapi apakah ini sekedar klaim subyektif sepihak yang juga bisa dilakukan oleh islam?

Sama sekali tidak!

Ada sebuah tahap yang diterapkan di sepanjang sejarah pewahyuan Sabda Tuhan, mulai dari Musa hingga jaman para rasul TAPI tidak dimiliki oleh islam. Yaitu pengujian otentisitas Sabda Tuhan.

Rasul Yohanes mengungkapkan tahap ini dalam suratnya:

..janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah..(1Yoh.4:1)

Lalu bagaimana cara untuk mengujinya?
Kita bisa belajar dari Injil... 

Selama karyaNya di tanah Yudea Yesus membuat banyak mujizat. Selain itu Yesus dengan tegas menyatakan kedatanganNya merupakan pemenuhan nubuat-nubuat para nabi. Dan yang paling penting, Yesus menyatakan ajaranNya tidak bermaksud menghapus Hukum Taurat dan ajaran para nabi, melainkan untuk menggenapinya! 

Mengacu pada fakta tersebut, proses pewahyuan yang otentik memiliki tanda penyertaan kuasa Tuhan berupa mujizat. Dan yang terpenting, pewahyuan yang berasal dari Tuhan HARUS memiliki konsistensi dan kesinambungan dengan semua wahyu Tuhan yang sudah diberikan sebelumnya...

Tapi adanya mujizat seringkali dapat menyesatkan karena iblis dalam batas-batas tertentu juga dapat membuat mujizat yang mampu menipu banyak orang... Maka kriteria obyektif yang paling menentukan dan mutlak adalah konsistensi serta kesinambungan dengan wahyu Tuhan yang sudah diterima sebelumnya.

Ada dua alasan penting mengapa konsistensi dan kontinuitas/kesinambungan wahyu menjadi kriteria obyektif yang mutlak:

1. Tuhan itu kebenaran absolut dan maha konsisten. Dengan demikian wahyuNya yang dinyatakan secara bertahap melalui para nabi pasti konsisten dan memiliki kesinambungan sehingga seluruh wahyu dapat membentuk satu kebenaran yang utuh.

2. Iblis adalah maha penipu yang tidak menghendaki manusia menerima kebenaran yang utuh. Maka wahyu palsu yang disampaikannya bertujuan untuk menyesatkan manusia dari kebenaran. Wahyu palsu dari iblis pasti tidak akan memiliki konsistensi dan kesinambungan dengan wahyu Tuhan yang sudah ada sebelumnya.

Berdasarkan kriteria tersebut, hanya kitab-kitab yang isinya konsisten, kompatibel dan berkesinambungan dengan kitab-kitab suci sebelumnya yang bisa dinyatakan berasal dari Tuhan. Kitab-kitab yang tidak memenuhi kriteria tersebut otomatis tidak dapat dinyatakan sebagai kitab suci...

Itu sebabnya meskipun terdiri dari banyak kitab yang ditulis oleh orang yang berbeda di jaman yang juga berbeda dalam kurun waktu berabad-abad, kitab-kitab suci Yahudi atau Perjanjian Lama, memiliki isi yang konsisten dan berkesinambungan. Semuanya membentuk sebuah ajaran kebenaran yang menjadi persiapan untuk menerima kedatangan Yesus Sang Mesias.

Demikian juga dengan kitab-kitab Perjanjian Baru. Sekalipun orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias, kitab-kitab Injil dan tulisan-tulisan para Rasul secara meyakinkan sangat konsisten dan memiliki kesinambungan dengan kitab-kitab Perjanjian Lama. Ini terbukti dengan disatukannya kitab-kitab Yahudi atau Perjanjian Lama dengan kitab-kitab Perjanjian Baru sebagai satu Alkitab.

Adanya konsistensi dan kesinambungan dari semua kitab-kitab yang membentuk seluruh Alkitab menyatakan satu hal penting: semua kitab-kitab tersebut berasal dari satu sumber kebenaran yang sama, yaitu TUHAN Sang Pencipta, Allah yang disembah oleh Abraham, Ishak, dan Yakub! Oleh karenanya Alkitab 100% berasal dari Tuhan dan isinya layak dipercaya dalam iman tanpa perlu bukti apapun!

Lalu bagaimana dengan islam?

Islam juga 'katanya' mengakui kitab-kitab suci sebelumnya, termasuk Injil dan Taurat... Kalau konsekuen dengan pengakuan ini secara teoritis harusnya alquran konsisten dan berkesinambungan dengan kitab suci sebelumnya. Tapi sayangnya pernyataan ini hanya propaganda saja dan tidak diikuti dengan bukti karena dalam kenyataannya alquran dengan cara apapun tidak pernah bisa disatukan dengan Taurat maupun Injil...

Selain muhamad tidak memiliki mujizat, cukup dengan melihat dua ajaran islam berikut ini kita tahu bahwa alquran tidak memiliki konsistensi dan kesinambungan dengan Kitab Suci sebelumnya:

Yang pertama, sekalipun tidak menyebut nama secara eksplisit, alquran mengajarkan bahwa yang dikurbankan oleh Abraham adalah Ismael, bukan Ishak. Ini jelas bertentangan dengan Kitab Taurat!

Yang kedua, sekalipun tidak menyebutkan siapa yang disalibkan, alquran dengan jelas mengajarkan bahwa Yesus tidak disalibkan dan tidak bangkit dari kematian. Ini juga bertentangan dengan Injil!

Keengganan alquran menyebutkan secara eksplisit nama anak yang dikurbankan Abraham dan orang yang disalibkan saja sebenarnya sudah menjadi tanda adanya ketidakjujuran! Seandainya alquran itu manusia, jika dilakukan test dengan poligraf, alquran sudah ketahuan berbohong!

Nah, dua kesalahan fatal tadi sudah cukup menjadi alasan kuat bagi siapapun yang berakal sehat untuk menyatakan alquran tidak berasal dari Tuhan.

Menanggapi nabi palsu yang menyampaikan ajaran yang berbeda dari ajaran sebelumnya Rasul Paulus mengatakan demikian:

Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia. (Gal.1:8-9)

Gantilah kata "injil" dengan "Wahyu Tuhan", maka muhamad yang mengaku rasul dan mengajarkan "Wahyu Tuhan" yang berbeda dari Wahyu Tuhan sebelumnya tidak lebih dari nabi palsu yang menyampaikan ajaran iblis. Karena perbuatannya itu muhamad telah mendapat kutukan dari Rasul Paulus. Menariknya, kutukan itu diucapkan Rasul Paulus sampai dua kali... pastinya kutukan itu sangat berat!

Mungkin itu sebabnya ulama-ulama islam begitu benci pada Rasul Paulus dan konsisten memfitnahnya sebagai penyesat... Mereka galau dan sakit hati berat karena nabi junjungan mereka ternyata telah lebih dulu terkena kutukan Rasul Paulus dan harus menerima nasib buruk tinggal di neraka jahanam selamanya!

Saudara-saudaraku kaum muslim....

Semoga jelas bagi kalian bagaimana perbedaan ajaran Kristen dan islam dalam menyikapi penggunaan akal. 

Sementara dalam islam penggunaan akal sengaja dimandulkan agar kalian mau menerima semua penyesatan yang ada di dalamnya.. dalam Kristen akal budi justru digunakan semaksimal mungkin untuk memahami kebenaran...

Penggunaan akal ini juga yang memungkinkan orang Yahudi dan Kristen menguji setiap orang yang mengaku nabi dan kitab-kitab mereka untuk memastikan apakah semua kebenarannya berasal dari Tuhan atau bukan.

Sebaliknya, karena mandulnya akal dalam islam, tahap untuk menguji otentisitas wahyu memang tidak ada. Akibatnya.., kesesatan ajaran islam sejak awal tidak terdeteksi dan harus diterima sebagai kebenaran mutlak oleh semua muslim!

Percaya tanpa menuntut bukti itu bagus... sebagai Kristen kami juga diminta bersikap demikian oleh Yesus Kristus, Tuhan kami. Tapi jika ajaran yang dipercaya itu tidak berasal dari Tuhan yang benar, maka sikap tersebut hanya akan memastikan langkah kalian menuju neraka!!!

Posting Komentar

0 Komentar