Menuju Tanah Terjanji 1c: Membasmi Terorisme Berbasis Agama (bagian 3)



Pada video bagian kedua, deradikalisasi total dan membangun kultur kehidupan ditawarkan sebagai solusi untuk membasmi terorisme berbasis agama. 
Tapi itu bukan solusi jangka pendek..dan perlu campur tangan aktif institusi pemerintah..

Kita juga bisa membantu dengan cara lain... Yaitu dengan cara membongkar kebohongan konsep khilafah yang menjadi tujuan akhir dari terorisme berbasis agama dan ideologi islam radikal! Di jaman keterbukaan informasi sekarang ini, kebenaran dapat menjadi kekuatan pemukul yang lebih mematikan ketimbang pasukan khusus terbaik sekalipun!

Fakta dibubarkannya satu-satunya sistem khilafah yang tersisa oleh Kemal Ataturk tahun 1924 mempunyai dampak yang sangat merusak bagi islam. Pembubaran ini membuat semua muslim layak bertanya-tanya: 

Benarkah sistem khilafah itu berasal dari TUHAN? 

Mengapa kekhalifahan terakhir islam begitu mudah dibubarkan oleh tangan manusia tanpa perlawanan berarti? 

Mengapa sistem khilafah islam tidak bisa berdiri tegak tanpa putus seperti halnya Gereja Katolik yang tetap berdiri tegak selama hampir 2000 tahun? 

Mengapa allah swt tidak mampu melindungi sistem khilafah seperti Yesus melindungi Gereja?

Apakah allah swt tidak maha kuasa?

Dan sebagainya....

Sayangnya, tidak banyak muslim yang mendiskusikan ini karena memang cukup menyakitkan...

Maka ketika sekarang ada beberapa kelompok muslim radikal bercita-cita mendirikan sistem khilafah yang baru (selanjutnya kita sebut sebagai neo-khilafah), ada dua masalah besar yang mengganjal:

1. Sistem khilafah sudah pernah gagal dan dibubarkan oleh manusia. Tidak ada jaminan sistem neo-khilafah kali ini akan berhasil dan tidak akan dibubarkan lagi oleh manusia.
2. Karena tidak ada jaminan apapun, neo-khilafah yang baru akan dibentuk tidak mungkin berasal dari TUHAN. Mengingat kultur kematian yang melekat dalam upaya penegakkannya, kemungkinan besar sistem neo-khilafah adalah hasil inspirasi kuasa gelap.

Dengan melihat dua masalah itu saja seharusnya muslim yang berakal sehat tahu bahwa gagasan penegakan neo-khilafah adalah sebuah kebohongan yang memanfaatkan romantisme kejayaan masa lalu untuk melegitimasi keinginan berkuasa sekelompok orang. 

Untuk memahami lebih lanjut kebohongan konsep neo-khilafah ini kita akan membandingkannya dengan sistem pemerintahan yang juga sangat dekat dengan  kultur kematian, yaitu komunisme. Ya, neo-khilafah dan komunisme ternyata sangat paralel, keduanya memiliki paradigma pemikiran dan pola perjuangan yang sama sehingga hasil akhirnyapun akan sama! Seolah keduanya adalah saudara kandung yang memiliki kemiripan DNA satu sama lain!

Pada tahun 1848, Karl Marx bersama Frederich Engels menerbitkan tulisan berjudul "The Communist Manifesto" yang kelak menjadi inspirasi bagi gerakan komunis di seluruh dunia. Tulisan tersebut merupakan kesimpulan dari tesis mereka yang menyatakan bahwa sejarah dunia dibentuk oleh perjuangan kelas. 

Dalam gagasan mereka komunisme adalah perjuangan kelas antara kaum proletar yang bekerja keras tapi tertindas dan kaum borjuis yang memiliki modal serta menghasilkan keuntungan besar dari hasil kerja keras kaum proletar. 

Gagasan perjuangan kelas tersebut muncul dari kebencian Karl Marx pada sistem kapitalisme yang pada masa itu telah menimbulkan jurang ketidakadilan antara kaum pekerja dan kaum kapitalis.

Tujuan sekaligus janji manis dari komunisme adalah tercapainya keadilan sosial dengan menjadikan kaum proletar sebagai pemilik bersama semua industri yang memproduksi barang-barang kebutuhan manusia. Tidak ada lagi milik pribadi yang kelak berakumulasi menjadi kekuatan kapital dan berpotensi menindas kaum pekerja. Kaum proletar akan menikmati bersama semua hasil dari produksi mereka secara adil.

Secara teoritis, ini sebuah gagasan yang menarik bagi banyak kaum intelektual.. Seolah gagasan ini menawarkan solusi atas ketidakadilan sosial di duni

Pada tahun 1917, Vladimir Lenin yang memimpin Revolusi Bolshevik berhasil menjatuhkan Tsar Nicholas II yang berkuasa di Rusia. Ini kemudian membuka jalan bagi pembentukan Republik Sosialis Uni Soviet yang berdasarkan komunisme pada tahun 1922.

Sayangnya janji manis komunisme harus berakhir pahit. Ternyata komunisme dalam prakteknya tidak bisa diterapkan tanpa sistem totaliter yang menindas manusia dan haus darah... Individu manusia dengan segala hak-haknya, termasuk hak untuk hidup, kebebasan berpikir, dan kebebasan beragama, tidak ada harganya demi tegaknya sistem komunis. Sementara itu keadilan sosial yang dijanjikannya juga tidak pernah terwujud...

Beruntung akhirnya sistem totaliter ini runtuh berkeping-keping akibat kelemahannya sendiri. Uni Sovietpun bubar pada tanggal 26 Desember 1991!

Sejak keberhasilan Revolusi Islam Iran tahun 1978, golongan muslim radikal mulai mendapat angin untuk menegakkan kembali sistem khilafah yang sudah dilikuidasi pada tahun 1924. Tapi tanpa mereka sadari apa yang mereka lakukan hanyalah mengulangi apa yang pernah dilakukan dengan gagal oleh komunisme!

Penegakan neo-khilafah didasarkan pada asumsi bahwa semua sistem yang ada telah menimbulkan kehidupan masyarakat yang tidak bermoral, atheisme, penderitaan, dan ketidakadilan sosial. Sistem neo-khilafah yang menerapkan hukum syariah islam dianggap sebagai solusinya. Ini paralel dengan keinginan kaum komunis yang melakukan perubahan sosial dengan menerapkan sistem komunis gagasan Karl Marx.

Seperti komunisme, neo-khilafah juga menawarkan masa depan yang manis: kehidupan islami yang penuh barokah dan berkeadilan berdasarkan prinsip-prinsip syariah islam.

Dan sama seperti komunisme yang diwujudkan melalui perjuangan kelas antara kaum proletar dan borjuis, neo-khilafahpun diwujudkan melalui perjuangan kelas. Yaitu antara golongan muslim dan kafir. 
Sebenarnya perbedaan kelas, kelompok atau golongan adalah suatu realita yang wajar dalam kehidupan. Dimana-mana pasti selalu ada perbedaan semacam itu. Yang membuatnya jadi masalah adalah sikap manusia dalam menanggapi perbedaan. 

Dalam ajaran Kristen manusia diajarkan untuk mengasihi.. tidak hanya kepada sesama, tapi juga kepada musuh. Jika musuhpun harus dikasihi, apalagi yang sekedar berbeda? Artinya seberapa besarpun perbedaan antara saya dan kamu, antara kami dan mereka, tidak menjadi masalah karena saya tetap mengasihi kamu, dan kami tetap mengasihi mereka. Dengan kata lain dalam Kristen perbedaan bukan alasan untuk perpecahan.

Sebaliknya dalam islam, yang ditonjolkan adalah ajaran untuk mengasihi sesama muslim (Q48:29). Sedangkan ajaran untuk mengasihi golongan yang berbeda, apalagi musuh, tidak pernah ditekankan dalam islam. Bahkan yang banyak bertebaran dalam alquran adalah ajaran untuk memusuhi dan membantai kaum kafir, sebagaimana yang terungkap dalam ayat-ayat pedang yang turun di Madinah!

Dengan demikian bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menjalankan skenario perjuangan kelas sudah tersedia lengkap dalam ajaran islam. Bahan-bahan itu siap untuk diolah kapanpun dibutuhkan... Tapi untuk mewujudkannya masih dibutuhkan sebuah unsur lagi, yaitu pemicu konflik. 

Sejak jaman muhamad pemicu konflik ini dilakukan dengan mempropagandakan muslim sebagai kaum yang teraniaya/terzalimi. Ya.. itu memang propaganda..bukan fakta. Kita sering mendengar mitos bahwa muslim tidak akan berperang kecuali mereka dianiaya! Jadi kalau mereka ingin berperang tapi pemicunya tidak ada, ya harus diadakan supaya jadi alasan bagi muslim untuk berjihad! Taktik semacam itu sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam sejarah islam...

Bandingkan ini dengan ajaran Kristen yang mengajarkan orang untuk berdoa bagi mereka yang menganiaya! Konsekuensinya, mempropagandakan keadaan teraniaya demi memicu permusuhan bukanlah karakter umat Kristen!

Dalam konteks jaman sekarang, ada banyak cara untuk mempropagandakan muslim sebagai kaum yang terzalimi atau teraniaya. Salah satunya yang paling favorit adalah dengan memanfaatkan konflik Israel-Palestina. Jangan pernah berharap ada muslim yang berdoa bagi bangsa Israel atau Yahudi... yang banyak justru mereka mengutuki orang-orang Yahudi setiap kali ada kesempatan. Itu memang bagian dari semangat kebencian terhadap kafir yang seolah sudah tertanam dalam DNA setiap muslim!

Maka tidak perlu heran jika perdamaian Israel-Palestina tidak pernah terwujud! Bukan karena Israel yang tidak mau berdamai, tapi karena orang Palestina dan kelompok muslim radikal yang sengaja terus membangun konflik. Itu dilakukan agar selalu ada isu sensitif yang bisa digunakan untuk membangkitkan kemarahan dan membakar semangat permusuhan kaum muslim terhadap kaum kafir/non-muslim demi kepentingan perjuangan menegakkan neo-khilafah!

Dan akhirnya, seperti komunisme yang tidak dapat diterapkan kecuali melalui sistem pemerintahan totaliter, demikian juga neo-khilafah hanya dapat ditegakkan dengan sistem pemerintahan yang totaliter. Kita bisa melihat bayangannya pada negara-negara muslim yang menerapkan syariah islam seperti Arab Saudi, Iran, Afganistan, dan lain-lain...kecenderungan sistem totaliter dan dibatasinya hak asasi manusia sangat melekat erat pada negara-negara tersebut.

Bisa dikatakan negara-negara islam yang menerapkan sistem syariah adalah versi lunak dari sistem neo-khilafah. Mengapa? Karena masih ada PBB, negara-negara super power, aktivis HAM, yang akan mengkritik keras dan memberi sangsi atas semua pelanggaran HAM yang terjadi. 

Bayangkan bagaimana jika pemerintahan neo-khilafah berhasil berdiri secara global dan menjadi kekuatan super power? Tak ada lagi kekuatan yang dapat menghalangi pemerintahan neo-khilafah untuk bersikap totaliter secara ekstrim dalam menerapkan syariah islam pada rakyatnya. Ini akan sangat mengerikan, terutama karena sistem totaliter tersebut dilegitimasi dengan mengatasnamakan allah swt! 

Tidak perlu diragukan lagi pemerintahan neo-khilafah pada akhirnya akan menghasilkan sistem totaliter yang berujung pada kultur kematian, sama seperti yang terjadi pada negara-negara komunis! Dan sama seperti nasib komunisme, neo-khilafah juga pasti akan gagal!!!

Mengapa demikian?

Yang pertama dan paling jelas adalah karena komunisme dan neo-khilafah menggunakan perjuangan kelas yang didasarkan pada semangat kebencian. Ini melanggar prinsip moral dasar, yaitu dari apa yang jahat tidak mungkin muncul kebaikan! (Rm.3:8). Maka, keduanya pasti menghasilkan sistem pemerintahan yang buruk dan akhirnya akan gagal.

Yang kedua dan terpenting, komunisme dan neo-khilafah menggunakan paradigma perubahan yang salah. Keduanya beranggapan bahwa kehidupan dunia yang lebih baik dapat dicapai dengan membangun sistem kehidupan yang baru dan lebih baik. Apalagi neo-khilafah diyakini muslim merupakan sistem yang berasal dari prinsip-prinsip islam yang diajarkan allah swt.

Tampaknya paradigma perubahan seperti itu baik... bagaimana kita bisa tahu itu paradigma perubahan yang salah? Sederhana, kita tahu karena kita membandingkannya dengan yang benar.

Yesus datang ke dunia saat bangsa Yahudi dalam keadaan terjajah oleh bangsa Romawi. Sebagai seorang Mesias dan Putra Allah yang punya kuasa di langit dan bumi, sangat mudah bagi Yesus untuk membebaskan bangsaNya dari penjajahan bangsa Romawi. Tapi ternyata itu sama sekali tidak dilakukanNya. Yang dilakukan Yesus adalah membebaskan manusia dari penjajahan dosa!

Ini mengajarkan kita satu hal penting dalam konteks paradigma perubahan: di mata Tuhan cara terbaik dalam melakukan perubahan untuk membangun kehidupan adalah dengan mengubah manusia, bukan sistem. Camkan konsep ini baik-baik! Bahkan ketika dihadapkan pada perlunya perubahan sistem seperti kondisi bangsa Israel yang terjajah pada waktu itu, Yesus tetap setia memilih untuk mengubah manusia! Konsep ini akan menjadi kunci paling penting dalam menggagas perubahan peradaban manusia!

Singkatnya, ada dua paradigma dalam membangun peradaban. Yang satu dengan melakukan perubahan sistem, yang lain dengan melakukan perubahan pada manusia. Yang diajarkan Tuhan adalah melakukan perubahan pada manusia.

Maka gagasan membangun peradaban dengan melakukan perubahan sistem, seperti dalam komunisme maupun neo-khilafah, pasti bukan berasal dari Tuhan. Sebaliknya, gagasan itu muncul dari iblis yang menipu. Tidak perlu heran jika janji-janji kehidupan yang lebih baik dalam komunisme dan neo-khilafah tidak lebih dari utopia kosong yang menyesatkan! Khas tipu daya dari iblis...

Mengapa demikian? 

Ketika manusia membangun peradaban melalui perubahan sistem, entah itu komunisme atau neo-khilafah, penerapan sistem tersebut menjadi tujuan utama... dan konsekuensinya manusia harus dipinggirkan. Dengan demikian eksistensi atau hidup manusiapun menjadi tidak penting dibandingkan tegaknya sistem. Ketika manusia sebagai individu tidak lagi penting maka kultur kematian dan semangat totaliter akan berkuasa dalam sistem tersebut. Tidak peduli sebaik apapun sistem itu dirancang...kekuatan kegelapan akan masuk dan berkuasa di dalamnya.

Sebaliknya pada peradaban yang dibangun melalui perubahan manusia, setiap individu menjadi penting dan berharga. Oleh karenanya, sejak awal kultur kehidupan sudah menjadi dasar dari pembangunan peradaban! Inilah paradigma perubahan yang benar dan dikehendaki Tuhan!

Kalaupun sistem juga perlu dibangun, sistem tersebut dipandang sebagai alat, bukan tujuan. Yaitu alat yang dibutuhkan untuk mendorong atau memfasilitasi manusia agar menjadi lebih baik. Ini seperti Sabda Yesus, "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat" (Mrk.2:27). Dengan konsep perubahan yang demikian, semangat totaliter yang menindas kemanusiaan jelas tidak memiliki tempat.

Secara ringkas kita bisa simpulkan bahwa penegakan neo-khilafah hanya menawarkan utopia palsu, tidak lebih. Pada akhirnya neo-khilafah akan mengarahkan manusia pada sistem pemerintahan totaliter yang menindas manusia dan anti kehidupan. Itulah yang dikehendaki allah swt alias iblis... Menurut injil, iblis adalah bapa segala dusta dan pembunuh manusia sejak semula (Yoh.8:44)!

Sama seperti komunisme yang juga menawarkan utopia, neo-khilafah hanya cantik dalam teori tapi pasti akan gagal dalam prakteknya. 

Satu hal yang jelas, faktanya sistem ini pernah gagal sebelumnya. Tidak ada jaminan apapun sistem neo-khilafah yang dirancang sekarang ini akan berhasil. Mustahil sistem ini berasal dari TUHAN sebagaimana yang diklaim para ulama islam radikal.

Menjadi tugas kita bersama untuk mengungkapkan kebohongan neo-khilafah ini seluas-luasnya demi keutuhan NKRI dan masa depan peradaban yang lebih baik. 

Hanya ada satu cara terbaik untuk membangun masa depan sesuai kehendak Tuhan, yaitu dengan membangun kemanusiaan kita....mulai dari diri kita masing-masing. Ini cara yang sederhana dan dijamin tidak akan bertentangan dengan NKRI atau paham kebangsaan manapun.

Posting Komentar

1 Komentar

abelsafana37 mengatakan…
Islam is my Way to Allah...