Menuju Tanah Terjanji adalah sebuah seri video baru dari Crusader Network yang bertujuan untuk membahas segala persoalan dan tantangan yang dihadapi umat beriman dalam membangun peradaban masa depan menurut terang iman Kristen. Ide pembuatan seri baru ini muncul setelah terjadinya peristiwa teror bom di Surabaya baru-baru ini.
Tragedi tersebut menggugah kami untuk ikut menyumbangkan pemikiran dalam mengatasi berbagai masalah agar bangsa ini sebagai bagian dari seluruh umat manusia mampu terus berjalan menuju masa depan yang lebih baik sesuai dengan rencana Tuhan.
Dengan segala keterbatasan yang ada kami berharap dapat memproduksi seri ini dengan konsisten bersama dengan dua seri lainnya, yaitu Islam Dan Akal Sehat serta Akademi Laskar Kristus... Jika anda ingin memberi dukungan, anda bisa memberikan donasi sukarela melalui link yang ada di keterangan video. Dukungan anda akan membantu kami melayani dengan lebih baik...
Dibandingkan kejadian teror sebelumnya, teror yang terjadi beberapa waktu lalu di Surabaya dan Sidoarjo tergolong amat istimewa karena untuk pertama kalinya di negeri ini pelaku teror melibatkan istri dan anak-anaknya. Dan bukan hanya satu keluarga... tapi tiga keluarga dalam waktu yang berdekatan... Dengan demikian kejadian ini tidak bisa dikategorikan sebagai suatu anomali atau kasus khusus.. Ini adalah sebuah tragedi kultur kematian yang ekstrim dan tidak bisa diabaikan.
Seperti sudah diduga, menyusul kejadian tersebut langsung muncul komentar yang menolak mengaitkan terorisme dengan agama. Komentar semacam itu muncul dari pemerintah, kaum ulama, intelektual, dan juga dari publik. Tapi kita tahu bahwa komentar seperti itu hanyalah ujaran politis alias "politically-correct speech".. yang dimaksudkan untuk mendinginkan suasana, meredam keresahan, atau menutupi rasa malu... Secara substansi komentar semacam itu jelas tidak benar...
Mari kita melihat ini dari sudut pandang para pelaku...
Apakah yang memotivasi mereka untuk melakukan perbuatan teror dengan mengorbankan nyawa mereka sendiri dan keluarga yang mereka kasihi? Motif ekonomikah? Motif politikkah? Konspirasi globalkah? Atau popularitas? Tidak mungkin... faktor-faktor itu semua tidak memberikan keuntungan apa-apa bagi pelaku dan keluarganya setelah kematian!
Hanya janji surga sebagaimana yang diajarkan dalam islam yang sanggup memotivasi para pelaku!Apakah mereka telah memahami ajaran agama secara salah, itu soal lain...
Satu hal yang jelas... bagi para pelaku, secara subyektif mereka memahami ajaran tersebut dengan jujur dan dengan pertimbangan iman yang mendalam! Tidak mungkin mereka mau mengorbankan nyawa mereka berikut seluruh keluarganya jika mereka tahu pandangan mereka salah. Setidaknya mereka memang meyakini bahwa ajaran islam yang mereka ikuti itu sudah betul! Jika ada sedikit saja keraguan, mereka tidak mungkin melakukannya!!
Jadi menyangkal keterkaitan agama dalam persoalan ini adalah kebohongan yang justru dapat mengaburkan akar masalah dan tidak akan memberikan kita solusi apa-apa.
Ini sebuah prinsip moral yang perlu digarisbawahi: dari kebohongan dan kepalsuan tidak mungkin muncul kebaikan. Itu absurd!!!!
Ibarat orang terkena virus HIV.. sangat tidak bertanggungjawab kalau dokter yang menanganinya hanya mengatakan dia kena flu karena takut orang tersebut tersinggung atau malu.. obat flu terbaik sekalipun tidak akan membuatnya sembuh. Virus HIV akan terus bertumbuh semakin ganas, kemudian berubah menjadi AIDS, dan akhirnya dapat membunuhnya. Dokter yang baik akan mengatakan orang itu memang terkena virus HIV, semoga jika virus tersebut belum terlanjur ganas masih ada kesempatan untuk menyembuhkannya.
Apakah kita ingin negeri kita mengalami nasib serupa karena kita menolak atau malu menyebut masalah yang sebenarnya? Tentu tidak!
Maka kita harus berani jujur mengakui masalah yang ada, sehingga keterkaitan agama dalam terorisme bisa dijadikan pijakan untuk mencari dan mengembangkan solusi. Ini memang pahit, terutama bagi muslim yang merasa dipojokkan dengan kasus semacam ini, tapi bagaimanapun harus dilakukan...
Mungkin memang ada faktor lain seperti misalnya motif politik, konspirasi global, kepentingan ekonomi kelompok tertentu, dan banyak lagi. Saya tidak ingin menyangkal kemungkinan itu, silahkan diselidiki! Tapi keterkaitan agama dalam masalah ini jangan ditutup-tutupi atau disangkal.
Bagi pelaku, kalaupun faktor-faktor itu memang ada.. bukan karena itu mereka melakukan teror dengan mengorbankan nyawa mereka sendiri dan keluarganya. Hanya imbalan surga yang dijanjikan kepada mereka yang mati dalam berjihad saja yang mampu memotivasi mereka untuk melakukan itu!
Sebenarnya BNPT juga sudah menerapkan program deradikalisasi bagi para pelaku teroris yang ditangkap dengan tujuan menghilangkan atau menetralisir pemahaman agama radikal yang menjangkiti para teroris. Dengan adanya program deradikalisasi itu pemerintah secara tidak langsung sebenarnya sudah mengakui adanya keterkaitan masalah agama dalam kasus terorisme.
Nah, kalau kita sudah sepakat bahwa faktor agama memang berperan.. itu langkah awal yang baik.
Sekarang mari kita cari solusinya...
Mengapa pandangan radikal itu bisa menjangkiti para teroris yang percaya dengan sepenuh jiwa....? Dan mengapa pula banyak muslim yang menolak pandangan itu?
Harus kita akui dalam islam, jika dipelajari dengan benar sampai ke akarnya, ada dua faktor yang dapat mempengaruhi tindakan terorisme bunuh diri:
1. Adanya cita-cita untuk mewujudkan negara islam yang kelak berujung pada pembentukan sistem khilafah islam global. Ini cita-cita yang bibitnya sudah muncul sejak jaman muhamad dan tidak pernah padam sampai hari ini. Selanjutnya ini akan kita sebut sebagai ideologi islam radikal.
2. Janji surga bagi mereka yang berjihad untuk mewujudkan cita-cita ideologi radikal tersebut (Q9:111).
Dua ajaran itulah yang diyakini oleh para teroris dan mendorong mereka untuk melakukan aksi. Sementara itu kebanyakan muslim tidak tahu atau tidak peduli pada kedua ajaran tersebut, sehingga mereka mengira para teroris telah memahami islam secara salah. Padahal yang terjadi justru sebaliknya, ideologi islam radikal dan kewajiban untuk berjihad dengan imbalan surga memang ada dalam islam.....dan para teroris memahaminya dengan sepenuh jiwa.
Lalu bagaimana kita menjelaskan perbedaan tersebut?
Harus kita ingat, sekalipun semua muslim percaya pada alquran dan hadis, tidak semuanya memiliki cara dan kedalaman penafsiran yang sama.
Untuk memahami perbedaan persepsi itu, kita akan membagi umat muslim menjadi tiga golongan:
1. Muslim non-syariah.
2. Muslim syariah.
3. Muslim radikal.
1. Muslim non-syariah...
Muslim non-syariah atau bisa disebut juga sebagai muslim sekuler adalah mereka yang menjalankan ibadah islam tanpa pernah tertarik untuk menerapkan syariah islam atau sunnah muhamad. Kalau wanita mereka tidak akan mau berhijab, kalau pria mereka tidak akan mau bercelana cingkrang atau sengaja memelihara jenggot.
Mereka umumnya berpikiran terbuka, punya rasa nasionalisme, toleran dengan agama lain, moderat, dan selalu mencoba memahami ajaran islam dalam konteks jaman. Mereka juga tidak begitu tertarik pada kotbah-kotbah ulama konservatif... apalagi yang radikal!
Bagi mereka persoalan agama adalah masalah privat. Umumnya mereka juga tidak mengenal atau tidak peduli dengan ideologi islam radikal. Sekalipun mungkin bersimpati, mereka bukanlah pendukung fanatik kemerdekaan bangsa Palestina. Mereka inilah yang tidak pernah bersimpati dengan tindakan teroris dan dengan jujur mengutuk perbuatan mereka.
Kita beruntung sebagian besar muslim di indonesia saat ini masih tergolong muslim non-syariah yang moderat, meski jumlahnya makin berkurang dari tahun ke tahun. Jika indonesia dikenal sebagai negara muslim yang moderat, itu karena kontribusi dari kelompok ini!
Muslim non-syariah atau muslim sekuler adalah wajah asli muslim Indonesia yang sudah terbentuk sejak jaman kemerdekaan. Tidak percaya? Silahkan lihat foto-foto nostalgia dari jaman tahun 45 hingga awal tahun 80-an, wajah-wajah muslim non-syariah inilah yang akan kita temui...
2. Muslim Syariah
Ini tipikal muslim yang di samping menjalankan ibadah juga bersemangat menerapkan prinsip-prinsip syariah dan berupaya menerapkan sunnah muhamad dalam kehidupan sehari-hari. Kalau wanita mereka minimal akan berhijab, kalau pria mereka suka menggunakan baju gamis/koko, celana cingkrang, dan memelihara jenggot...
Mereka umumnya mulai kurang toleran dengan penganut agama lain dan cenderung bersikap sektarian. Biasanya mereka juga mulai kritis bahkan alergi dengan apa-apa yang tidak islami. Hampir setiap persoalan selalu mereka cari rujukannya dalam prinsip syariah atau sunnah.
Mereka juga mulai senang dengan kotbah-kotbah berbagai ulama, kadang ulama radikal juga mereka dengarkan. Akibatnya sebagian dari mereka mulai punya gagasan yang positif tentang perlunya negara islam ataupun khilafah islam global, tapi BELUM menjadikannya sebagai IDEOLOGI, baru mengenalnya saja. Ini penting untuk dipahami karena akan menjadi pembeda signifikan antara golongan ini dengan muslim radikal....
Mereka umumnya adalah pendukung fanatik perjuangan bangsa Palestina. Bahkan sebagian dari mereka juga mulai punya RASA SIMPATI pada para teroris dan jihadis. Tapi mereka belum mau atau belum berani untuk ikut berjuang langsung, baru sebatas simpati atau mendukung secara terbatas. Hal itu disebabkan karena ideologi islam radikal belumlah menjadi ideologi mereka.
Kalau ada isu-isu penistaan agama (islam) mereka cepat sekali terbakar emosinya, dan umumnya mereka berlomba mengutuki pelakunya, siap melakukan aksi demo dan sebagainya..
Muslim jenis ini meskipun belum dapat dikatakan radikal, punya potensi yang relatif besar untuk menjadi radikal. Bisa dikatakan muslim syariah ini adalah TRANSISI dari muslim non-syariah yang moderat dan muslim radikal.
Muslim-syariah bukanlah wajah asli muslim indonesia.. Keberadaannya baru mulai menjamur akibat pengaruh Revolusi Islam Iran, atau setelah tahun 80-an. Jadi ini sebenarnya budaya beragama yang diimpor dari luar. Sebelum masa itu keberadaan muslim-syariah ini juga sudah ada, tapi sangat terbatas...tidak seperti sekarang.
3. Muslim Radikal
Radikal berasal dari kata "radix" yang artinya akar. Jadi muslim radikal adalah muslim yang berupaya memahami islam sampai ke akarnya.
Dan setiap muslim, baik ulama maupun umat, yang belajar islam sampai akarnya pasti tahu bahwa penegakan khilafah islam global adalah cita-cita yang harus didukung semua muslim. Demikian juga pembentukan negara islam yang menjadi bagian dari cita-cita tersebut.
Ajaran seperti itulah yang membuat sejarah islam sejak awal berdirinya sudah dipenuhi dengan upaya invasi jihad menggunakan pedang ke berbagai penjuru dunia.
Bahkan sejak abad ke 8 muslim sudah menginvasi eropa, jauh sebelum Perang Salib dikorbarkan oleh Gereja (abad 11). Mereka hanya berhasil di wilayah al andalus / Spanyol dan juga wilayah Balkan. Tapi gerak maju invasi jihad ini berhasil dipukul mundur dari Perancis dalam perang di Tours oleh Charles Martel.
Akibatnya setiap muslim radikal pasti menjadikan penegakan khilafah islam global yang sudah menjadi bagian dari sejarah islam selama 1400 tahun sebagai IDEOLOGI mereka!!!!
Tolong dicatat: IDEOLOGI ini yang akan membedakan muslim radikal dengan muslim lainnya. Banyak muslim (ulama maupun umat) yang juga tahu soal khilafah islam global dan juga ide tentang negara islam tapi TIDAK menjadikannya sebagai IDEOLOGI!
Misalnya saja ulama-ulama NU atau ormas islam lainnya, rata-rata semua tahu soal itu, tapi banyak yang tidak menjadikannya sebagai ideologi. Maka mereka ini tentunya BUKAN termasuk golongan muslim radikal...! Tapi sebaliknya, semua ulama dan umat yang tergabung di dalam HTI sejak semula memang menjadikan penegakan khilafah sebagai ideologi mereka, maka mereka adalah kelompok muslim radikal. Beruntung pemerintah sudah membubarkan mereka!
Karena penegakan khilafah islam global ataupun pembentukan negara islam dijadikan ideologi oleh kelompok muslim radikal, maka otomatis mereka juga dituntut untuk berjihad memperjuangkannya...
Perjuangan jihad ini tidak selalu identik dengan kekerasan, bisa juga melalui politik dan edukasi (dakwah) seperti yang dilakukan oleh kelompok Hizbut Tahrir. Tapi bagi sebagian kelompok lainnya, perjuangan jihad ini juga dilakukan dengan kekerasan dan teror. Al Qaeda, ISIS, Jamaah Islamiyah, Boko Haram, dan banyak lagi adalah contoh kongkritnya.
Dari penampilan luar, umumnya mereka juga seperti muslim syariah.. Yang wanita menggunakan hijab, sementara yang pria menggunakan celana cingkrang, baju gamis/baju koko dan umumnya memelihara jenggot.
Tapi karena kecenderungan radikalnya, SEBAGIAN dari mereka juga cenderung ekstrim dalam penampilan.... Yang wanita kadang tidak cukup hanya berhijab... tapi merasa perlu menggunakan niqab "full face" bagaikan pendekar ninja. Sementara yang pria juga merasa perlu menampilkan kesalehan mereka dengan membuat jidat mereka berwarna hitam.
Sikap merekapun kurang lebih sama seperti muslim syariah.. Mereka umumnya tidak toleran terhadap golongan lain, dan selalu terobsesi soal syariah atau sunnah.
Bedanya, karena kecenderungannya yang radikal umumnya sikap mereka juga cenderung lebih ekstrim.. Dakwah ulama-ulama radikal adalah "makanan rohani" yang membuat semangat radikal mereka terus berkobar. Sikap keras menolak pemimpin non-muslim atau menentang segala bentuk penistaan agama biasanya dimotori oleh kelompok ini.
Terhadap perjuangan jihad, sebagian besar mereka tidak hanya bersimpati seperti muslim syariah... tapi mendukung penuh dan siap terlibat di dalamnya. Ada yang mendukung secara intelektual, finansial, atau bahkan terlibat langsung dalam perjuangan jihad. Baik dalam perjuangan jihad yang menggunakan kekerasan maupun yang tidak.
Tapi sekali lagi, yang membedakan muslim radikal dengan muslim lain bukan soal penampilan atau sikap beragama melainkan ideologi. Jangan sampai salah!
Dari segi penampilan dan sikap beragama, muslim syariah dan muslim radikal kadang hampir sulit dibedakan!!!! Yang pasti, muslim radikal menjadikan penegakan khilafah islam global atau pembentukan negara islam sebagai IDEOLOGI mereka, sedangkan muslim lainnya tidak. Ini pembeda yang penting!
Meskipun TIDAK SEMUA muslim radikal terlibat dalam terorisme, mereka semua BERPOTENSI terlibat dalam segala bentuk perjuangan jihad, termasuk dalam terorisme. Itu konsekuensi logis dari sikap radikal mereka.... Jika situasi dan kondisi memungkinkan, sebagian dari mereka bahkan siap berhijrah ke timur tengah atau wilayah konflik lain untuk mendukung perjuangan jihad!!!
Kita sangat beruntung jumlah mereka saat ini masih relatif kecil. Namun ini tentu tidak bisa dibiarkan karena keberadaan mereka merupakan ancaman besar bagi keutuhan NKRI.
Sama seperti muslim syariah, muslim radikal juga bukan asli indonesia. Keberadaan muslim radikal juga baru mulai terasa signifikan setelah tahun 80-an, yang berarti kelompok ini muncul akibat pengaruh dari revolusi islam iran.
Demikianlah tadi pada video bagian pertama ini kita sudah membahas pembagian tiga golongan muslim yang akan membantu kita mengenali kaitan antara idelogi islam radikal dan tindak terorisme dengan muslim di indonesia.
Berikutnya kita akan lanjutkan ke video bagian kedua yang akan membahas bagaimana solusi untuk memberantas terorisme berbasis agama ini sampai ke akarnya...
0 Komentar