Transkrip:
Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...
Kontroversi terhadap deklarasi FIDUCIA SUPPLICANS semakin meluas. Selain bertambahnya uskup-uskup di berbagai belahan dunia yang menentang dokumen tersebut, dapat dikatakan hampir seluruh Konferensi Uskup di Afrika sudah menyatakan menolak dokumen FIDUCIA SUPPLICANS. Sebaliknya, konferensi Uskup yang menerima dokumen tersebut umumnya berasal dari negara-negara Barat yang berkecenderungan modernis dan liberal seperti Amerika Serikat, Swiss, Belgia, Jerman, Austria, dan sebagainya.
Sementara itu sejauh yang kami ketahui sampai saat ini, meski belum ada tanggapan resmi dari KWI, beberapa Uskup di Indonesia sepertinya cenderung menerima dokumen tersebut. Ini tentunya sangat disayangkan.
Selama masa Kepausan Fransiskus, tidak ada dokumen resmi dari Vatikan (apalagi yang ditandatangani oleh Paus) yang mendapatkan penolakan terang-terangan sebesar FIDUCIA SUPPLICANS. Hal ini tentunya menarik untuk kita bahas...
Deklarasi FIDUCIA SUPPLICANS memang secara formal tidak mengubah ajaran Gereja Katolik dengan membenarkan perkawinan sesama jenis atau membenarkan gaya hidup LGBT seperti yang diduga oleh beberapa kelompok non-Katolik atau pemberitaan di media massa. Namun dokumen ini memang menawarkan sebuah INOVASI PASTORAL yang tidak pernah ada selama dua milenium sejarah Gereja, yaitu memberikan ijin kepada para klerus untuk memberikan pemberkatan bagi PASANGAN LGBT. Inilah yang ramai-ramai ditolak oleh banyak Uskup!
Dengan pemberian ijin bagi pemberkatan pasangan LGBT maka secara implisit Gereja Katolik telah ikut membenarkan pasangan LGBT dan gaya hidup mereka, meski menurut dokumen FIDUCIA SUPPLICANS pemberkatan yang diberikan tidak dimaksudkan untuk membenarkan hubungan tersebut. Pembenaran implisit terhadap gaya hidup LGBT ini makin diperjelas lagi dengan tidak adanya seruan pertobatan yang tegas bagi para pelaku gaya hidup LGBT di dalam dokumen tersebut. Selain itu, dengan membenarkan pemberkatan bagi pasangan LGBT maka secara langsung ataupun tidak langsung Gereja Katolik telah ikut mempropagandakan gaya hidup LGBT yang menyimpang dan terkutuk!
Secara ringkas dapat kita katakan bahwa melalui dokumen FIDUCIA SUPPLICANS ini maka Gereja Katolik sebenarnya mulai membuka diri terhadap budaya SODOM! Ini jelas bertentangan dengan ajaran Kitab Suci yang menolak, bahkan mengutuk, budaya tersebut seperti yang terungkap dalam hukuman bencana terhadap kota Sodom dan Gomorah serta kecaman Rasul Paulus terhadap perilaku menyimpang tersebut.
Bagi mereka yang setia pada ajaran iman para Rasul, masuknya budaya Sodom ke dalam Gereja menjadi tanda yang sangat jelas dari kemurtadan besar seperti yang sudah dinubuatkan oleh Rasul Paulus dalam 2Tes.2:3! Dan kemurtadan besar itu hanya mungkin terjadi jika Paus serta magisterium Gereja jatuh dalam kesesatan!
Mengapa demikian?
Penyimpangan terhadap ajaran iman Kristen sudah terjadi di sepanjang sejarah Gereja. Namun karena penyimpangan-penyimpangan tersebut tidak didukung oleh Paus dan magisterium Gereja, maka dengan mudah berbagai penyimpangan tersebut di-anathema (atau dikutuk) sehingga tidak menjadi bagian dari ajaran Gereja! Tetapi ketika penyimpangan tersebut didukung atau bahkan diusulkan oleh Paus dan magisterium Gereja, maka penyimpangan tersebut menjadi bagian dari ajaran Gereja! Inilah yang akan berkembang menjadi kemurtadan besar di dalam Gereja sebagaimana yang sudah dinubuatkan oleh Rasul Paulus!
Nah, fakta ini seringkali menjadi dilema bagi banyak orang Katolik!
Jika Paus dan magisterium Gereja bisa jatuh dalam kesesatan, lalu bagaimana dengan ajaran tentang infalibilitas Paus? Juga bagaimana dengan janji Tuhan dalam Mat.16:18 yang menyatakan Gereja tidak mungkin jatuh dalam kesesatan?
Mengenai ajaran tentang infalibilitas Paus, harus dipahami bahwa prinsip infalibilitas Paus memiliki syarat-syarat khusus. Suatu ajaran atau pernyataan Paus bersifat infalibel jika ajaran atau pernyataan tersebut menyangkut persoalan iman dan moral, dinyatakan oleh Paus secara eksplisit dalam kapasitasnya sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik, dan yang terpenting: tidak mengajarkan hal-hal baru. Sebagai contoh deklarasi FIDUCIA SUPPLICANS yang kontroversial, meski ditandatangani oleh Paus Fransiskus dokumen tersebut tidak memiliki kharisma infalibilitas karena tidak memenuhi syarat-syarat yang dibutuhkan.
Lalu bagaimana dengan prinsip Gereja tidak mungkin jatuh dalam kesesatan sementara dalam kenyataannya Gereja Katolik saat ini sudah jatuh dalam kesesatan dengan mengakomodasi budaya Sodom?
Disinilah kita perlu memahami bahwa pada saat kemurtadan besar terjadi sesuai nubuat, timbul perpecahan internal di dalam Gereja. Itu konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan! Rasul Paulus berbicara tentang hal ini ketika dia menyebutkan soal sisa umat yang setia di tengah bangsa Israel yang jatuh dalam kesesatan (Rm.11:2-5). Rasul Yohanes berbicara tentang hal ini melalui perlambang perempuan yang mengungsi ke padang gurun dalam Why.12 dan pelacur besar dalam Why.17 serta Why.19. Sementara itu Uskup Agung Vigano juga berbicara tentang perpecahan ini ketika menyebut adanya gereja paralel!
Lalu bagaimana perpecahan internal itu dapat terjadi?
Ketika kemurtadan besar terjadi akibat Paus dan magisterium mengajarkan suatu kesesatan, Roh Kudus PASTI menjaga agar selalu ada bagian Gereja yang tetap setia pada iman para Rasul sesuai janji Yesus Kristus. Kondisi inilah yang memunculkan perpecahan internal atau gereja paralel dimana ada dua gereja yang berbeda di dalam satu wadah Gereja Katolik. Satu gereja mengikuti kemurtadan yang diajarkan oleh Paus dan magisterium, inilah yang dilambangkan oleh Rasul Yohanes sebagai pelacur besar dalam Kitab Wahyu. Dan satu lagi adalah gereja yang tetap setia pada iman para Rasul, inilah yang disebut oleh Rasul Paulus sebagai sisa umat (Rm.11:5) dan oleh Rasul Yohanes sebagai perempuan yang mengungsi ke padang gurun dalam Kitab Wahyu. Selain itu, terjadinya perpecahan internal ini juga dapat kita lambangkan seperti perumpamaan Injil tentang gandum dan lalang yang tumbuh di dalam satu ladang.
Dalam konteks ini, janji Tuhan bahwa Gereja-Nya tidak akan jatuh dalam kesesatan tetap tergenapi sempurna di dalam sisa umat, yaitu para klerus dan awam yang tetap setia pada ajaran iman para Rasul.
Kembali pada kontroversi deklarasi FIDUCIA SUPPLICANS...
Masuknya budaya Sodom ke dalam Gereja Katolik berkat dokumen ini telah menjadi tanda tak terbantahkan dari kemurtadan besar yang sudah dinubuatkan Rasul Paulus. Tapi keliru kalau kita mengira bahwa kemurtadan besar dimulai dari dokumen ini, atau Paus Fransiskus adalah orang yang bertanggungjawab atas terjadinya kemurtadan besar ini.
Paus Fransiskus hanya meneruskan berbagai pembaharuan yang sudah dilakukan beberapa Paus sebelumnya untuk menyelaraskan ajaran Gereja Katolik dengan perkembangan jaman dan nilai-nilai dunia. Dan dokumen FIDUCIA SUPPLICANS hanyalah konsekuensi logis dari berbagai upaya perubahan yang dilakukan Paus Fransiskus.
Seperti yang sudah dikatakan tadi, kemurtadan besar di Gereja Katolik hanya mungkin terjadi apabila Paus dan magisterium ikut terlibat di dalam kesesatan. Maka berbagai perubahan merusak yang terjadi di Gereja Katolik dengan dalih pembaharuan dapat dilacak awalnya dari semangat "aggiornamento" yang dicanangkan oleh Paus Yohanes XXIII dan dimanifestasikan dalam dokumen-dokumen Konsili Vatikan II. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa proses kemurtadan besar di Gereja Katolik, dimana kesesatan didukung atau bahkan berasal dari hirarki yang tertinggi, dimulai dari Konsili Vatikan II.
Sementara itu munculnya gereja paralel sebagai konsekuensi logis dari kemurtadan besar dapat kita lihat buktinya dari kemunculan Misa Novus Ordo sebagai liturgi yang diciptakan untuk mengakomodasi semangat Konsili Vatikan II. Berdasarkan prinsip 'lex orandi lex credendi' maka adanya dua liturgi Misa yang berbeda di dalam Gereja Katolik, yaitu Misa Novus Ordo dan Misa Latin Tradisional, sudah menjadi bukti adanya dua gereja paralel dengan dua ajaran iman yang berbeda!
Apa yang harus kita lakukan ketika Gereja mengalami masa kemurtadan besar?
Dalam Injil Tuhan berkata, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." (Yoh.14:15).
Maka yang dikehendaki Tuhan dari kita yang mengasihi Dia amat jelas, yaitu menaati segala perintah dan ajaran-Nya yang tidak lain adalah semua ajaran Tuhan yang telah diwariskan kepada para Rasul! Dengan demikian Tuhan menghendaki kita untuk menjadi sisa umat-Nya yang setia pada ajaran iman para Rasul, dan menolak berbagai kesesatan yang mengarahkan Gereja pada kemurtadan besar!
Ini sejalan dengan seruan Tuhan dalam Kitab Wahyu:
"Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya. Sebab dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah mengingat segala kejahatannya." (Why.18:4-5)
Teks ini sangat tepat untuk dipahami dalam konteks terjadinya kemurtadan besar dan munculnya gereja paralel. Tuhan menghendaki kita keluar dari gereja palsu, yaitu bagian dari Gereja Katolik yang sudah jatuh dalam kemurtadan, untuk menjadi bagian dari sisa umat-Nya yang setia di dalam Gereja Katolik.
Lalu bagaimana kita dapat menjadi bagian dari sisa umat-Nya?
Menjadi sisa umat Tuhan setidaknya harus memenuhi syarat-syarat ini:
1. Setia pada iman para Rasul.
Ini berarti kita harus setia pada ajaran tradisional Gereja Katolik dan menolak segala perubahan atau pembaharuan yang menyimpang sebagaimana yang diusulkan oleh Konsili Vatikan II. Ingat, adanya Misa Novus Ordo sudah menjadi bukti bahwa Konsili Vatikan II telah mengajarkan iman Katolik yang berbeda dari ajaran iman yang diwariskan oleh para Rasul. Itu wajib kita tolak!
2. Tetap berada di dalam Gereja Katolik.
Salah satu ciri Gereja Katolik adalah dipimpin oleh Petrus serta para penerusnya. Oleh karenanya untuk tetap menjadi bagian dari Gereja Katolik kita harus tetap mengakui Paus yang sah sebagai pemimpin Gereja! Seperti Petrus yang pernah dihardik Tuhan sebagai 'iblis' (Mat.16:23) dan menyangkal Tuhan hingga tiga kali, para Paus juga dapat jatuh ke dalam berbagai kesalahan. Namun itu tidak membuatnya kehilangan status sebagai pemimpin Gereja.
Ketika Gereja dipimpin oleh seorang Paus yang mendorong dan mengajarkan berbagai kesesatan seperti yang terjadi saat ini, kita dapat menggunakan tipologi Daniel yang tetap mengakui kepemimpinan raja-raja Babel namun menolak semua ajaran dan perintahnya yang menyimpang dari ajaran iman. Dengan kata lain, kita tetap mengakui kepemimpinan Paus tanpa harus menaati segala perintah dan ajarannya yang menyimpang, karena kita harus lebih taat kepada Tuhan dari pada kepada manusia (Kis.5:29).
Dengan berpegang pada dua prinsip tersebut, kita dapat menjadi sisa umat dengan bergabung pada komunitas Katolik tradisional yang menolak pembaharuan Konsili Vatikan II namun tetap mengakui kepemimpinan Paus. Salah satu komunitas Katolik yang memiliki ciri tersebut adalah SSPX. Jadi mereka yang ingin menjadi bagian dari sisa umat dapat bergabung di dalam komunitas SSPX.
Sayangnya, saat ini SSPX baru memiliki sekitar 700 orang imam dengan tiga orang Uskup yang harus melayani komunitas Katolik tradisional di seluruh dunia. Ini tentunya sangat tidak memadai. Di Indonesia, komunitas SSPX saat ini hanya ada di Jakarta, itupun hanya mengadakan misa sekali sebulan dengan imam yang masih harus didatangkan dari Singapura atau Filipina.
Lalu bagaimana dengan orang-orang Katolik yang ingin menjadi bagian dari sisa umat, namun mengalami kesulitan untuk menjadi bagian dari komunitas SSPX?
Solusinya adalah dengan menjadi bagian dari komunitas Katolik tradisional awam seperti komunitas LEGIO CHRISTI REGIS. Melalui komunitas ini kita berupaya menghayati iman Katolik sebagai sisa umat dengan meneladani tipologi Daniel yang setia pada imannya meski ia harus hidup di pembuangan Babel di tengah bangsa pagan. Komunitas LCR menolak Konsili Vatikan II dan seluruh pembaharuannya namun tetap mengakui kepemimpinan Paus yang sah.
Karena komunitas LCR ini bersifat online dan terbuka, maka komunitas ini dapat menjadi solusi bagi semua orang Katolik yang ingin setia pada iman para Rasul namun terkendala untuk bergabung pada komunitas-komunitas Katolik tradisional biasa seperti SSPX.
Jadi sekarang kita punya pilihan untuk menjadi bagian dari sisa umat yang setia sebagaimana yang dikehendaki Tuhan di masa kemurtadan besar ini. Kita dapat bergabung dalam komunitas Katolik tradisional SSPX jika itu memungkinkan, atau kita dapat bergabung dengan komunitas Katolik tradisional awam LEGIO CHRISTI REGIS yang dapat diakses secara online.
Dengan cara demikian kita tidak perlu gelisah atau kebingungan dengan berbagai perubahan dan pembaharuan merusak yang terjadi di Gereja Katolik seperti misalnya deklarasi FIDUCIA SUPPLICANS atau dokumen-dokumen sesat lainnya. Kita tetap dapat menjaga keselamatan jiwa yang dijanjikan Tuhan dengan berpegang teguh pada iman para Rasul sebagai sisa umat yang setia di dalam Gereja-Nya.
Terima kasih atas perhatian anda...
Viva Christo Rey!
0 Komentar