Transkrip:
Nubuat-nubuat akhir jaman
Jika kita berbicara mengenai nubuat-nubuat Kitab Suci tentang akhir jaman, sebenarnya soal waktu itu tidak pernah jelas kepastiannya. Bahkan sejak jaman para Rasul, mereka pun saat itu meyakini waktunya sudah dekat namun dalam kenyataannya berabad-abad telah berlalu tanpa terjadi pemenuhan nubuat akhir jaman tersebut.
Lalu bagaimana kita bisa yakin nubuat-nubuat tersebut dapat diterapkan pada apa yang terjadi sekarang ini? Adakah perbedaan penting antara keadaan Gereja Katolik sekarang dan Gereja Katolik di masa lalu?
Ternyata memang ada!
Faktor pembedanya adalah pesan-pesan Bunda Maria di Fatima yang disertai mujizat besar! Kita tahu jika Tuhan mengadakan mujizat yang besar pasti memiliki tujuan tertentu. Begitu juga mujizat matahari di Fatima yang diakui banyak orang sebagai mujizat terbesar yang pernah terjadi di Gereja Katolik sejak kebangkitan Tuhan. Mengingat besarnya mujizat matahari yang disaksikan puluhan ribu orang dan diliput langsung oleh berbagai media jurnalistik, cukup masuk akal jika mujizat tersebut dikatakan sebagai pemenuhan yang unik dari tanda besar di langit menurut Kitab Wahyu:
Maka tampaklah suatu TANDA BESAR di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. (Why.12:1)
Dengan alasan itu, kita dapat mengartikan mujizat besar itu sebagai suatu tanda dari surga bahwa Gereja Katolik akan segera memasuki masa akhir jaman. Dengan alasan itu, kita dapat mengartikan mujizat besar itu sebagai suatu tanda dari surga bahwa Gereja Katolik akan segera memasuki masa akhir jaman. Sebagai konsekuensinya, segala nubuat Kitab Suci yang berhubungan dengan akhir jaman juga akan tergenapi.
Mujizat itu sendiri diberikan Bunda Maria sebagai konfirmasi bahwa pesan-pesan yang diberikannya melalui Sr. Lusia dan kedua saudaranya, Yasinta dan Fransesco, adalah benar dan sangat penting. Salah satu pesan terpenting dari Bunda Maria di Fatima yang sampai sekarang masih menjadi kontroversi adalah pesan rahasia ketiga. Pesan tersebut menurut Sr. Lusia yang menerimanya, seharusnya dibuka pada tahun 1960 tapi Paus Yohanes XXIII menolak untuk membukanya. Meski akhirnya pada tahun 2000 pesan tersebut dibuka, namun banyak orang meyakini pesan ketiga itu tidak seluruhnya dibuka kepada publik. Masih ada bagian penting yang disembunyikan sampai hari ini dan menjadi kontroversi.
Kecuali para Paus dan segelintir orang yang disumpah untuk tidak membocorkannya, tidak seorang pun tahu apa isi pesan ketiga tersebut secara lengkap. Namun kita bisa menduganya dengan akal sehat:
Semua orang Katolik sepakat bahwa Konsili Vatikan II telah membawa perubahan besar pada Gereja Katolik. Bagi pendukungnya, itu perubahan yang membuat Gereja Katolik menjadi terbuka dan mampu beradaptasi dengan perkembangan jaman. Tapi bagi mereka yang setia pada iman Katolik, perubahan itu adalah penyimpangan terhadap iman para Rasul.
Bahkan dengan melihat buah-buahnya selama lebih dari 50 tahun, cukup alasan bagi kita untuk mengatakan bahwa perubahan merusak yang muncul setelah Konsili Vatikan II adalah pemenuhan dari nubuat Rasul Paulus tentang kemurtadan besar (2Tes.2:3). Kemurtadan yang dimaksud disini bukan berarti orang-orang Katolik meninggalkan Gereja, tapi terjadi penyimpanganan ajaran yang menyebabkan sebagian besar orang Katolik tidak lagi mengikuti iman yang benar! Dan karena didukung oleh hirarki dari pucuk yang tertinggi, kemurtadan besar tersebut pasti sangat membahayakan banyak jiwa.
Melihat bahaya yang sangat besar bagi Gereja-Nya, apakah Tuhan akan diam saja dan membiarkan itu terjadi? Tentu saja tidak, Tuhan mengutus Bunda-Nya untuk memperingatkan kita dan menyertainya dengan tanda besar di langit. Itulah yang terjadi di Fatima pada tahun 1917!
Maka dengan akal sehat bisa kita simpulkan bahwa melalui rahasia ketiga, Bunda Maria ingin memperingatkan Gereja tentang Konsili Vatikan II yang berupaya mengubah ajaran Gereja menuju kemurtadan! Itu sebabnya Paus Yohanes XXIII yang sudah terlanjur merencanakan Konsili Vatikan II sejak tahun 1959, menolak untuk membukanya pada tahun 1960! Demi menjalankan agenda iblis, Paus Yohanes XXIII berani menentang permintaan Bunda Maria yang ingin memperingatkan Gereja terhadap bahaya besar yang akan terjadi!
Salah satu teks penting dan paling berbahaya dari Konsili Vatikan II, yang menjadi kunci bagi dimungkinkannya perubahan ajaran Gereja adalah Dei Verbum 8. Teks tersebut mengajarkan bahwa Sabda Tuhan di dalam Gereja BERKEMBANG MENUJU KEPENUHAN, atau dengan kata lain Sabda Tuhan di dalam Gereja mengalami proses evolusi yang terus-menerus. Inilah yang menjadi dasar dari semua perubahan ajaran di dalam Gereja Katolik setelah konsili, yang sekarang terbukti telah mengarahkan Gereja pada kemurtadan besar!
Nah, sekarang melalui berbagai manuvernya, Paus Fransiskus berusaha mempercepat perubahan tersebut sehingga kemurtadan yang dihasilkan Konsili Vatikan II menjadi maksimal!
Apakah dengan demikian Gereja Sinodal alias Gereja Katolik palsu akan berhasil didirikan dan menggantikan Gereja Kristus? Tentu Tuhan tidak akan mengijinkannya! Sebaliknya Gereja Katolik palsu itulah yang akan hancur, entah karena kesalahannya sendiri akibat berbagai perubahan merusak yang dilakukannya, karena faktor serangan dari luar, atau karena Tuhan yang menghancurkannya!
Pada tahun 1929, masih dalam kaitannya dengan pesan-pesan di Fatima, Bunda Maria memberi pesan pada Sr. Lusia untuk meminta Paus mengkonsekrasi Rusia pada Hatinya yang Tak Bernoda. Sementara itu dalam kesempatan lain, Tuhan Yesus juga berpesan kepada Sr. Lusia agar Paus mengambil pelajaran dari kegagalan Raja Louis XIV memenuhi permintaan Tuhan melalui St. Maria Margareta Alacoque untuk mengkonsekrasi Kerajaannya pada Hati Kudus Yesus pada tahun 1689. Tepat 100 tahun setelah itu, yaitu pada tahun 1789, terjadi Revolusi Perancis yang mengakhiri Kerajaan Perancis dan Raja Louis XVI dipenggal kepalanya beberapa tahun kemudian!
Secara implisit itu berarti permintaan Bunda Maria untuk mengkonsekrasi Rusia juga memiliki batas waktu selama 100 tahun, yaitu hingga tahun 2029! Apabila permintaan itu tidak dipenuhi sampai dengan tahun 2029, maka akan terjadi sesuatu yang buruk pada Gereja Katolik!
Sejauh ini upaya para Paus untuk mengkonsekrasi Rusia memang belum pernah dilakukan sesuai permintaan Bunda Maria. Ini termasuk konsekrasi yang dilakukan Paus Fransiskus pada tahun 2022 lalu. Kemungkinan besar Paus Fransiskus tidak akan mengulanginya lagi karena hal itu berarti dia harus mengakui konsekrasi sebelumnya tidak dilakukan dengan benar!
Konsekuensinya, jika tidak ada Paus baru yang mengkonsekrasi Rusia sesuai dengan permintaan Bunda Maria sampai dengan tahun 2029, akan terjadi sesuatu yang buruk pada Gereja Katolik seperti halnya Kerajaan Perancis yang dihancurkan oleh Revolusi Perancis! Kerajaan Perancis hancur dan menghilang dari panggung sejarah tidak lama setelah Revolusi Perancis, maka demikian juga Gereja Katolik akan mengalami kehancuran tidak lama setelah tahun 2029.
Tentu saja yang dimaksud disini adalah Gereja Katolik palsu atau Gereja Konsili, karena berdasarkan janji Tuhan, Gereja Katolik yang setia pada iman para Rasul tidak akan pernah terkalahkan dan akan tetap bertahan sampai akhir jaman!
Kita juga bisa melihat akhir dari era Konsili Vatikan II ini dari sisi lain...
Ketika berbicara tentang akhir jaman Tuhan kita berkata:
"Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel -- para pembaca hendaklah memperhatikannya --..." (Mat.24:15)
Secara khusus Tuhan Yesus mengkaitkan keadaan akhir jaman dengan nabi Daniel! Itu berarti bahwa situasi akhir jaman bisa dipahami dengan baik melalui nubuat nabi Daniel! Bahkan tidak hanya itu, keadaan akhir jaman ternyata juga dapat dipahami dengan baik melalui TIPOLOGI kehidupan nabi Daniel.
Misalnya saja:
Keadaan dimana kaum tradisionalis Katolik yang setia pada iman para Rasul harus hidup di tengah Gereja Konsili yang murtad, mendapatkan tipologinya yang tepat pada Daniel dan teman-temannya yang harus hidup menjaga iman mereka di tengah bangsa Babel yang pagan! Penolakan kaum tradisionalis pada Konsili Vatikan II dan pembaharuannya yang sesat juga cocok dengan tipologi Daniel dan teman-temannya yang menolak tunduk pada dewa-dewa dan ritual pagan orang Babel! Bahkan sikap kaum tradisionalis yang tetap mengakui Paus serta hirarki yang sah, dengan demikian menolak menjadi sedevakantis, dapat memperoleh pembenarannya pada tipologi Daniel yang tetap setia mengabdi pada raja-raja Babel!
Selanjutnya, jika kehidupan nabi Daniel di pembuangan Babel menjadi tipologi yang tepat bagi keadaan sisa umat di tengah Gereja Konsili, maka ada cukup alasan bagi kita untuk mengambil masa pembuangan Babel sebagai tipologi bagi masa berkuasanya Gereja Konsili yang dalam Kitab Wahyu juga disebut sebagai Babel besar (Why.17:5)! Karena masa pembuangan Babel berlangsung kira-kira 70 tahun lamanya, maka Gereja Konsili juga hanya akan berkuasa sekitar 70 tahun!
Jika masa berkuasanya Gereja Konsili kita hitung mulai dari pembukaan Konsili Vatikan II pada tahun 1962, maka masa 70 tahun berkuasanya Gereja Konsili akan berakhir kurang lebih tahun 2032! Ini sejalan dengan pesan Bunda Maria pada Sr. Lusia tentang konsekrasi Rusia yang secara implisit mengisyaratkan akhir Gereja Konsili terjadi tidak lama setelah tahun 2029 jika permintaan itu tidak dipenuhi!
Sekarang mari kita kembali pada pernyataan Uskup Agung Vigano tentang upaya Paus Fransiskus menyingkirkan kaum tradisionalis...
Pembatasan Misa Latin Tradisional melalui Traditiones Custodes yang dimaksudkan sebagai bagian dari rencana Paus Fransiskus untuk menghabisi kaum tradisionalis, ternyata juga menjadi pemenuhan nubuat nabi Daniel! Menurut Traditiones Custodes, misa blasteran Novus Ordo adalah satu-satunya lex orandi bagi Gereja. Artinya, oleh Gereja Konsili misa blasteran Novus Ordo dimaksudkan sebagai pengganti dari Misa Latin Tradisional atau misa apostolik. Ini adalah pemenuhan nubuat nabi Daniel tentang ibadat fasik yang menggantikan korban sehari-hari:
Suatu kebaktian diadakan secara fasik menggantikan korban sehari-hari, kebenaran dihempaskannya ke bumi, dan apa pun yang dibuatnya, semuanya berhasil. (Dan.8:12).
Jika Traditiones Custodes berhasil diterapkan secara maksimal itu berarti Misa Latin Tradisional akan ditiadakan atau dilarang sama sekali, dan digantikan oleh misa blasteran Novus Ordo sebagai satu-satunya lex orandi Gereja. Selanjutnya, penghentian atau pelarangan Misa Latin Tradisional itu akan menjadi penggenapan dari nubuat nabi Daniel tentang ditiadakannya korban sehari-hari:
Sejak dihentikan korban sehari-hari dan ditegakkan dewa-dewa kekejian yang membinasakan itu ada seribu dua ratus dan sembilan puluh hari. Berbahagialah orang yang tetap menanti-nanti dan mencapai seribu tiga ratus tiga puluh lima hari. (Dan.12:11-12).
Bersamaan dengan pelarangan Misa Latin Tradisional atau misa apostolik, sakramen-sakramen tradisional Katolik juga tidak dapat dilakukan. Atau dengan kata lain kaum tradisionalis Katolik kelak harus bertahan hidup di 'bawah tanah' tanpa bisa menyelenggarakan Misa, dan bahkan tanpa ada sakramen-sakramen gerejawi! Ini juga digambarkan secara simbolik dalam Kitab Wahyu dengan diselamatkannya perempuan (sebagai tipologi sisa umat Gereja Kristus) ke padang gurun:
Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa. (Why.12:14)
Kondisi pengasingan di padang gurun ini mengingatkan kita pada kisah St. Paulus dari Thebes yang terpaksa mengungsi ke padang gurun selama 90 tahun lamanya tanpa pernah punya kesempatan mengikuti Misa kudus dan juga tanpa akses terhadap semua sakramen gerejawi! Jadi diungsikannya perempuan ke padang gurun dalam Kitab Wahyu adalah simbol terputusnya sisa umat Tuhan dari Misa kudus dan semua sakramen-sakramen gerejawi!
Menurut nubuat nabi Daniel pelarangan Misa Latin Tradisional dan sakramen-sakramen gerejawi itu berlangsung selama 1290 hari atau sekitar 3,5 tahun. Ini ternyata juga sesuai dengan lamanya pengasingan perempuan ke padang gurun selama 3,5 masa! Itulah masa kegelapan bagi Gereja Katolik yang dapat juga kita sebut sebagai masa 'kematian' bagi Mempelai Kristus!
Lalu mengapa hanya 1290 hari atau 3,5 tahun? Apakah Gereja Konsili berubah pikiran dan mengakhiri larangan terhadap misa apostolik? Tentu saja tidak! Pelarangan itu berakhir karena Gereja Konsili yang melakukan pelarangan tersebut pada akhirnya mengalami kehancuran!
Juga menurut Nabi Daniel, Tuhan menghendaki kita dapat bertahan melewati kondisi itu hingga 1335 hari. Dengan demikian mereka yang mampu melewati masa kegelapan Gereja, yaitu mampu bertahan tetap setia dalam iman meski tanpa Misa kudus dan sakramen-sakramen gerejawi, akan mengalami keadaan dimana Gereja Katolik dipulihkan kembali dalam seluruh kemuliaannya! Itulah masa kebangkitan bagi Mempelai Kristus!
Jadi sama seperti Yesus Kristus mengalami wafat di kayu salib dan kemudian bangkit, Mempelai-Nya juga akan mengalami kematian lalu kemudian dibangkitkan!
Yang menjadi pertanyaan besar bagi kita: bagaimanakah kaum tradisionalis Katolik dapat bertahan selama 3,5 tahun tanpa Misa Kudus dan tanpa sakramen-sakramen gerejawi? Itu akan menjadi tugas penting bagi setiap komunitas Katolik tradisionalis untuk menjawabnya.
Dalam Kitab Wahyu Tuhan sudah mengingatkan:
"Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya..." (Why.16:15).
Tanpa perlu mengetahui kapan tepatnya masa 'kematian' Mempelai Kristus akan terjadi, tentu suatu hal yang baik jika kita mempersiapkan diri untuk tetap setia dalam iman Katolik yang kokoh pada situasi terburuk!
Bagi komunitas LEGIO CHRISTI REGIS, masalah tersebut akan menjadi topik pembahasan internal dan bagian dari proses pembentukan sisa umat. Jika anda tertarik untuk menjadi sisa umat yang siap untuk dapat bertahan di masa kegelapan Gereja, yaitu menjadi umat Katolik yang mampu setia dalam iman meski dihadapkan pada kondisi terburuk sekalipun, anda dapat bergabung dengan komunitas LEGIO CHRISTI REGIS. Kita bersama-sama akan mempersiapkan diri untuk itu!
Apa yang dapat kita simpulkan dari sini?
Tanggapan keras Uskup Agung Vigano tentang rencana Paus Fransiskus untuk melakukan berbagai perubahan yang merusak Gereja, pada akhirnya membawa kita untuk memahami apa yang terjadi di Gereja Katolik saat ini dalam konteks pemenuhan nubuat akhir jaman.
Tapi kami perlu memberikan catatan bahwa apa yang kami sampaikan tadi bersifat kondisional atau bersyarat. Pertama, jika konsekrasi Rusia seperti yang diminta oleh Bunda Maria tidak juga dipenuhi hingga tahun 2029! Dan kedua, jika penghentian atau pelarangan Misa Latin Tradisional benar-benar terjadi seperti yang dinubuatkan nabi Daniel! Dalam kondisi demikian maka penghakiman terhadap Gereja Konsili alias Gereja Katolik palsu, PASTI akan terjadi.
Soal waktu bisa saja ada pergeseran dari apa yang sudah kami sampaikan tadi, tapi tidak akan banyak. Segala perubahan buruk di Gereja Konsili yang saat ini terjadi dan masih akan terjadi menunjukkan bahwa akhir dari Gereja Konsili sudah mulai terlihat.
Sejarah mengajarkan kita bahwa dekadensi iman dan moral selalu mendahului kehancuran suatu bangsa. Itu terjadi pada bangsa Yahudi sebelum kehancuran Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 M, dan pada Kekaisaran Romawi menjelang keruntuhannya di abad 5. Kemungkinan sangat besar hal itu juga akan terjadi pada Gereja Konsili! Dengan berbagai perubahan merusak yang dibuatnya sendiri, hampir mustahil Gereja Konsili masih mampu bertahan lebih dari 10 tahun lagi.
Akhirnya yang paling penting dari semua itu adalah mengenali tanda-tanda jaman dan memanfaatkannya dengan baik untuk menjadi sisa umat Tuhan yang mampu bertahan di masa terburuk jika itu terjadi. Dan terutama agar kita dapat ikut serta memulihkan kembali Gereja Kristus setelah semuanya itu berlalu. Tuhan menghendaki itu sebagai pemenuhan janji-Nya bahwa Gereja yang didirikan-Nya tidak akan terkalahkan hingga akhir jaman.
Dari apa yang sudah kita bahas dan dengan memperhatikan apa yang terjadi di Gereja Katolik saat ini, kita punya cukup alasan untuk percaya bahwa kita sedang hidup di masa penggenapan nubuat-nubuat akhir jaman. Adalah pilihan bijak jika kita mempersiapkan diri agar mampu melewati segala sesuatunya di dalam iman Kristen yang kokoh, demi keselamatan jiwa kita masing-masing, keselamatan jiwa orang-orang yang kita kasihi, dan demi kejayaan Gereja Kristus!
Dengan alasan tersebut kami mengundang anda yang sungguh mencintai Gereja Katolik untuk bergabung dalam komunitas LEGIO CHRISTI REGIS. Ini adalah komunitas Katolik tradisionalis berbasis umat awam yang bersifat independen namun tetap setia sepenuhnya pada Gereja Katolik. Link untuk bergabung ada di keterangan video atau di komentar teratas.
Melalui komunitas LEGIO CHRISTI REGIS, dengan pertolongan rahmat Tuhan, kita bersama-sama akan berusaha menjadi bagian dari sisa umat-Nya yang setia, bahkan dalam situasi terburuk, sehingga kelak kita diperkenankan ikut serta membangun kembali Gereja-Nya!
Terima kasih atas perhatian anda...
Viva Christo Rey!
0 Komentar