Mujizat Fatima dan Pemulihan Gereja Katolik | Membongkar Penglhianatan Para Paus Konsili Vatikan II


 Transkrip video:

Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...

Tak banyak yang menyadari bahwa mujizat besar yang terjadi di Fatima pada tahun 1917, sebenarnya tidak hanya ditujukan bagi orang-orang Katolik saja, tapi secara implisit juga bagi semua orang! 

Misalnya saja, dalam salah satu pesannya Bunda Maria menyebutkan tentang pertobatan Rusia yang artinya pertobatan Gereja Ortodoks Rusia ke dalam Gereja Katolik. 

Demikian juga nama kota dimana mujizat besar itu terjadi, Fatima. Dari sekian banyak kota-kota di Portugal, Bunda Maria sengaja memilih sebuah kota yang dari namanya sangat berbau Islam. Bagi kaum muslim, nama Fatima sangat dikenal karena itu adalah nama salah seorang putri dari Muhamad, nabi Islam.

Selain itu mujizat tersebut dilaporkan kebenarannya oleh surat kabar milik kaum freemason yang sangat anti-Katolik, dan ditonton oleh banyak orang atheis yang ingin membuktikan kebohongan mujizat tersebut.

Dari sini bisa kita simpulkan bahwa mujizat besar di Fatima pada tahun 1917 tidak hanya ditujukan bagi orang-orang Katolik, tapi juga bagi orang-orang Kristen non-Katolik, orang-orang non-Kristen, kelompok anti-Katolik, bahkan juga bagi mereka yang atheis. Singkatnya, mujizat di Fatima berikut pesan-pesan Bunda Maria sebenarnya ditujukan bagi kepentingan seluruh manusia! Hal ini dapat kita mengerti dengan baik kalau kita memahaminya dalam konteks nubuat Kitab Suci dan seluruh rencana keselamatan!

Kita akan mulai dengan memahami perlunya Gereja Katolik sebagai satu-satunya sarana keselamatan!

Sejak kejatuhan Adam ke dalam dosa, relasi antara Tuhan dan manusia menjadi rusak. Tuhan ingin memulihkan kerusakan itu dengan mengajarkan kembali seluruh hukum dan kebenaran-Nya melalui Sabda Tuhan yang disampaikan oleh para nabi. Rangkaian Sabda Tuhan yang diterima para nabi selama hampir 15 abad itu akhirnya digenapi dengan sempurna melalui inkarnasi Tuhan dan karya penebusan salib-Nya dua ribu tahun yang lalu.

Sabda Tuhan yang utuh sempurna dan karya penebusan salib Kristus inilah yang akan memulihkan keadaan manusia kembali pada keadaan seperti sebelum kejatuhan Adam. Untuk menjamin agar Sabda dan kebenaran-Nya yang sempurna serta rahmat dari karya penebusan salib Kristus ini dapat terus dinyatakan pada manusia secara turun-temurun tanpa berubah sampai akhir jaman, maka Tuhan mendirikan Gereja-Nya dengan Petrus sebagai pemimpin untuk mewakili Diri-Nya (Mat.16:18). Melalui Gereja Katolik inilah seluruh Sabda dan kebenaran Tuhan yang utuh serta semua rahmat yang dibutuhkan bagi keselamatan tersedia bagi semua manusia dari jaman ke jaman! Dari sini kita dapat memahami kebenaran dogma di luar Gereja tidak ada keselamatan!

Tapi apakah iblis akan tinggal diam melihat Tuhan berupaya memulihkan apa yang dia rusak? Tentu saja tidak! 

Maka dalam sejarahnya sampai hari ini, iblis selalu berupaya menghancurkan Gereja Katolik dengan berbagai cara. Baik itu dengan serangan dari dalam melalui berbagai upaya perpecahan bidat dan skisma dalam Gereja, maupun serangan dari luar melalui munculnya agama-agama non-Kristen seperti Islam, new-age, dan lain-lain, berkembangnya ideologi-ideologi sesat, atau juga melalui berbagai serangan fisik dalam bentuk kerusuhan sipil dan serangan militer.

Semua upaya iblis untuk menghancurkan Gereja Katolik tersebut berhasil diatasi dengan baik. Hingga memasuki abad 20 Gereja Katolik tetap berdiri kokoh dan menjadi agama yang terbesar dan terkuat di dunia! Namun iblis masih menyimpan sebuah serangan mautnya yang terakhir dan paling merusak. 

Serangan dari luar Gereja, baik itu dari agama-agama baru maupun dari kekuatan militer dan otoritas sipil terbukti tidak menggoyahkan Gereja Katolik. Begitu juga serangan dari dalam, baik itu pengkhianatan para imam seperti Arius dan Martin Luther, pengkhianatan para Uskup seperti Nestorius dan skisma Ortodoks, dan pembangkangan penguasa sipil seperti Raja Henri VIII, juga tidak membuat Gereja Katolik runtuh.

Tapi serangan terakhir ini pasti akan memberikan pukulan terberat bagi Gereja: yaitu pengkhianatan para Paus! Jika rencana tersebut berhasil dilakukan maka secara teoritis Gereja Katolik hanya akan tinggal nama karena seluruh ajarannya akan diubah dengan leluasa dan menjadi berbeda dari apa yang diwariskan sejak jaman para Rasul! Serangan itulah yang sudah dilakukan oleh iblis melalui organisasi rahasia freemason selama beberapa abad, dengan cara menyusupkan pengikut-pengikutnya ke dalam hirarki Gereja. Tujuan utama dari penyusupan ini tidak lain adalah untuk menduduki jabatan kunci di hirarki dan termasuk juga menduduki kepausan, sehingga menjadi pembuka jalan untuk mengubah seluruh ajaran Gereja!

Lalu bagaimana Gereja Katolik dapat bertahan jika penyusupan itu berhasil dan jabatan kepausan serta jabatan kunci di hirarki diduduki oleh musuh-musuh Gereja yang ingin mengubah ajarannya? Tentunya hampir mustahil Gereja Katolik dapat selamat dari serangan berat semacam ini!

Dalam konteks itulah pesan-pesan Bunda Maria di Fatima yang dikonfirmasi dengan mujizat besar harus kita pahami. Melalui pesan-pesannya, Bunda Maria bermaksud memperingatkan dan sekaligus menyelamatkan Gereja Katolik dari serangan iblis yang terberat di sepanjang sejarahnya, yaitu pengkhianatan para Paus dan upaya untuk mengubah ajaran iman Gereja!

Tapi mengapa Bunda Maria?

Di kayu salib, Tuhan Yesus sudah menetapkan Bunda Maria sebagai ibu bagi Gereja-Nya (Yoh.19:26-27). Lalu dalam Kitab Kejadian Tuhan sudah menubuatkan perseteruan perempuan melawan ular, dan perempuan itu akan meremukkan kepala ular (Kej.3:15). Disini perlu kami beri catatan, bahwa dalam Kitab Suci terjemahan versi Protestan, yang meremukkan kepala ular adalah keturunan perempuan. Gereja Ortodoks yang mengikuti Kitab Suci terjemahan Yunani Septuaginta juga berkeyakinan bahwa yang meremukkan kepala ular adalah keturunan perempuan.

Tapi dalam Kitab Suci terjemahan versi Katolik yang didasarkan pada terjemahan versi Latin Vulgata dari St. Hieronimus, yang meremukkan kepala ular adalah perempuan. Terjemahan Katolik ini lebih masuk akal dan benar karena yang dinubuatkan untuk bertempur melawan ular adalah perempuan, bukan keturunannya. Maka logikanya yang akan meremukkan kepala ular tentu adalah sang perempuan, bukan keturunannya! Sebagai konsekuensinya, peran Bunda Maria sebagai perempuan yang akan meremukkan kepala ular atau mengalahkan iblis hanya dipahami dengan baik dalam teologi Gereja Katolik.

Jadi dalam tugasnya sebagai ibu bagi Gereja Katolik dan juga sebagai perempuan yang akan meremukkan kepala ular ini, Bunda Marialah yang memperingatkan Gereja Katolik terhadap bahaya besar yang sedang mengancam eksistensinya dan sekaligus menolongnya untuk kembali pulih! Oleh karenanya pesan-pesan Bunda Maria di Fatima pertama-tama harus dipahami sebagai peringatan akan bahaya besar yang mengancam Gereja Katolik melalui pengkhianatan para Paus dan upaya untuk mengubah ajaran Gereja.

Ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Kardinal Eugenio Pacelli yang kemudian menjadi Paus Pius XII, "Saya khawatir dengan pesan-pesan Bunda Maria melalui Sr. Lusia di Fatima. Kegigihan pesan Bunda Maria tentang bahaya yang mengancam Gereja adalah pesan ilahi tentang bahaya fatal yang melibatkan upaya mengubah iman, liturgi, teologi, dan jiwa Gereja..."

Memang soal pengkhianatan Paus tidak disebutkan, tapi hal tersebut bisa kita simpulkan dari penalaran akal sehat. Jika upaya untuk mengubah ajaran dan iman Gereja itu dilakukan oleh imam atau uskup, Bunda Maria tidak perlu turun tangan karena dalam sejarahnya Gereja Katolik sudah terbukti mampu mengatasinya dengan baik. Tapi jika pengkhianatan itu dilakukan oleh para Paus, tak ada pilihan lain kecuali Bunda Maria harus turun tangan langsung untuk menolong Gereja yang adalah anak-anaknya. Maka perubahan ajaran iman, liturgi, dan teologi Gereja seperti yang dikhawatirkan Paus Pius XII hanya mungkin terjadi jika Paus berkhianat dan ikut terlibat di dalamnya!

Tampaknya bahaya pengkhianatan Paus dan upaya untuk mengubah ajaran Gereja ini terkandung dalam pesan rahasia yang ketiga. Bunda Maria menghendaki pesan ketiga tersebut dibuka pada tahun 1960 dengan alasan: maksud dari pesan tersebut akan menjadi jelas pada saat itu. Sayang sekali tanpa alasan yang kuat dan masuk akal Paus Yohanes XXIII menentang permintaan Bunda Maria dengan menolak membuka pesan tersebut pada tahun 1960.

Jika kita melihat apa yang terjadi setelah itu, yaitu Konsili Vatikan II yang ternyata memang terbukti berupaya mengubah ajaran Gereja Katolik dengan dalih aggiornamento, maka kemungkinannya sangat besar bahwa pesan ketiga memang berupaya memperingatkan Gereja tentang upaya pengkhianatan Paus untuk mengadakan konsili sesat tersebut. Tidak heran jika Paus Yohanes XXIII yang menggagas Konsili Vatikan II menolak untuk membuka rahasia ketiga pada tahun 1960 karena ia tidak ingin konsili sesat rancangannya yang akan mengubah ajaran Gereja tersebut dibatalkan!

Tapi apakah dengan demikian Gereja Katolik berhasil dihancurkan?

Ternyata tidak juga, karena dalam salah satu pesannya Bunda Maria mengatakan, "... pada akhirnya Hatiku yang Tak Bernoda akan menang!" Artinya sang perempuan berhasil meremukkan kepala ular sesuai nubuat Kitab Suci, yaitu Bunda Maria akan menang terhadap semua tipu-daya dan rencana iblis yang berupaya menghancurkan Gereja. Dan tentu sebagai konsekuensinya Gereja Katolik akan berhasil dipulihkan kembali dalam seluruh kemuliaannya.

Maka dari itu selain sebagai peringatan terhadap bahaya besar yang mengancam Gereja, pesan-pesan Bunda Maria di Fatima juga harus dipahami sebagai upaya untuk memulihkan Gereja Katolik agar kembali pada kemuliaannya semula sebagai Mempelai Kristus! Kuncinya terletak pada permintaan Bunda Maria kepada Paus untuk mengkonsekrasi Rusia pada Hatinya yang Tak Bernoda. Sayang sekali beberapa Paus yang berupaya melakukan konsekrasi, mulai dari Paus Pius XII sampai Paus Fransiskus, gagal melakukannya dengan benar sesuai permintaan.

Agar konsekrasi itu valid sesuai permintaan, kedua hal ini MUTLAK harus dilakukan:

1. Paus harus melakukan konsekrasi dengan menyebut nama negara Rusia sebagai satu-satunya obyek konsekrasi, tanpa dikurangi atau ditambah.

2. Paus harus memerintahkan semua uskup Gereja Katolik untuk ikut serta bersamanya dalam melakukan konsekrasi. Perlu dicatat, yang diminta Bunda Maria adalah Paus memerintahkan semua Uskup, bukan sekedar mengajak atau menghimbau mereka.

Kedua syarat tersebut dimaksudkan untuk memulihkan kembali martabat Paus sebagai penerus Petrus yang adalah WAKIL KRISTUS di dunia! Sebagai Wakil Kristus, Paus harus memiliki wibawa atas semua pemerintahan sipil di dunia (termasuk Rusia) dan juga memiliki otoritas atas semua Uskup. Itu ditunjukkan secara simbolik dengan cara memerintahkan semua Uskup untuk ikut serta bersamanya mengkonsekrasi Rusia kepada Hati Tak Bernoda Bunda Maria!

Jika itu berhasil dilakukan maka Gereja Ortodoks akan memperoleh rahmat khusus untuk bertobat dan kembali ke dalam Gereja Katolik. Tindakan ini kemudian diikuti semua gereja-gereja serta komunitas Kristen lain yang bertobat meninggalkan kesesatan mereka dan kembali bersatu di dalam Gereja Katolik. 

Selanjutnya, pulihnya persatuan Kristen di bawah Gereja Katolik ini akan mengakibatkan semua musuh-musuh Gereja berhasil dikalahkan yang ditandai dengan pertobatan semua orang kepada Kristus dan dunia memasuki masa damai. Itulah kemenangan bagi Hati Tak Bernoda Bunda Maria yang sudah dinubuatkan dalam pesan Bunda Maria di Fatima pada tahun 1917 dan juga sudah dinubuatkan dalam Kitab Kejadian ribuan tahun lalu!

Seperti yang tadi sudah kami sebutkan, para Paus yang mencoba menuruti permintaan Bunda Maria, belum satupun yang melakukan konsekrasi Rusia ini dengan benar. Paus Pius XII dalam konsekrasinya menyebut rakyat Rusia bukan negara Rusia. Kemudian Paus Yohanes Paulus II mengkonsekrasi dunia, bukan Rusia. Selanjutnya Paus Fransiskus mengkonsekrasi Rusia dan Ukraina! Baik Paus Pius XII, Paus Yohanes Paulus II maupun Paus Fransiskus, ketiganya tidak memerintahkan semua Uskup Gereja Katolik di dunia untuk ikut serta melakukan konsekrasi. Itu semua jelas tidak sesuai dengan permintaan Bunda Maria yang bermaksud memulihkan wibawa Paus sebagai pemimpin Gereja Katolik dan sekaligus Wakil Kristus di dunia!

Jadi tidak heran jika janji-janji Bunda Maria yang akan membawa pemulihan Gereja serta perdamaian dunia belum juga terwujud hingga saat ini. Bahkan dengan Sinode Untuk Sinodalitas yang sedang berlangsung, perusakan terhadap Gereja Katolik tidak terbatas pada ajarannya yang semakin menyimpang, tapi juga struktur Gereja Katolik sedang diubah secara radikal dengan meninggalkan bentuknya yang hirarkis-monarkis menjadi kolegial dan demokratis!

Lalu apa yang harus kita lakukan?

Meskipun tampaknya keadaan Gereja Katolik semakin memburuk dan menuju pada kehancurannya sendiri, harapan untuk kembali dipulihkannya Gereja Kristus tetap ada karena pada akhirnya Hati Tak Bernoda Bunda Maria akan menang. Hal itu juga sesuai dengan janji Tuhan sendiri bahwa Gereja-Nya tidak akan terkalahkan sampai akhir jaman. Dalam pesannya kepada Sr. Lusia, Bunda Maria mengatakan bahwa konsekrasi tersebut pada akhirnya berhasil dilakukan oleh Paus meski terlambat.

Mengapa dikatakan terlambat?

Seperti halnya kegagalan Raja Louis XIV pada tahun 1689 memenuhi permintaan untuk mengkonsekrasi Kerajaannya kepada Hati Kudus Yesus memiliki tenggat waktu 100 tahun sebelum terjadi bencana Revolusi Perancis tahun 1789, begitu juga permintaan Bunda Maria pada tahun 1929 untuk mengkonsekrasi Rusia memiliki tenggat waktu 100 tahun, yaitu sampai dengan tahun 2029.

Karena konsekrasi tersebut pada akhirnya berhasil dilakukan meski terlambat, itu artinya permintaan Bunda Maria baru berhasil dilakukan oleh seorang Paus setelah tahun 2029. Dengan demikian Gereja Katolik akan melewati masa pemurniannya terlebih dahulu dengan cara yang sangat berat. Bagaikan lalang yang dikumpulkan untuk dibakar, demikianlah para pengkhianat dan penyesat di dalam Gereja Katolik, yaitu mereka yang mendukung Konsili Vatikan II dan seluruh pembaharuannya yang merusak, akan dimusnahkan dalam masa pemurnian tersebut jika mereka tidak bertobat!

Selanjutnya, hanya gandum yang berakar kuat saja yang akan tetap tinggal di ladang dan kembali bertumbuh memenuhi ladang! Itulah para sisa umat Kristus, yaitu mereka (baik awam maupun klerus) yang setia pada iman para Rasul dan berakar kokoh dalam hidup doa. Melalui sisa umat yang setia inilah kelak akan muncul para Uskup dan Paus yang suci, yang akan memenuhi permintaan Bunda Maria dan memulihkan segala sesuatu di dalam Kristus. Setelah segala sesuatu dipulihkan di dalam Kristus maka damai sejahtera akan hadir di muka bumi sebagai pemenuhan dari permohonan yang selalu kita ucapkan dalam Doa Bapa kami: datangnya Kerajaan Allah di bumi!

Secara ringkas tujuan dari pesan Bunda Maria di Fatima kurang lebih memiliki alur seperti ini: peringatan akan bahaya besar yang mengancam Gereja Katolik, pesan untuk pertobatan dan pemulihan Gereja Katolik, terwujudnya persatuan Kristen, dikalahkannya kuasa dan tipu-daya iblis, pertobatan semua orang kepada Kristus, dan perdamaian dunia atau terwujudnya Kerajaan Allah di bumi.

Nah, sesuai nubuat Rasul Paulus (Rm.11:2-5), dalam keadaan sesulit apapun Tuhan akan menjaga sisa umat-Nya yang setia. Jadi dengan memilih untuk tetap setia pada iman para Rasul dan membangun semangat hidup doa, sebenarnya kita telah ikut serta memelihara asa Gereja Kristus untuk tetap eksis melewati krisisnya yang terberat hingga akhirnya dipulihkan kembali. 
Menjadi sisa umat yang setia adalah cara terbaik untuk menerapkan semangat pesan Bunda Maria di Fatima yang akan memusnahkan segala kerusakan Gereja, memulihkan persatuan Kristen, mempertobatkan semua bangsa kepada Kristus, dan menghadirkan damai sejahtera di bumi sebagai buah dari dipulihkannya segala sesuatu di dalam Kristus!

Terima kasih atas perhatian anda...

Viva Christo Rey!  

Posting Komentar

0 Komentar