Siapakah Pengikut YUDAS Jaman Ini?


Transkrip video:

Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...

Video ini saya buat untuk menanggapi video Rm. Aba dari channel 'romo ndeso' yang secara implisit terkesan menempatkan channel CN sebagai pembenci hirarki, suka memperolok Gereja, bahkan berperilaku seperti Yudas karena banyak konten-konten channel CN yang sering melakukan otokritik terhadap apa yang terjadi di Gereja.

Apakah benar demikian?

Untuk memahami persoalan ini dengan lebih baik, saya mengajak kita semua merenungkan perumpamaan Injil yang terkenal, yaitu tentang orang Samaria yang baik hati.

Dikisahkan seseorang yang dalam perjalanan dari Yerusalem menuju Yerikho jatuh ke tangan perampok yang merampas semua barang-barangnya lalu memukulinya habis-habisan. Lewatlah seorang imam, tapi imam itu hanya melihat lalu pergi meninggalkannya. Kemudian lewat seorang Lewi, tapi iapun juga hanya melihat dan segera meninggalkannya. Selanjutrya datang seorang Samaria, melihat keadaan orang yang terluka parah itu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia berhenti dan menolong orang itu, lalu membawanya ke tempat penginapan agar mendapatkan perawatan.

Sedikit berbeda dengan Injil, disini pertanyaannya adalah siapakah orang yang terluka parah dan barang-barangnya dirampok habis-habisan itu?

Orang yang terluka parah dan barangnya dirampok itu tidak lain adalah Gereja Katolik yang saat ini sedang mengalami penderitaan Kalvarinya. Setelah Konsili Vatikan II, kekayaan liturginya yang berusia 19 abad dirampok habis oleh misa blasteran Novus Ordo. Kekayaan ajaran iman para Rasul yang dimilikinya sebagai kebenaran mutlak yang menyelamatkan manusia juga dirampok habis oleh modernisme. Begitu juga kekuatan dan daya penginjilan yang dimilikinya sebagai Amanat Agung Sang Kristus babak belur dan kini terkulai lemah akibat serangan ekumenisme dan kebebasan beragama.

Itulah yang terjadi dengan Gereja Katolik kita...

Seperti imam dalam perumpamaan tadi yang hanya melihat lalu pergi meninggalkan orang yang terluka parah itu, begitu juga banyak klerus Gereja Katolik melakukan hal serupa ketika dihadapkan pada kondisi Gereja Katolik yang tengah terluka parah dalam penderitaan Kalvarinya. Mereka tidak mau ambil resiko terlibat masalah, lalu memilih berpaling dan pergi untuk mempersiapkan homili tentang "Bagaimana membangun kecintaan pada Gereja", atau untuk mempersiapkan perayaan liturgi misa blasteran Novus Ordo yang meriah, atau menyibukkan diri dalam kegiatan diskusi komunitas lintas agama... Pokoknya apapun yang dapat dijadikan dalih mengapa mereka tidak peduli pada keadaan Gereja yang tengah mengalami krisis parah...

Dan seperti orang Lewi, begitu juga banyak umat Katolik yang tidak peduli pada keadaan Gereja yang sedang sekarat. Akibat katekese klerus-klerus Gereja Katolik yang mengajarkan, "..pokoknya taat pada hirarki atau magisterium..." mereka pun tidak peduli pada segala kerusakan, masalah, dan krisis yang menimpa Gereja dengan dalih demi ketaatan pada hirarki dan magisterium.

Tapi untungnya selalu ada orang Samaria, yaitu mereka yang bukan siapa-siapa tapi membiarkan diri mereka dipakai Tuhan untuk peduli pada keadaan Gereja. Dalam segala keterbatasannya mereka berani mengambil resiko dengan membongkar kebobrokan-kebobrokan yang terjadi di dalam Gereja dan kemudian ikut serta memulihkannya.

Kami channel CN, dengan pertolongan rahmat Tuhan memilih untuk menjadi orang Samaria itu. Kami bukan siapa-siapa, kami hanya awam biasa yang tidak memiliki latar belakang pendidikan formal dalam bidang teologi ataupun filsafat. Yang kami punya hanyalah hati yang terbakar hangus oleh cinta kepada Tuhan. Dan cinta kepada Tuhan itulah yang mencegah kami untuk bersikap diam atau berpaling dari Gereja yang tengah mengalami luka parah dalam penderitaan Kalvarinya. 

Kita hanya dapat memperbaiki sesuatu kalau kita tahu dimana kerusakannya. Begitu juga kita hanya dapat ikut serta memulihkan keadaan Gereja jika kita tahu kerusakan apa saja yang dialami Gereja dan apa penyebabnya. Maka mau tidak mau, suka atau tidak suka, upaya untuk peduli dan ikut serta memulihkan Gereja Kristus dari segala kerusakan pasti melibatkan juga upaya untuk membongkar segala masalah yang ada dan mencari tahu penyebabnya.

Apakah itu berarti kita membenci para klerus, uskup, atau bahkan Bapa Paus? Sama sekali tidak. Kita harus bersikap dewasa agar mampu membedakan bagaimana membenci suatu pelanggaran tanpa membenci pelakunya.

Beberapa tahun lalu channel CN punya seri andalan berupa video-video apologetika kontra Islam dimana saya membongkar habis kesesatan ajaran Islam. Apakah dengan demikian saya membenci Islam? Tidak hanya Islam, saya membenci semua ajaran apapun yang bertentangan dengan kebenaran iman Katolik yang apostolik. Tapi apakah lalu saya membenci muslim? Siapapun yang mengenal saya secara pribadi pasti tahu persis bahwa orang-orang terdekat saya adalah muslim. Maka jawabannya, "TIDAK, saya tidak membenci mereka, bahkan saya mengasihi mereka dan menginginkan keselamatan mereka."

Jadi secara natural saya sudah terbiasa membedakan bagaimana membenci suatu kekeliruan tanpa membenci mereka yang melakukannya. Cinta kepada Tuhan melarang saya untuk membenci segala yang Tuhan kasihi, yaitu termasuk diantaranya orang-orang yang jatuh dalam kesalahan atau kesesatan dan membutuhkan pertolongan Tuhan. Buat saya itu bukan sekedar teori atau narasi cantik untuk bahan konten, tapi itulah realita hidup saya selama puluhan tahun sampai detik ini.

Maka sangat gegabah kalau mengartikan segala kritikan yang kami lakukan terhadap berbagai masalah yang terjadi di Gereja sebagai ungkapan kebencian kepada para imam, uskup, atau bahkan Bapa Paus.

Lalu Rm. Aba sempat menyinggung soal Yudas dan ada kesan secara implisit menyamakan kami dengan Yudas.

Mari kita berpikir kritis, siapakah Yudas di jaman kita?

Yudas adalah salah satu dari para Rasul yang dipilih oleh Yesus. Maka Yudas jaman ini pasti bukan orang awam yang tidak punya akses dan otoritas apapun di dalam Gereja-Nya. Yudas adalah bagian dari hirarki Gereja yang punya otoritas sedemikian besar sehingga dapat menyalahgunakannya untuk berkhianat pada Gereja lalu menyerahkannya pada dunia.

Yudas modern adalah para penggagas dan pendukung Konsili Vatikan II yang dengan ciuman manis "aggiornamento" telah menyerahkan Mempelai Kristus untuk menjadi hamba dunia. Para Yudas modern itulah yang sekarang membuat Gereja Katolik mengalami kerusakan hebat akibat berbagai skandal iman dan moral bagaikan orang yang dirampok habis-habisan dan dipukuli hingga sekarat!

Seperti kata Paus St. Felix III, "Tidak menentang kekeliruan sama dengan mendukungnya." Begitu juga semua klerus Katolik yang dengan berbagai dalih memilih bersikap diam terhadap apa yang terjadi di Gereja. Mereka adalah para pendukung Yudas yang secara tidak langsung ikut serta menghancurkan Gereja Kristus! Apalagi degan kapasitas dan otoritasnya sebagai gembala, sikap diam para klerus pendukung konsili ini dapat menyeret ribuan bahkan jutaan jiwa dalam kesesatan yang membinasakan!

Mari kita belajar dari seorang penjaga ortodoksi iman Katolik paling penting dalam sejarah Gereja Katolik setelah St. Athanasius, yaitu Mgr. Marcel Lefebvre, "Pada saat kematian saya, jika Tuhan bertanya, 'Apa yang telah kau lakukan dengan jabatan uskupmu, apa yang telah kau lakukan dengan rahmat keuskupan dan imamatmu?' Saya tidak ingin mendengar dari bibir-Nya perkataan mengerikan ini, 'Engkau telah ikut menghancurkan Gereja-Ku bersama dengan mereka semua'!"

Tempus fugit memento mori!
Waktu cepat berlalu, ingatlah pada kematian.

Semoga di sisa hidup yang terbatas ini kita bisa memilih dengan bijak, apakah kita ikut bersama para Yudas untuk menghancurkan Gereja-Nya atau ikut serta bersama sisa umat yang setia untuk memulihkan kembali Gereja-Nya.

Terima kasih atas perhatian anda...

Viva Christo Rey!

 

Posting Komentar

0 Komentar