Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...
Kali ini Paus Fransiskus kena batunya, dan batunya sangat besar!
Belum lagi efek tamparan Uskup Athanasius Schneider yang terang-terangan menentang pandangan Paus Fransiskus pada kongres agama-agama di Kazakhstan mereda, Paus kesayangan kaum modernis dan liberal ini kembali mendapatkan pukulan berat.
Beberapa orang Uskup, termasuk salah satunya lagi-lagi adalah Uskup Athanasius Schneider, bersama dengan beberapa orang imam, teolog, dan akademisi Katolik menandatangani pernyataan yang mengkritik keras pernyataan Paus Fransiskus tentang penerimaan komuni dalam ensiklik "Desiderio Desideravi" yang diterbitkan tanggal 29 Juni 2022.
Teks yang dipermasalahkan dalam dokumen tersebut adalah ini:
Dunia masih belum mengetahuinya, tetapi SEMUA ORANG diundang ke perjamuan kawin Anak Domba (Why. 19:9). Untuk dapat masuk ke pesta itu, yang diperlukan HANYALAH pakaian perkawinan berupa IMAN yang berasal dari pendengaran akan Sabda-Nya. (Desiderio Desidervi 5)
Dengan kata lain Paus Fransiskus mengatakan bahwa untuk menerima Sakramen Ekaristi yang diperlukan hanyalah IMAN saja. Ini sejalan dengan sikapnya terdahulu dalam dokumen 'Amoris Laetitia.' Perlu diketahui, dokumen 'Amoris Laetitia' dianggap bermasalah karena memperbolehkan orang-orang Katolik yang sudah bercerai tapi kawin lagi untuk menerima komuni atas dasar pertimbangan pastoral. Pandangannya ini sudah diprotes melalui dubia empat orang Kardinal, tapi tidak digubris. Bahkan pandangan tersebut juga sejalan dengan sikap terbarunya yang membenarkan tokoh politik pendukung aborsi seperti Presiden AS Joe Biden dan anggota kongres AS Nancy Pelosi untuk tetap menerima komuni.
Mengatakan orang Katolik dapat menerima Sakramen Ekaristi cukup hanya mengandalkan iman saja jelas bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik. Rasul Paulus mengajarkan demikian: ...barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. (1Kor.11:27)
Bahkan pandangan tersebut dikecam oleh Konsili Trente dengan sangat keras, yaitu dengan anathema atau kutukan sebagaimana yang diungkapkan dalam kanon 11 Konsili Trente:
Jika ada orang yang mengatakan bahwa iman saja sudah cukup untuk persiapan menerima sakramen Ekaristi Mahakudus, TERKUTUKLAH DIA.
Jadi, dengan pernyataannya dalam "Desiderio Desideravi" yang mengatakan dengan iman saja cukup untuk dapat menerima komuni, Paus Fransiskus terang-terangan telah melanggar kanon Konsili Trente dan dengan demikian mendatangkan anathema atau kutukan bagi dirinya.
Ini masalah yang sangat-sangat berat dan serius! Mungkin ini pertama kalinya terjadi di Gereja Katolik sejak Paus Honorius diekskomunikasi secara anumerta di abad ke 7.
Kritik terhadap pernyataan Paus Fransiskus dalam "Desiderio Desideravi" yang dikeluarkan tanggal 16 September 2022 itu adalah bentuk perlawanan paling keras terhadap Paus Fransiskus selama masa jabatan kepausannya. Dan yang jelas sangat serius karena pelanggaran yang dilakukan Paus Fransiskus jelas melibatkan sanksi yang sangat berat, yaitu anathema atau kutukan.
Jika Paus Fransiskus tidak segera mengkoreksi pernyataannya dan bertobat, ada kemungkinan ini dapat berlanjut pada diadakannya semacam konsili luar biasa para Uskup dan Kardinal untuk menjatuhkan sanksi ekskomunikasi terhadap Paus Fransiskus.
Mungkin ada yang bertanya, bagaimana hal itu bisa terjadi? Bukankah Gereja Katolik mengajarkan tidak seorang pun yang dapat menghakimi seorang Paus?
Itu bisa terjadi karena dengan menolak untuk mengkoreksi pernyataannya meski sudah jelas-jelas diingatkan tentang kanon 11 Konsili Trente yang dilanggarnya, maka Paus Fransiskus dapat dinyatakan terbukti jatuh dalam bidat formal. Menurut St. Robertus Belarminus, seorang Paus yang jatuh dalam bidat telah kehilangan jabatannya sebagai Paus. Karena secara 'de facto' dia bukan lagi seorang Paus maka Jorge Mario Bergoglio dapat dihakimi oleh hirarki Gereja dengan cara di-ekskomunikasi.
Mari kita tunggu perkembangan selanjutnya... sepertinya ini bakal ngeri-ngeri sedap... Karena pasti akan ada perseteruan antara hirarki yang tetap mendukung Paus Fransiskus dalam pandangan sesatnya dan mereka yang berpegang pada ajaran Gereja.
Tapi sambil kita menunggu perkembangan yang akan sangat mendebarkan, saya ingin mengajak kita menyadari bahwa apa yang terjadi bukan muncul tiba-tiba. Paus Fransiskus tidak begitu saja muncul dengan gagasan bidat di kepalanya, lalu ia menuangkannya dalam sebuah dokumen resmi Gereja.
Itu adalah buah pahit dari proses pemurtadan bertahap yang dimulai dari konsili sesat bernama Konsili Vatikan II. Sebagaimana kita tahu, Konsili Vatikan II akhirnya menghasilkan Misa Novus Ordo yang sengaja dirancang untuk mengakomodasi teologi dan tata cara ibadat Protestan demi agenda ekumenisme. Itu sebabnya kita sebut Misa Novus Ordo sebagai misa blasteran.
Celakanya, teologi Protestan tidak mengakui Ekaristi sebagai Tubuh Kristus yang nyata. Mereka hanya memperlakukannya sebagai simbol Tubuh Kristus. Akibatnya, Misa Novus Ordo yang dibuat dengan tujuan untuk mengakomodasi teologi Protestan demi memenuhi amanat ekumenisme Konsili Vatikan II malah menjadi bencana. Misa Novus Ordo terbukti tidak menjadi jembatan bagi Protestan untuk menjadi semakin Katolik dan mengimani Sakramen Ekaristi sebagai Tubuh Kristus. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, dengan Misa Novus Ordo orang Katolik menjadi semakin akrab dengan gagasan bidat Protestan dan semakin kurang menyadari Ekaristi sebagai Tubuh Kristus yang nyata.
Mengapa demikian?
Salah satu cara yang digunakan oleh Martin Luther untuk mengajarkan umatnya bahwa hosti yang mereka terima bukanlah Tubuh Kristus yang nyata adalah dengan menerimakannya di tangan, bukan langsung di mulut seperti yang dilakukan Gereja Katolik pada waktu itu. Cara ini kemudian diadopsi oleh Thomas Cranmer dari Gereja Anglikan, juga dengan tujuan sama yaitu menghapus gagasan bahwa Ekaristi adalah Tubuh Kristus.
Sekarang dengan Misa Novus Ordo, cara penerimaan komuni yang dirancang untuk menghilangkan iman yang benar terhadap Ekaristi JUSTRU ikut dipraktekkan. Penerimaaan komuni di tangan, bahkan dengan dilayani oleh awam, sudah menjadi praktek yang biasa dalam Misa Novus Ordo. Bahkan kebiasaan mengaku dosa sebelum Misa juga ikut dihilangkan.
Akhirnya tanpa disadari tradisi sesat yang berasal dari Protestan itu selama puluhan tahun sudah merusak iman banyak orang Katolik terhadap Ekaristi. Semakin lama semakin parah. Bahkan sekarang berdasarkan TPE yang baru, umat berdiri pada saat konsekrasi. Belum lagi berbagai sakrilegi dan pelanggaran dalam penyelenggaraan liturgi Misa yang begitu banyak, dan sepertinya tidak ada usaha serius untuk mengatasinya.
Itu semua menunjukkan adanya upaya sistematis dalam perkembangan Misa Novus Ordo untuk SEMAKIN TIDAK MENGHORMATI Ekaristi sebagai Tubuh Kristus! Jika ini semua terus berlanjut, dengan mudah bisa kita tebak hasil akhirnya adalah penyangkalan terhadap Ekaristi sebagai Tubuh Kristus. Itu adalah bagian dari proses pemurtadan bertahap yang menjadi penggenapan nubuat adanya kemurtadan besar menjelang akhir jaman (Luk.18:8, 2Tes.2:3).
Jadi dapat kita katakan bahwa Misa Novus Ordo adalah salah satu instrumen penting yang digunakan dalam proses pemurtadan yang sudah dinubuatkan Kitab Suci. Misa Novus Ordo adalah kebaktian fasik yang disebut dalam Kitab Daniel:
Suatu kebaktian diadakan secara fasik menggantikan korban sehari-hari... (Dan.8:12)
Itu sangat tepat mengingat Misa Novus Ordo adalah misa blasteran yang menghilangkan fokus Misa pada teologi kurban Kalvari dan menggesernya pada teologi perjamuan ala Protestan. Misa blasteran tersebut memang dimaksudkan untuk menggantikan Misa Latin Tradisional yang tidak lain adalah liturgi apostolik untuk melanjutkan upacara korban sehari-hari sebagaimana yang disebut dalam Kitab Daniel.
Ingat ungkapan 'lex oerandi lex credendi'... bagaimana cara kita berdoa menentukan bagaimana iman kita. Dengan mengikuti Misa Novus Ordo yang adalah misa blasteran Katolik-Protestan, maka iman setiap orang Katolik yang rajin mengikutinya pada akhirnya juga akan berubah menjadi iman blasteran alias ikut terpengaruh menjadi bidat. Contohnya ya Paus Fransiskus yang dalam dokumen resmi berani terang-terangan mencantumkan ajaran bidat berbau Protestan dengan menyatakan iman saja cukup untuk menyambut Sakramen Ekaristi!
Saya sendiri sudah bertahun-tahun tidak ikut Misa Novus Ordo lagi. Lebih baik saya mengikuti Misa Tridentin atau Misa Latin Tradisional secara ONLINE ketimbang ikut misa blasteran secara langsung.
Jadi kalau sekarang Paus Fransiskus mengajarkan ajaran sesat bahwa untuk menerima Sakramen Ekaristi cukup hanya perlu iman saja, itu adalah konsekuensi logis dari proses pemurtadan bertahap yang dilakukan melalui Misa Novus Ordo dan tentunya juga pengaruh dari semangat Konsili Vatikan II! Maka selama Misa Novus Ordo dan Konsili Vatikan II tetap ada, pandangan-pandangan bidat seperti yang dinyatakan oleh Paus Fransiskus akan terus bermunculan dalam berbagai bentuk.
Akhirnya nubuat Tuhan ini sekarang menjadi amat relevan, "...jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" (Luk.18:8). Pernyataan bidat Paus Fransiskus dalam 'Desiderio Desideravi' menjadi tanda yang amat jelas bahwa proses pemurtadan itu memang sedang tergenapi!
Kalau kita ingin memperbaiki itu semua, kita harus berani mencabut akarnya, yaitu hapuskan Misa Novus Ordo dan batalkan Konsili Vatikan II. Sama seperti yang diusulkan oleh Uskup Agung Vigano beberapa waktu yang lalu! Saya yakin, dengan pertolongan Roh Kudus itu semua akan segera terjadi dan kelak Gereja Katolik akan dipulihkan keadaannya.
Terima kasih atas perhatian anda...
Viv Christo Rey!
0 Komentar