Transkrip:
Salam damai dan sejahtera...
Di abad kelima ada sebuah kejadian yang layak menjadi pelajaran bagi kita semua. Pada waktu itu Patriark Konstantinopel bernama Nestorius dalam homilinya mengajarkan bahwa Bunda Maria bukanlah Bunda Allah melainkan Bunda Kristus, karena ia hanya melahirkan Yesus Kristus sebagai manusia. Mendengar ini Eusebius dari Dorylaeum yang hanya seorang awam melakukan protes keras. Ia bahkan menyusun perlawanannya secara publik dalam berbagai pamflet dan dokumen. Akhirnya suara protes Eusebius ini semakin meluas dan didengar oleh uskup-uskup lain, bahkan hingga sampai kepada Kaisar Theodosius II. Hal ini kemudian memicu diadakannya Konsili Efesus pada tahun 431 yang menyatakan ajaran Nestorius sesat dan menegaskan posisi Bunda Maria sebagai Theotokos atau Bunda Allah.
Dari peristiwa bersejarah tersebut kita dapat belajar bahwa Gereja Katolik ternyata memperbolehkan seorang awam mengkritisi para klerus atas kesesatan mereka. Ini tentunya juga berlaku sampai hari ini. Sebagai awam kita dapat bersuara menentang segala bentuk kesesatan, bahkan jika itu dilakukan oleh seorang uskup atau pun Paus. Terutama jika kekeliruan tersebut membahayakan iman banyak orang.
Apa yang terjadi di Ende beberapa hari lalu ketika para Uskup Indonesia berdoa sebelum santap malam dengan dipimpin oleh seorang imam muslim adalah sebuah skandal yang memalukan dan layak dikritisi. Di video ini kita akan membahas mengapa kejadian itu tidak seharusnya dilakukan oleh para uskup yang adalah penerus para rasul Yesus Kristus.
Sebagian orang dalam komentar video tetap mendukung kejadian itu dengan dalih toleransi dan hal semacam itu sudah biasa di Flores. Hanya karena suatu perbuatan sudah biasa dilakukan bukan berarti otomatis itu menjadi benar. Kita tidak boleh membenarkan suatu kekeliruan hanya karena hal itu sudah biasa dilakukan.
Sebagian lagi tidak keberatan dengan alasan imam muslim tersebut berdoa kepada Tuhan yang sama dengan cara yang berbeda. Ini kekeliruan parah yang muncul akibat semangat ekumenis Konsili Vatikan II. Muslim sebenarnya tidak menyembah Tuhan yang sama dengan orang Katolik!
Muslim berdoa kepada Allah SWT yang di dalam Quran telah menyatakan dengan tegas bahwa Yesus Kristus (atau Nabi Isa) bukanlah Tuhan. Apakah Allah SWT yang menyangkal ketuhanan Yesus sama dengan ALLAH TRITUNGGAL yang kita sembah? Tentu saja tidak! Jadi muslim menyembah tuhan palsu yang mengaku sebagai Tuhan Sang Pencipta.
Ada lagi yang mendukung dengan alasan para uskup tersebut pasti juga berdoa kepada Tuhan Yesus di dalam hati mereka masing-masing. Baiklah kita asumsikan memang demikian yang terjadi. Tapi apakah hal itu dapat dibenarkan?
Mari kita belajar dari sejarah Gereja...
Penguasa romawi pada jaman para Rasul memerintahkan semua orang yang ada di wilayah kekaisaran romawi untuk beribadat di pantheon dimana setiap orang dapat berdoa kepada dewa mereka masing-masing tanpa saling mengganggu. Tapi orang-orang Kristen menolak untuk masuk dan berdoa di dalam pantheon, meski di sana mereka boleh berdoa hanya kepada Tuhan Yesus. Bagi mereka, setuju berdoa bersama-sama dengan para penyembah berhala di dalam pantheon sama artinya dengan menyetarakan Tuhan Yesus dengan allah-allah palsu dan melanggar perintah Allah yang berbunyi, "Jangan ada allah-allah lain di hadapan-Ku!" Banyak orang Kristen di masa itu yang harus membayar kesetiaan iman ini dengan kemartiran mereka.
Apa yang dilakukan para uskup di Ende dengan berdoa dipimpin seorang imam muslim, meski mereka berdoa dengan cara masing-masing, bertentangan dengan apa yang dilakukan orang-orang Kristen perdana yang telah membayar kesetiaan iman mereka dengan kemartiran. Kini dengan alasan toleransi para uskup tersebut tidak menolak untuk menyetarakan Tuhan Yesus dengan tuhan-tuhan palsu.
Dalam Injil Tuhan kita berkata, "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di surga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di surga." (Mat.10:32-33).
Bukankah menyetarakan Tuhan Yesus dengan tuhan-tuhan palsu, salah satunya dengan cara membiarkan seorang imam muslim memimpin doa, sama artinya dengan menyangkal Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan yang layak disembah dan ditinggikan?
Silahkan tulis pendapat anda tentang masalah ini pada kolom komentar.
Terima kasih atas perhatian anda...
Viva Christo Rey!
0 Komentar