ZIONIS ADALAH KITA | Mengapa Orang Kristen Tidak Dapat Mendukung Kemerdekaan Palestina?

 


Transkrip:

Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...

Sekarang dunia sedang cemas menghadapi eskalasi konflik Timur Tengah dengan adanya serangan langsung oleh Iran ke Israel. Konflik ini begitu mengkhawatirkan karena sangat berpotensi untuk berubah menjadi konflik yang berskala global! 

Terlepas dari apapun alasan yang melatarbelakanginya, serangan oleh Iran ini adalah serangan terbaru terhadap zionisme yang bermaksud menghapuskan negara Israel. Serangan terhadap zionisme sebelumnya adalah gerakan pembebasan Palestina dalam segala bentuknya, yang berjuang selama puluhan tahun untuk meraih kemerdekaan Palestina dengan cara menghapuskan eksistensi negara Israel. Keinginan itu terlihat jelas dalam slogan mereka, "From the river to the sea, Palestine will be free!" Baik serangan Iran maupun gerakan pembebasan Palestina, keduanya adalah upaya untuk menghapuskan zionisme.

Serangan terhadap zionisme tidak hanya terbatas pada serangan fisik atau militer saja, tapi juga ada di ranah ideologi. Banyak orang, termasuk diantaranya orang-orang Kristen dan bahkan juga Yahudi, yang membenci zionisme dengan berbagai alasan! Sadar ataupun tidak, sebenarnya mereka juga ikut menjadi bagian dari kekuatan yang ingin menghapuskan zionisme!

Ini memunculkan pertanyaan besar: ada apa dengan zionisme sehingga begitu banyak orang membencinya?

Kalau kita berbicara tentang zionisme modern, kita tidak bisa lepas dari sosok Theodor Herzl. Dia dikenal sebagai bapak zionisme modern karena gagasannya yang ingin mengembalikan bangsa Yahudi yang saat itu terpencar-pencar di berbagai negara ke dalam sebuah negara merdeka. Zionisme modern hasil gagasan Theodor Herzl ini kemudian memunculkan negara Israel, yang sejak awal berdirinya pada tahun 1948 tidak pernah lepas dari konflik hingga hari ini.

Jika kita mengacu pada Kitab Suci, sebenarnya zionisme atau gerakan kembalinya bangsa Israel ke tanah milik nenek moyang mereka tidak lain adalah nubuat Tuhan:

Sekalipun orang-orang yang terhalau dari padamu ada di ujung langit, dari sana pun TUHAN, Allahmu, akan mengumpulkan engkau kembali dan dari sana pun Ia akan mengambil engkau. TUHAN, Allahmu, akan membawa engkau masuk ke negeri yang sudah dimiliki nenek moyangmu, dan engkau pun akan memilikinya pula. (Ul.30:4-5)

Beginilah firman Tuhan ALLAH: Sungguh, Aku menjemput orang Israel dari tengah bangsa-bangsa, ke mana mereka pergi; Aku akan mengumpulkan mereka dari segala penjuru dan akan membawa mereka ke tanah mereka. (Yeh.37:21)

Setelah nyaris dua milenium mereka terpencar ke berbagai negara, bangsa Yahudi akhirnya dapat kembali ke tanah milik nenek moyang mereka melalui gerakan zionisme modern gagasan Theodor Herzl. Suka atau tidak, ini adalah momen sejarah yang sangat langka dan nyaris mustahil dapat terulang lagi di masa yang akan datang. Sulit untuk mengatakan hal itu hanyalah sekedar kebetulan sejarah dan bukan karena campur tangan Tuhan. Atas dasar itu maka kembalinya bangsa Israel ke tanah nenek moyang mereka dan terbentuknya negara Israel dapat ditafsirkan sebagai bagian dari pemenuhan nubuat Kitab Suci. Jadi zionisme modern bagaimanapun adalah bagian dari pemenuhan nubuat dan kehendak Tuhan!

Mungkin sebagian orang keberatan dengan alasan zionisme versi Theodor Herzl bukanlah zionisme religius seperti yang dimaksud dalam Kitab Suci tapi zionisme politik yang bersifat sekuler, atau Theodor Herzl diduga adalah pengikut freemason yang anti-Katolik, dan alasan-alasan lain. Keberatan-kebaratan semacam ini sama sekali tidak menggugurkan fakta bahwa zionisme tersebut adalah bagian dari kehendak Tuhan. Ingatlah di masa lalu Tuhan juga menggunakan tangan Raja Koresy (atau Raja Cyrus) dari Persia yang pagan untuk mengembalikan bangsa Yahudi dari pembuangan di Babel. Jadi sekarang pun Tuhan dapat menggunakan orang-orang yang tidak memahami rencana-Nya, seperti Theodor Herzl, untuk menjadi bagian dari rencana-Nya.

Dalam perspektif iman Kristen, zionisme ini adalah bagian dari nubuat Tuhan untuk mempertobatkan bangsa Israel seperti yang dinyatakan oleh Rasul Paulus:

Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk. Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada tertulis: "Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub…” (Rm.11:25-26)

Sudah menjadi nubuat Tuhan bahwa bangsa Yahudi yang menyangkal Yesus Kristus dua ribu tahun lalu dan harus terpencar-pencar ke banyak negara, pada akhirnya akan bertobat menerima Yesus Kristus sehingga seluruhnya akan diselamatkan. Lalu dimanakah mereka bertobat dan diselamatkan? Tentu saja di tempat dimana mereka sebelumnya telah menyangkal Yesus Kristus, yaitu di tanah Yudea milik nenek moyang mereka yang kini disebut sebagai tanah Palestina. Dengan cara demikian maka nubuat-nubuat di Perjanjian Lama tentang kembalinya bangsa Yahudi tergenapi sekaligus bersama-sama dengan nubuat pertobatan Yahudi dalam Perjanjian Baru!

Jadi zionisme yang dikehendaki Tuhan adalah kembalinya bangsa Yahudi ke tanah milik nenek moyang mereka untuk menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Penyelamat! Dengan demikian berdirinya negara Israel, suka atau tidak suka, adalah bagian dari rencana Tuhan sebelum mereka bertobat dan menerima Yesus Kristus. Konsekuensinya, segala upaya untuk menghancurkan negara Israel, baik melalui gerakan pembebasan Palestina maupun serangan langsung seperti yang dilakukan oleh Iran, adalah tindakan yang melawan kehendak dan rencana Tuhan! Itu semua pasti gagal seperti yang sudah terbukti dalam sejarah negara Israel sejak tahun 1948!

Oleh karena itu kita sebagai Kristen tidak bisa mendukung kemerdekaan bangsa Palestina selama kemerdekaan itu ingin dicapai dengan cara memusnahkan negara Israel. Kita tidak dapat mendukung kemerdekaan Palestina selama slogan mereka adalah, "From the river to the sea, Palestine will be free!" Juga sebagai Kristen kita tidak bisa mendukung tindakan negara-negara, baik Iran maupun negara lainnya, yang ingin memusnahkan negara Israel dari peta dunia. Itu semua melawan kehendak dan rencana Tuhan yang ingin menyelamatkan seluruh bangsa Israel (Rm.11:26).

Dan yang pasti, sebagai Kristen kita tidak bisa menentang zionisme! 

Mengapa demikian? 

Selain berkaitan dengan nasib bangsa Yahudi, zionisme ternyata berkaitan erat dengan masa depan orang-orang Kristen juga. Zionisme tidak lain adalah tipologi dari keinginan Tuhan untuk mempersatukan orang-orang Kristen di dalam Gereja yang didirikan-Nya! Keinginan Tuhan mengembalikan orang-orang Israel yang terpencar-pencar di berbagai negara ke tanah milik nenek moyang mereka, merupakan tipologi dari keinginan Tuhan untuk mengembalikan orang-orang Kristen yang terpencar di berbagai gereja, agar kembali bersatu di dalam Gereja yang didirikan-Nya sejak semula.

Inilah panggilan "zionisme" dalam Injil:

"Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala." (Yoh.10:16)

Jadi panggilam "zionisme" dalam Injil tidak lain adalah persatuan Kristen!

Persatuan Kristen memang tengah diupayakan melalui gerakan ekumenis yang mengutamakan proses dialog dan kompromi. Gerakan ekumenisme ini awalnya digagas oleh kelompok Protestan dan Anglikan di tahun 1910 melalui Edinburg Missionary Conference. Kemudian gerakan persatuan Kristen melalui ekumenisme ini diikuti juga oleh Gereja Ortodoks pada tahun 1948 melalui World Council of Churches.

Sebaliknya, Gereja Katolik dengan tegas menolak gerakan ekumenisme ini seperti yang diungkapkan oleh Paus Pius XI di dalam dokumen "Mortalium Animos." Bagi Gereja Katolik, persatuan Kristen harus dilakukan dengan:

...mempromosikan kembalinya kepada satu-satunya Gereja Kristus yang sejati, mereka yang terpisah darinya, karena di masa lalu dengan menyedihkan mereka telah meninggalkannya... (MA 10)

Namun setelah Konsili Vatikan II Gereja Katolik mulai mengubah pandangannya dan ikut terlibat aktif dalam gerakan ekumenisme. Bahkan Gereja Katolik melalui Konsili Vatikan II mulai mengubah ajaran-ajaran Gereja dan juga liturgi Misa demi mengakomodasi semangat ekumenisme. Misa Novus Ordo yang memasukkan banyak unsur protestan dan membuang unsur-unsur yang sangat Katolik adalah salah satu contoh hasil kompromi dalam bidang liturgi akibat pengaruh semangat ekumenisme ini.

Tapi persatuan dengan jalan ekumenis bukanlah persatuan Kristen yang dikehendaki Tuhan. Ekumenisme melibatkan proses dialog dan kompromi yang mau tidak mau akan menghasilkan perubahan doktrin. Adanya doktrin baru yang berbeda akibat kompromi ini tidak pernah dikehendaki Tuhan. Bahkan siapapun yang berani melakukannya ada di bawah kutukan Rasul Paulus (Gal.1:8-9). Dengan demikian persatuan Kristen tidak dapat dibangun melalui ekumenisme yang dialogis dan kompromis! Tinggalkan persatuan Kristen melalui ekumenisme, Tuhan tidak pernah menghendakinya.

Sebaliknya melalui tipologi zionisme kehendak Tuhan bagi persatuan Kristen sebenarnya sangat jelas: sama seperti Tuhan menghendaki bangsa Israel yang tercerai-berai kembali ke tanah milik nenek moyang mereka, demikian juga Tuhan menghendaki semua Kristen yang terpecah-pecah kembali bersatu di dalam Gereja Kristus, bukan di tempat lain.

Dengan mengikuti tipologi zionisme, berarti semua Kristen yang terpisah dari Gereja Katolik, yaitu Ortodoks dan Protestan harus bertobat dan meninggalkan semua kesalahan yang telah memisahkan mereka dari Gereja Katolik, untuk kembali bersatu di dalam Gereja Katolik seperti semula. Dalam proses persatuan menurut tipologi zionisme ini tidak ada dialog dan kompromi, yang ada adalah METANOIA atau pertobatan!

Tapi sayangnya upaya persatuan Kristen melalui metanoia ini belum pernah berhasil sejak terjadinya perpecahan Gereja di abad 4 sampai hari ini. Penyebabnya karena tuntutan metanoia ini selama berabad-abad selalu bersifat sepihak, yaitu ditujukan pada kelompok non-Katolik. Sebenarnya itu sudah sesuai dengan janji Kristus bahwa Gereja Katolik tidak akan jatuh ke dalam kesesatan! Tapi sayangnya sikap ini dipandang sebagai bentuk arogansi dari Gereja Katolik dan menimbulkan sikap penolakan dari kelompok lain.

Upaya persatuan melalui metanoia ini pernah hampir berhasil dilakukan dalam Konsili Ferrara-Florence (1438-1445). Dalam konsili tersebut delegasi Gereja-gereja Ortodoks bersedia meninggalkan semua kesalahan mereka seperti penolakan terhadap filioque, primat Paus, dan dogma-dogma Katolik lainnya, untuk kembali bersatu dengan Gereja Katolik. Ini contoh kongkrit dari persatuan Kristen yang sejalan dengan ajaran Gereja Katolik dan mungkin untuk dilakukan. Namun sayangnya setelah para delegasi tersebut kembali ke gereja masing-masing, mereka dianggap berkhianat dan dipaksa untuk membatalkan kesepakatan. Akibatnya, persatuan Kristen yang sudah berhasil dipulihkan kembali harus menemui kegagalan.

Pertanyaannya, apakah persatuan Kristen melalui metanoia ini masih bisa diwujudkan?

Karena persatuan melalui metanoia ini adalah kehendak Tuhan maka jawabannya: PASTI masih bisa diwujudkan dengan pertolongan Roh Kudus!

Ini alasannya...

Berbeda dengan keadaan sebelum Konsili Vatikan II dimana Gereja Katolik menjadi satu-satunya Gereja yang bebas dari kekeliruan doktrinal, setelah Konsili Vatikan II tak ada satu kelompok Kristen yang terbebas dari kekeliruan doktrinal. Gereja Katolik mengalami perpecahan internal, yaitu Katolik pendukung konsili yang jatuh dalam kesesatan modernisme dan Katolik tradisional yang masih setia pada ajaran iman para Rasul dengan menolak Konsili Vatikan II. Celakanya, pendukung konsili yang jatuh ke dalam kesesatan ini melibatkan hirarki pada pucuk tertinggi sehingga kesesatannya mengakibatkan kemurtadan besar di dalam Gereja Katolik sesuai nubuat Rasul Paulus (2Tes.2:3). Dengan demikian Gereja Katolik juga punya masalah doktrinal yang harus dibereskan.

Tapi, di balik bencana kemurtadan yang dihasilkan oleh Konsili Vatikan II ternyata terdapat juga berkat tersembunyi, yaitu terbukanya peluang untuk melakukan persatuan Kristen melalui metanoia. Karena kekeliruan doktrinal akibat Konsili Vatikan II kini semua gereja punya kesalahan yang harus diperbaiki! Dengan demikian maka gagasan persatuan Kristen melalui semangat metanoia menjadi tuntutan yang "adil" bagi semua kelompok Kristen sehingga tak ada lagi alasan untuk menolaknya.

Demi mencapai persatuan Kristen sejati maka semua kelompok Kristen, termasuk juga Gereja Katolik, kini harus berani melakukan metanoia, yaitu bertobat dari semua kesalahan doktrin yang telah dilakukan untuk kembali setia pada ajaran iman para Rasul! Masing-masing kelompok Kristen, termasuk Gereja Katolik, harus berani mencabut balok yang ada di mata sendiri sebelum membersihkan selumbar di mata kelompok lain! 

Disini dibutuhkan keberanian untuk melakukan kritik diri! Harus ada kelompok Katolik yang berani mengkritisi Gereja Katolik, kelompok Ortodoks yang berani mengkritisi Gereja Ortodoks masing-masing, kelompok Protestan yang berani mengkritisi denominasi masing-masing, dan seterusnya. Tujuan dari kritik diri ini adalah agar masing-masing kelompok Kristen kembali setia pada ajaran iman para Rasul.

Jika dengan bantuan Roh Kudus proses metanoia ini berhasil dilakukan oleh semua kelompok Kristen, maka pada suatu saat mereka semua pasti akan bersatu di dalam Gereja Kristus yang kudus, katolik, dan apostolik. Itulah persatuan Kristen sejati yang dikehendaki Tuhan! Mereka yang menolak persatuan Kristen melalui metanoia ini, sama dengan orang-orang yang menentang zionisme: mereka semua bersalah karena melawan kehendak dan rencana Tuhan!

Sesuai nubuat Kitab Suci, Tuhan telah memanggil orang-orang Israel yang tercerai berai untuk kembali bersatu di tanah milik nenek moyang mereka agar mereka bertobat dan menerima Yesus Kristus. Merekalah kaum zionis menurut daging yang akan diselamatkan sesuai nubuat Tuhan! Demikian juga Yesus Kristus telah memanggil semua domba-domba-Nya yang ada di luar kandang untuk kembali bersatu di dalam Gereja-Nya sebagai satu kawanan dengan satu gembala. Kita semua adalah domba-domba Kristus, dan kita semua adalah kaum zionis rohani yang merindukan persatuan Kristen sebagaimana Tuhan juga merindukannya.


Terima kasih atas perhatian anda...


Viva Christo Rey!

Posting Komentar

0 Komentar