Menemukan AGAMA Yang PALING BENAR (part 1)


Transkrip Video:

Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...

Video kali ini membahas persoalan yang, entah disadari atau tidak, menjadi pertanyaan semua orang beragama. Pertanyaan itu adalah: dari ribuan agama yang ada di dunia saat ini apakah semuanya benar atau hanya ada satu agama yang benar, atau malah tidak ada satu agama pun yang benar? 

Jika semua agama benar, maka persoalan selesai karena agama apapun yang kita ikuti tentunya akan dapat menyelamatkan kita. Demikian juga kalau tidak ada satu pun agama yang benar, maka agama apapun yang kita ikuti hanya akan membuang waktu kita sia-sia. Tapi jika ternyata hanya ada satu agama yang benar, bagaimanakah kita dapat menemukannya demi keselamatan jiwa kita?

Itu sebabnya materi video kali ini sangat penting bagi setiap orang beragama, apapun agamanya, yang rindu menemukan kebenaran sejati demi keselamatan jiwa mereka. Agar materi video dapat dipahami dengan baik, saya akan membaginya menjadi beberapa bagian.

Tapi sebelum kita membahas materi video, saya ingin mengingatkan bahwa channel CN sudah hampir 2 tahun tidak dimonetisasi alias sudah tidak lagi mendapatkan penghasilan finansial dari iklan. Maka satu-satunya sumber finansial untuk menjaga keberlangsungan channel ini berasal dari dukungan anda semua, baik itu melalui patreon, subscribestar, buymeacoffee, ataupun melalui donasi langsung. Dukungan anda tentunya sangat berarti bagi channel ini karena dapat membantu kami meluangkan waktu dan tenaga yang lebih banyak untuk membuat konten-konten yang bermanfaat bagi banyak orang. 

Ok, mari kita lanjutkan...

Gagasan bahwa semua agama itu benar biasanya diikuti oleh agama-agama yang memiliki kepercayaan terhadap Tuhan yang impersonal atau tak berpribadi. Tuhan yang impersonal hanya memiliki kesadaran, misalnya ada istilah kesadaran Brahman, kesadaran Budha, dan sebagainya, akan tapi Tuhan impersonal TIDAK MEMILIKI KEHENDAK. Oleh karenanya Tuhan impersonal juga TIDAK MEWAHYUKAN KEBENARAN APAPUN pada manusia. Dalam agama-agama yang mengimani konsep Tuhan impersonal, manusialah yang mencari dan merumuskan kebenaran tentang Tuhan. 

Selain itu Tuhan impersonal juga tidak mengenal proses penciptaan dari ketiadaan. Dalam konsep Tuhan impersonal alam semesta dan segala isinya tidak diciptakan Tuhan, melainkan berasal dari pancaran atau emanasi Tuhan. Dewa dan dewi atau para malaikat berasal dari pancaran Tuhan, begitu juga manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan seluruh alam semesta. Singkatnya, segala sesuatu yang ada berasal dari perwujudan emanasi/pancaran esensi Tuhan dalam berbagai rupa dan tingkatan. Maka konsep Tuhan impersonal umumnya juga bersifat panteistik.

Agama-agama yang mengimani konsep Tuhan impersonal ini sering dianalogikan dengan beberapa orang buta yang memegang seekor gajah pada bagian yang berbeda-beda. Ketika mereka berupaya menjelaskan seperti apakah gajah yang mereka pegang tersebut maka masing-masing akan menjelaskan hal yang berbeda-beda satu sama lain meskipun yang dimaksud adalah gajah yang sama.

Atau seringkali juga dianalogikan dengan banyak jalan namun semuanya tiba pada kota tujuan yang sama. Setiap jalan pasti berbeda-beda, baik jarak ataupun kondisinya. Ada jalan yang panjang namun rata, ada yang pendek namun berbatu dan terjal, ada yang lebar namun banyak pepohonan, ada yang sempit namun bebas hambatan, dan sebagainya. Terlepas dari perbedaan yang ada pada jalan-jalan tersebut, semuanya akan mengantarkan manusia pada satu tujuan yang sama sehingga setiap orang bebas memilih jalan mana yang lebih cocok baginya.

Dengan demikian bagi agama-agama yang berdasarkan pada konsep Tuhan impersonal ini semua agama benar dan dapat menyelamatkan. Konsekuensinya, dalam konsep ketuhanan yang impersonal agama yang paling benar itu tidak ada dan tidak relevan untuk dipikirkan. Contoh agama-agama yang memiliki konsep Tuhan impersonal ini adalah Hinduisme, Budhisme, agama-agama lokal pada umumnya, dan gerakan-gerakan new-age.

Sebaliknya, gagasan bahwa hanya ada satu agama yang benar itu berasal dari agama-agama yang memiliki konsep Tuhan personal, atau Tuhan yang berpribadi. Berbeda dengan Tuhan impersonal, selain memiliki kesadaran Tuhan personal tentunya juga memiliki kehendak. 

Karena memiliki kehendak maka Tuhan personal pasti menghendaki keselamatan manusia yang telah diciptakan Tuhan dari ketiadaan serupa dengan gambar-Nya sendiri. Dengan demikian Tuhan tidak akan membiarkan manusia mencari kebenaran sendiri tapi Dialah yang berinisiatif mewahyukan kebenaran-Nya yang utuh agar manusia memperoleh keselamatan. 

Jadi dalam konsep ketuhanan yang personal, kebenaran itu bukan dicari manusia tetapi diwahyukan Tuhan kepada manusia. Itu perbedaan pentingnya. Maka agama-agama yang berdasarkan kosep Tuhan personal meyakini bahwa hanya agama yang menerima pewahyuan dari Tuhan saja yang benar, di luar itu pasti bukan agama yang benar. Contoh-contoh agama yang menerima kebenaran melalui pewahyuan adalah agama-agama semitik yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam.

Selanjutnya...

Logika akal sehat tidak memungkinkan adanya gagasan bahwa Tuhan itu personal dan sekaligus impersonal. Hanya salah satu saja yang benar: Tuhan itu personal atau impersonal. Lalu pertanyaannya, manakah yang benar?

Jawabannya bisa dilihat dari proses pembentukan ajaran kebenaran dalam agama-agama yang menganut konsep Tuhan impersonal ini. Seperti yang sudah dijelaskan tadi, ajaran kebenaran agama-agama berkonsep Tuhan impersonal tidak berasal dari pewahyuan Tuhan tapi dari upaya manusia mencari kebenaran tentang Tuhan. Orang-orang Hindu memperoleh konsep kebenaran berdasarkan ajaran para resi dan guru-guru yang mencari kebenaran tersebut turun-temurun. Sementara para pengikut Budha memperoleh konsep tentang kebenaran dari ajaran Sang Budha Sidharta Gautama yang memperoleh pencerahan.

Tapi bagaimanapun manusia memiliki keterbatasan. Sebaik apapun upaya manusia untuk mencari kebenaran tentang Tuhan tidak akan mungkin memperoleh kebenaran yang utuh. Bahkan jika semua orang di seluruh dunia yang mencari kebenaran tentang Tuhan dikumpulkan dan pandangan mereka yang berbeda-beda digabungkan menjadi satu kesatuan, kebenaran yang utuh tentang Tuhan tetap tidak akan didapat. 

Ini meruntuhkan analogi orang-orang buta yang meraba gajah. Sebanyak apapun orang-orang buta yang dikerahkan untuk meraba gajah, mereka tidak akan dapat menjelaskan seperti apa sesungguhnya gajah itu secara benar dan utuh. Penyebabnya adalah justru karena mereka semua buta dan tidak pernah tahu seperti apa sesungguhnya gajah itu.

Sementara analogi banyak jalan yang menuju tujuan yang sama juga sangat lemah karena analogi itu dibangun berbasarkan asumsi manusiawi yang gegabah, yaitu bahwa jalan-jalan tersebut pasti menuju tempat yang sama. Bagaimana kalau ternyata tidak? Tentu jalan-jalan tersebut hanya akan menyesatkan banyak manusia.

Maka konsep Tuhan impersonal pasti berasal dari gagasan manusia yang tidak sempurna dan tidak memadai tentang Tuhan. Dengan kata lain Tuhan impersonal adalah konsep ketuhanan yang tidak sempurna atau tidak lengkap. Setidaknya Tuhan impersonal sudah pasti kekurangan satu unsur penting, yaitu kehendak. 

Kekurangan ini akan semakin jelas terlihat ketika kita membandingkan ajaran kesempurnaan dalam budhisme dan kristianitas!

Dalam budhisme manusia mencapai kesempurnaan ketika ia berhasil menyangkal segala keinginan duniawi dalam dirinya melalui berbagai bentuk meditasi. Gagasan kesempurnaan seperti ini tentunya muncul dari konsep Tuhan impersonal yang memang tidak memiliki kehendak. Karena Tuhan impersonal tidak memiliki kehendak, maka manusia mencapai kesempurnaannya ketika berhasil menghilangkan segala keinginan atau kehendak duniawi. Kurang lebih seperti itulah konsep kesempurnaan manusia dalam budhisme.

Ini berbeda dengan iman Kristen yang mengajarkan Hukum Utama sebagai hukum kasih, yaitu mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Kasih adalah menginginkan atau menghendaki yang terbaik bagi obyek yang dikasihi. Mengasihi Tuhan berarti menginginkan yang terbaik bagi Tuhan, mengasihi sesama berarti menginginkan yang terbaik bagi sesama. Nah, untuk dapat mengasihi Tuhan dan sesama dengan sempurna, terlebih dahulu manusia perlu menyangkal keinginan dan keterikatan pada hal-hal duniawi.

Jadi, dalam iman Kristen penyangkalan keinginan duniawi seperti yang ada dalam budhisme hanyalah tahapan awal yang diperlukan sebelum kita dapat menyempurnakan keinginan manusiawi kita dalam bentuk kasih. Dengan demikian dalam iman Kristen keinginan atau kehendak tidak dihilangkan melainkan dimurnikan dan disempurnakan menjadi kasih. Gagasan kesempurnaan yang didasarkan pada kasih ini tentu saja berakar pada konsep Tuhan personal, atau Tuhan berpribadi yang memiliki kehendak sempurna, yaitu kasih yang sempurna.

Jadi, apa yang menjadi puncak upaya kesempurnaan dalam budhisme yaitu penyangkalan keinginan duniawi atau penyangkalan diri, dalam kristianitas hanyalah bagian awal dari upaya untuk mencapai kesempurnaan dalam kasih.

Dari perbandingan tersebut semakin menjadi jelas bahwa konsep Tuhan impersonal adalah konsep ketuhanan yang tidak sempurna atau tidak lengkap. Jika konsep ketuhanan yang tidak sempurna ini dimutlakkan atau dianggap sebagai konsep ketuhanan yang utuh, maka konsep ketuhanan tersebut menjadi salah. Karenanya, semua ajaran agama yang berdasarkan pada konsep Tuhan impersonal sudah pasti BUKAN AGAMA YANG BENAR. Fakta ini tentu saja menghapus asumsi bahwa semua agama adalah benar. Dalam kenyataannya di dunia ini ada agama yang benar dan banyak agama yang salah. 

Karena agama-agama yang berdasarkan pada konsep Tuhan impersonal sudah pasti bukan agama yang benar, maka agama yang benar itu hanya dimungkinkaan ada diantara agama-agama semit yang menerima kebenarannya melalui pewahyuan, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Pada video bagian berikutnya kita akan membahas manakah diantara ketiga agama-agama semit tersebut yang layak disebut sebagai agama yang benar.

Terima kasih atas perhatian anda...

Viva Christo Rey!

 

Posting Komentar

0 Komentar