Transkrip:
Pax vobis, salam damai bagi kita semua...
Pada video bagian kedua ini saya masih akan membahas tanda-tanda jaman yang terjadi sebelum Konsili Vatikan II. Sekedar mengingatkan kembali, pada tahun 1884 Paus Leo XIII mendapatkan penglihatan dimana iblis bertekad untuk menghancurkan Gereja dalam kurun waktu 75-100 tahun. Tentu saja itu tidak berarti iblis baru akan berupaya menghancurkan Gereja setelah penglihatan tersebut karena dalam kenyataannya iblis sudah berusaha menghancurkan Gereja sejak awal Gereja didirikan. Jadi yang dimaksudkan oleh penglihatan tersebut adalah: iblis akan meningkatkan upayanya secara signifikan dan iblis yakin akan berhasil menghancurkan Gereja dalam kurun waktu 75-100 tahun, yaitu antara tahun 1959-1984.
Sama seperti dalam peperangan militer, berbagai persiapan pasti harus dilakukan sebelum melakukan serangan besar. Demikian juga jika iblis yakin dapat menghancurkan Gereja Katolik pada tahun 1959-1984, maka tentunya dia akan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk memastikan agar upayanya berhasil. Maka hal-hal penting yang terjadi setelah penglihatan Paus Leo XIII hingga tahun 1959, kemungkinan besar adalah bagian dari persiapan yang dilakukan iblis untuk mewujudkan ambisinya. Ini termasuk berbagai peristiwa politik penting yang sudah dibahas di video sebelumnya seperti Perang Dunia I, Revolusi Bolshevik, dan Perang Dunia II.
Pada video kali ini saya akan menambahkan peristiwa-peristiwa penting lain yang terjadi dalam kurun waktu tersebut, terutama yang berkaitan langsung dengan persoalan iman dan spiritual.
Bukan suatu kebetulan jika setelah tahun 1884, spiritualitas esoterik (batiniah) dalam bentuk gnostisisme, okultisme, dan agama-agama Timur seperti Hinduisme, Budhisme, Taoisme, dan sebagainya mulai memperbesar pengaruhnya di dunia barat. Gerakan spiritualitas esoterik ini umumnya menekankan upaya pengembangan diri secara spiritual, cenderung bersifat terbuka (dapat diikuti siapa saja) dan bebas dari berbagai doktrin agama. Spiritualitas esoterik ini menjadi daya tarik bagi banyak orang yang merindukan kehidupan spiritual tanpa harus terikat pada doktrin-doktrin agama yang dianggap membatasi kebebasan. Beberapa tokoh yang mempromosikan spiritualitas esoterik ini antara lain Helena Blavatsky (1831-1891), Alice Bailey (1880-1949), Swami Vivekananda (1863-1902), Paramahansa Yogananda (1893-1952), dan bahkan juga seorang romo Jesuit Teilhard de Chardin (1881-1955).
Kini spiritualitas semacam itu dikenal juga dengan istilah "Gerakan New Age". Kalau sekarang ada banyak orang yang mengaku menjalani hidup spiritual tanpa terikat agama tertentu, biasanya pandangan tersebut dipengaruhi oleh spiritualitas esoterik atau Gerakan New-Age ini. Contoh lain yang paling jelas adalah John Lennon dengan lagunya "Imagine" yang dalam liriknya membayangkan dunia tanpa agama. Ini adalah salah satu buah dari spiritualitas new-age karena John Lenon memang pernah mengikuti guru Hindu (Yoga) bernama Maharishi Mahesh Yogi selama beberapa waktu lamanya.
Apakah perkembangan spiritualitas esoterik ini berpengaruh pada orang-orang Katolik? Sedikit atau banyak pasti ada pengaruhnya...!
Ajaran-ajaran esoterik pada umumnya menawarkan pengalaman spiritual yang nyata dan dapat dirasakan. Seperti misalnya penglihatan atau suara-suara gaib, berbagai fenomena roh, pengetahuan-pengetahuan gaib, ramalan masa depan, kekuatan supranatural atau tenaga dalam, dan lain-lain. Ini sangat berbeda dengan puncak pengalaman rohani dalam Gereja Katolik yang kita terima melalui Sakramen Ekaristi, dimana kita tidak merasakan apapun selain dalam iman kita percaya telah mengalami persatuan nyata dengan Tuhan. Maka ajaran esoterik ini sangat menarik bagi orang-orang Katolik yang tidak memiliki fondasi iman kuat atau beriman suam-suam kuku. Ajaran-ajaran esoterik ini dianggap dapat memberikan suatu pengalaman dan kehidupan spiritual yang tidak mereka dapatkan di dalam Gereja Katolik.
Pada periode yang sama di dunia Kristen non-Katolik juga muncul gerakan spiritual yang lain yaitu gerakan Pentakosta. Gerakan ini muncul pada tahun 1901 dan entah bagaimana mengklaim sebagai kelanjutan dari fenomena bahasa roh di jaman para rasul yang sudah menghilang selama belasan abad lamanya. Sama seperti ajaran-ajaran esoterik tadi, gerakan pentakosta ini juga menawarkan pengalaman spiritual yang nyata, yang umumnya tidak didapatkan dalam Gereja Katolik.
Juga masih pada periode yang sama di Gereja Katolik muncul devosi baru yang digemari banyak umat, yaitu Devosi Kerahiman Ilahi. Devosi ini didasarkan pada pesan-pesan dan penampakan yang diterima oleh Sr. Faustina Kowalska dari Polandia pada kurun waktu tahun 1934 - 1938. Paus Pius XII sempat menempatkan buku harian Sr. Faustina yang menjadi sumber referensi dari devosi tersebut dalam indeks buku-buku terlarang. Demikian juga Paus Yohanes XXIII melalui Kardinal Ottaviani telah melarang penyebaran devosi dan gambar Kerahiman Ilahi pada tahun 1958 dan juga tahun 1959. Tidak ada penjelasan resmi mengenai alasan pelarangan devosi tersebut, tetapi banyak orang menduga penekanan devosi ini yang berlebihan pada Kerahiman Allah membuat peran baptis, pertobatan dan silih yang seharusnya perlu bagi keselamatan justru menjadi kabur atau terabaikan.
Lalu apa pengaruh gerakan new-age, pentakosta, dan Devosi Kerahiman Ilahi pada Gereja Katolik?
Fenomena berkembangnya ajaran esoterik dan munculnya gerakan pentakosta suka atau tidak suka memang berpengaruh pada banyak orang Katolik. Keduanya membantu munculnya dua gagasan merusak yang nantinya akan diakomodasi dalam Konsili Vatikan II.
Pertama, ajaran-ajaran palsu dari gerakan new-age dan gerakan Pentakosta membantu memunculkan gagasan bahwa di luar Gereja Katolik ada elemen kebenaran dan keselamatan. Gagasan inilah yang kelak akan membuat doktrin extra ecclesiam nulla salus menjadi rusak dan tidak berarti lagi.
Kedua, berkembangnya ajaran-ajaran palsu tersebut ikut berperan memunculkan gagasan sesat bahwa ada banyak ajaran di luar Gereja Katolik yang menawarkan apa yang tidak dimiliki oleh Gereja Katolik. Dan lebih jauh lagi, ajaran-ajaran tersebut dapat diintegrasikan atau diinkulturasikan ke dalam Gereja Katolik untuk melengkapi ajaran dan tradisi rohani yang sudah ada. Ini kelak membuka pintu kompromi iman dan berbagai upaya inkulturasi yang diakomodasi Konsili Vatikan II dengan dalih ekumenisme.
Kompromi iman dan berbagai upaya inkulturasi demi ekumenisme inilah yang akan merusak seluruh ajaran iman Katolik! Ingatlah, Rasul Paulus sudah mengatakan sedikit ragi cukup untuk mengkhamiri seluruh adonan (Gal.5:9), maka sedikit saja ajaran-ajaran sesat tersebut dikompromikan dan diintegrasikan ke dalam ajaran iman Gereja Katolik maka dipastikan cepat atau lambat seluruh ajaran iman Katolik akan rusak!
Sementara itu Devosi Kerahiman Ilahi yang berfokus pada Kerahiman Allah yang tercurah bagi semua orang ikut mendorong berkembangnya gagasan keliru bahwa semua orang pada akhirnya akan diselamatkan oleh karena Kerahiman Allah yang tak terbatas. Contoh yang paling jelas adalah mulai munculnya pandangan bahwa Yudas Iskariot juga ikut diselamatkan, atau gagasan bahwa neraka memang ada namun kosong karena semua jiwa yang ada di dalamnya pada akhirnya diselamatkan. Gagasan Kerahiman Allah yang keliru ini kelak juga ikut mendukung teologi inklusif dan semangat ekumenisme yang didorong oleh Konsili Vatikan II!
Berkembangnya gerakan new-age, munculnya gerakan pentakosta, dan Devosi Kerahiman Ilahi yang sempat dilarang pada masa pra-Konsili secara simbolik menunjukkan pada kita adanya upaya serangan iblis terhadap Gereja Katolik melalui tiga front, yaitu non-Kristen, Kristen non-Katolik, dan Katolik.
Peristiwa penting lain yang terjadi pasca penglihatan Paus Leo XIII di tahun 1884 adalah munculnya gerakan ekumenisme untuk mempersatukan berbagai kelompok Kristen. Ini terjadi pada tahun 1910 ketika berbagai denominasi Protestan mengadakan World Missionary Conference di Edinburgh, Skotlandia. Konferensi tersebut diakui sebagai titik awal dari gerakan ekumenisme di kalangan denominasi Protestan.
Munculnya gerakan ini yang menarik banyak orang-orang Katolik untuk berpartisipasi di dalamnya, mendapat kecaman keras dari hirarki Gereja Katolik. Paus Pius XI pada tahun 1928 mengeluarkan ensiklik 'Mortalium Animos' yang melarang keras orang-orang Katolik, baik klerus ataupun awam, untuk ikut berpartisipasi dalam gerakan ekumenisme tersebut. Namun di luar Gereja Katolik gerakan ekumenisme sesat ini malah mendapatkan sambutan hangat. Bahkan pada tahun 1948 Gereja Ortodoks juga ikut bergabung dalam gerakan ekumenisme ini melalui World Council of Churches di Amsterdam.
Gerakan ekumenisme sesat inilah yang kelak diakomodasi oleh Konsili Vatikan II sebagai salah satu tujuan utama dari konsili sebagaimana yang tertulis dalam dokumen 'Unitatis Redintegratio'.
Dengan demikian selain peristiwa politik yang sudah dibahas di video sebelumnya, dapat kita simpulkan ada dua peristiwa sangat penting yang terjadi pasca penglihatan Paus Leo XIII. Pertama, maraknya ajaran dan gerakan spiritual palsu melalui gerakan New Age, gerakan pentakosta, dan Devosi Kerahiman Ilahi. Kedua, munculnya upaya persatuan Kristen yang palsu melalui gerakan ekumenisme.
Bagi banyak orang munculnya berbagai kejadian tersebut tidak lebih sekedar konsekuensi logis dari perkembangan jaman. Namun bagi kita yang mengimani ajaran Katolik tidak demikian. Kita percaya sejak kejatuhan manusia ada kuasa gelap yang menguasai dunia (Yoh.12:31, 1Kor.2:6, Ef.6:12, dsb), dan kuasa gelap tersebut mengarahkan keinginan-keinginan dunia menuju pada kebinasaan (1Yoh.2:17). Dengan demikian kita percaya bahwa kedua peristiwa penting tersebut, yaitu munculnya spiritualitas palsu dan gerakan ekumenisme, sangat erat kaitannya dengan rencana iblis untuk menghancurkan Gereja sebagaimana yang terungkap dalam penglihatan Paus Leo XIII di tahun 1884.
Bersama dengan peristiwa politik penting yang sudah dijelaskan dalam video sebelumnya, peristiwa-peristiwa tersebut adalah bagian dari upaya iblis untuk mempersiapkan serangan mematikannya terhadap Gereja Katolik yang akan dilakukan pada tahun 1959-1984.
Apa yang terjadi pada kurun waktu tersebut? Kita akan membahasnya pada video berikutnya.
Terima kasih atas perhatian anda...
Viva Christo Rey!
0 Komentar