TRADITIONIS CUSTODES Dan Terbongkarnya TOPENG Konsili Vatikan II (part 2)


Transkrip video:

Pax vobis, salam damai dan sejahtera bagi kita semua...

Di video pertama sudah dibahas bagaimana dokumen Motu Proprio Traditionis Custodes secara implisit menyatakan Gereja Konsili tidak memiliki iman dan teologi yang sama dengan Gereja Katolik pra-Konsili. Artinya, melalui dokumen resmi Paus Fransiskus mengakui secara implisit, bahwa Gereja Konsili BERBEDA dengan Gereja Kristus yang diwariskan oleh para Rasul dan bapa-bapa Gereja selama lebih dari 19 abad! Itu semua merupakan konsekuensi logis dari penetapan Misa Novus Ordo sebagai satu-satunya lex orandi dari Gereja Konsili, yang sekaligus juga berarti menyatakan Misa Latin Tradisional bukan lex orandi dari Gereja Konsili!

Karena Tuhan sudah menjamin Gereja yang didirikan-Nya tetap ada sampai akhir jaman maka kita punya kepastian Gereja Katolik pra-Konsili yang menjadi kelanjutan dari Gereja para Rasul, tetap ada hari ini dan tetap menjadi satu-satunya sarana keselamatan sampai dengan kedatangan Tuhan!

Tapi dokumen Traditionis Custodes secara implisit juga memastikan bahwa Gereja Konsili bukanlah Gereja yang sama dengan Gereja pra-Konsili. Dengan demikian di dalam Gereja Katolik terdapat Gereja pra-Konsili yang merupakan kelanjutan dari Gereja Kristus yang diwariskan oleh para Rasul DAN sekaligus juga Gereja Konsili yang baru muncul setelah Konsili Vatikan II. Uskup Agung Vigano juga menyinggung adanya dua gereja ini dengan menyebut Gereja Konsili sebagai "DEEP CHURCH".

Ini memang keadaan yang luar biasa dan tidak pernah terjadi sebelumnya dalam seluruh sejarah Gereja. Tapi keadaan ini dengan amat sangat baik dijelaskan oleh perumpamaan tentang gandum dan lalang yang tumbuh dalam satu ladang. Saya akan mengutip perumpamaan itu secara lengkap:

"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu?

Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? 

Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. BIARKANLAH KEDUANYA TUMBUH BERSAMA sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku." (Mat.13:24-30).

Perhatikan bahwa di bagian akhir perumpamaan dikatakan lalang akan dikumpulkan dan dibakar. Itu menunjukkan bahwa perumpamaan tersebut berbicara tentang keadaan di akhir jaman! Maka perumpamaan ini pasti akan berhubungan erat dengan nubuat Rasul Paulus tentang kemurtadan yang harus terjadi menjelang kedatangan Tuhan (2Tes.2:3) dan juga dengan perkataan Tuhan tentang kedatangan Anak Manusia, "...jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" (Luk.18:8).

Dengan dokumen Traditionis Custodes secara resmi perumpamaan tentang gandum dan lalang yang tumbuh bersama sudah mulai tergenapi. Maka kemurtadan besar dan sulitnya menemukan iman di bumi, juga ada dalam proses yang sama!

Untuk memahami keadaan tersebut kita akan fokus pada perumpamaan tentang gandum dan lalang....

Sabda Tuhan adalah benih gandum yang ditanamkan Tuhan sejak jaman para nabi dan mulai bertumbuh dalam bentuk Gereja Kritus sejak jaman para rasul hingga sebelum Konsili Vatikan II. Gereja Kristus ini terwakili dengan sempurna dalam Gereja Katolik pra-Konsili. Dengan demikian gandum adalah Gereja Kristus yang tidak lain adalah Gereja Katolik pra-Konsili!

Pertanyaannya, jika gandum adalah Gereja Kristus apakah lalang itu adalah Gereja Antikristus?

Benar sekali!

Logikanya, jika iblis mampu menanamkan benih-benih jahat ke dalam Gereja Katolik, dia tidak akan melakukannya tanggung-tanggung. Iblis PASTI akan menanamkan benih Gereja Antikristus!

Dengan demikian lalang adalah Gereja Antikristus yang tumbuh setelah KVII, namun benihnya sudah ditanamkan oleh iblis jauh sebelumnya. Buku "Infiltration" karangan Dr. Taylor Marshall mengkonfirmasi adanya upaya penyusupan dari kaum liberal dan modernis ke dalam Gereja sudah dimulai bahkan sejak abad 19! Itu berdasarkan pengakuan dalam dokumen freemason "Alta Vendita". 

Selain itu Paus St. Pius X pada tahun 1907 juga menerbitkan ensiklik "Pascendi Dominici Gregis" yang mengutuk keras modernisme. Itu artinya modernisme sudah menjadi masalah besar bagi Gereja Katolik pada masa itu. Paus St. Pius X menyebut modernisme ini sebagai perpaduan semua bidat (synthesis of all heresies) maka dampaknya bagi Gereja pun pasti sangat signifikan.

Secara gampangnya, modernisme berarti suatu paham yang menganggap kebenaran selalu berubah dan diperbaharui mengikuti jaman. Para penganut modernisme kurang lebih percaya bahwa kebenaran itu berevolusi, terus berubah menjadi semakin sempurna, entah sampai kapan. Jelas ini bertentangan dengan pemahaman Gereja Katolik dimana kebenaran sudah tuntas dan sempurna dinyatakan melalui inkarnasi Tuhan kita!

Bidat modernisme inilah yang nantinya mempengaruhi sebagian hirarki Gereja untuk meninggalkan ajaran tradisional Gereja dan mengajarkan hal-hal yang baru dan berbeda dengan dalih mengikuti perkembangan jaman! 

Selanjutnya, sejak Konsili Vatikan II benih tersebut tumbuh menjadi lalang berupa Gereja Antikristus yang memiliki ciri khas: semangat ekumenis. Nanti akan saya jelaskan mengapa semangat ekumenis ini menjadi ciri pembeda yang utama antara Gereja Kristus dan Gereja Antikristus.

Sebagaimana lalang yang tumbuh bersama gandum dalam satu ladang, Gereja Antikristus ini juga eksis berdampingan dengan Gereja Kristus di dalam Gereja Katolik! Sama seperti Lucifer sebelumnya adalah bagian dari malaikat terang, demikian juga Gereja Antikristus ini dulunya adalah bagian dari Gereja Kristus. Seperti pernyataan Rasul Yohanes bahwa Antikristus berasal dari para rasul namun bukan bagian dari para rasul (1 Yoh.2:19), demikian juga Gereja Antikristus berasal dari Gereja Kristus namun bukan bagian dari Gereja Kristus!

Dari penjelasan ini semoga menjadi terang benderang bagaimana perumpamaan gandum dan lalang ini tergenapi di dalam Gereja Katolik saat ini, bukan di Gereja Ortodoks dan bukan pula di berbagai denominasi Protestan.

Mengapa?

Karena sasaran serangan iblis yang terakhir dan puncak adalah Gereja Katolik, satu-satunya Gereja Kristus. Bukan Gereja Ortodoks maupun denominasi Protestan yang sejak lama sudah jatuh ke tangan iblis.

Terlepas dari perumpamaan Injil tentang gandum dan lalang yang tumbuh bersama, tentunya menjadi pertanyaan besar: bagaimana mungkin di dalam Gereja Katolik bisa terdapat Gereja Antikristus yang eksis bersama-sama dengan Gereja Kristus? 

Ini aneh tapi nyata, dokumen Konsili Vatikan II justru memberi peluang bagaimana hal itu bisa terjadi! 

Sebelum Konsili Vatikan II, Gereja Kristus ADALAH Gereja Katolik. Dengan definisi seperti itu, memang mustahil di dalam Gereja Katolik ada yang lain selain Gereja Kristus. Jadi sebelum Konsili Vatikan II perumpamaan tentang gandum dan lalang yang tumbuh bersama memang tidak dapat digenapi!

Tapi dalam LG 8 definisi tersebut justru diubah menjadi: Gereja Kristus ada di dalam Gereja Katolik. Artinya Konsili Vatikan II secara implisit MEMBERI PELUANG bahwa di dalam Gereja Katolik dimungkinkan ada yang lain selain Gereja Kristus. Dan itu tidak lain adalah Gereja Antikristus yang eksis berdampingan dengan Gereja Kristus di dalam Gereja Katolik! Ini menjadikan perumpamaan lalang dan gandum yang tumbuh bersama di dalam satu ladang menjadi tergenapi dengan amat baik!

Salah satu indikasi awal yang kuat bahwa Gereja Konsili bukanlah Gereja yang sama dengan Gereja pra-Konsili adalah dibutuhkannya liturgi misa yang baru, yaitu Misa Novus Ordo. Misa baru yang dirancang untuk mengakomodasi semangat ekumenisme ini bertujuan untuk menggantikan Misa Latin Tradisional yang sudah berabad-abad digunakan. Itu menjadi tanda yang cukup jelas bahwa Gereja Konsili memiliki teologi dan ajaran yang berbeda dengan Gereja pra-Konsili!

Berbeda dengan Gereja Kristus yang melayani kehendak Tuhan, Gereja Antikristus ini melayani keinginan dunia dan penguasa dunia, yakni iblis. Jika Gereja Kristus bertujuan untuk mewujudkan Kerajaan Allah di bumi, Gereja Antikristus ingin mendirikan Menara Babel, yaitu Tatanan Dunia Baru. Maka Gereja Antikristus memiliki agenda untuk membangun sebuah agama global yang akan menjadi wadah persatuan semua agama di dunia.

Dan cara terbaik untuk mempersatukan semua agama adalah melalui ekumenisme! Itu sebabnya tadi saya katakan unsur pembeda utama antara Gereja Kristus dan Gereja Antikristus adalah EKUMENISME! Ini konsep persatuan yang tidak pernah diajarkan oleh Tuhan Yesus maupun para Rasul-Nya. Ekumenisme juga tidak pernah diajarkan oleh bapa-bapa Gereja sebelum Konsili Vatikan II. Baru setelah KVII ajaran diabolik ini muncul dan menjadi semangat seluruh dokumen-dokumennya. 

Para pendukung KVII biasanya selalu berdalih ada banyak ajaran yang baik dari bapa-bapa Gereja di dalam dokumen-dokumen KVII. Saya sama sekali tidak menyangkal itu. Tapi sebaliknya, mereka juga tidak mampu menyangkal adanya semangat ekumenisme di dalam dokumen-dokumen KVII. Seperti makanan enak yang mengandung sedikit racun mematikan, pasti banyak orang yang tertipu dan terkena racunnya. Begitulah dokumen-dokumen KVII berhasil menyesatkan banyak orang!

Maka sejak KVII proses pemurtadan Gereja melalui semangat ekumenisme yang kelak menjadi pemenuhan nubuat Rasul Paulus tentang kemurtadan besar menjelang kedatangan Tuhan (2 Tes.2:3), DIMULAI! 

Secara sederhana proses pemurtadan di dalam Gereja Katolik ini dapat digambarkan seperti kodok-kodok yang sedang direbus dalam sebuah panci berisi air yang dipanaskan dengan api kecil. Api kecil ini secara bertahap ditingkatkan panasnya. Beberapa kodok satu per satu mulai keluar dari panci begitu menyadari adanya perubahan suhu yang semakin lama semakin meningkat. Tapi sebagian besar kodok lainnya memilih tetap berada di panci dan tidak menganggap kenaikan suhu yang terjadi sebagai sesuatu yang berbahaya. Sampai akhirnya mereka sadar adanya bahaya tapi sudah terlambat karena otot-otot kaki mereka sudah rusak oleh panasnya air.

Proses pemurtadan bertahap itulah yang terjadi di Gereja Katolik setelah Konsili Vatikan II. Tapi fakta kelam adanya proses pemurtadan ini selalu ditutup-tutupi dengan propaganda kosong, bahwa KVII adalah karya Roh Kudus yang memperbaharui Gereja.

Hanya segelintir orang Katolik yang dengan pertolongan Roh Kudus mampu melihat KVII sebagai suatu kekeliruan dan menolak mengikutinya. Salah satu diantaranya adalah Uskup Agung Marcel Lefebvre. Sekalipun sempat menandatangani beberapa dokumen konsili, dia memutuskan untuk menolak menandatangani sisa dokumen lainnya setelah menyadari adanya agenda ekumenisme yang sesat di dalamnya. Mgr. Marcel Lefebvre inilah yang dikemudian hari membentuk ordo SSPX dengan tujuan untuk mempersiapkan imam-imam tradisional yang akan mempertahankan ajaran Gereja Katolik tradisional.

Sama seperti anak serigala yang tampak lucu seperti anak anjing lainnya saat masih kecil namun menjadi berbeda dan menampakkan karakter aslinya setelah menjadi besar, demikian juga dengan Gereja Konsili. Setelah beberapa tahun lamanya, akhirnya kesesatan Gereja Konsili mulai muncul ke permukaan!

Pada tahun 1986, lebih dari dua dekade setelah KVII berakhir, Paus Yohanes Paulus II mengadakan kegiatan Doa Bersama semua agama di Asisi, dengan dalih demi perdamaian dunia! Dari kegiatan ini semangat ekumenisme Konsili Vatikan II mulai menghasilkan buah busuknya berupa pelanggaran terang-terangan terhadap perintah pertama dari Sepuluh Perintah Allah!

Sebenarnya selain skandal doa bersama di Asisi tahun 1986, kecenderungan Gereja Konsili untuk menjadi liberal dan modernis semakin lama semakin kuat. Namun Paus Benediktus XVI mencoba meredam kecenderungan itu dengan menekankan perlunya "hermeneutic of continuity" atau menafsirkan dokumen KVII sejalan dengan ajaran tradisional Gereja. Untuk memperkuat gagasan "hermeneutic of continuity" ini Paus Benediktus XVI menerbitkan Motu Proprio Summorum Pontificum yang menghidupkan kembali Misa Latin Tradisional untuk berdampingan bersama dengan Misa Novus Ordo!

Tapi seiring dengan digantikannya Paus Benediktus XVI oleh Paus Fransiskus, kebijakan "hermeneutic of continuity" yang dianggap menghambat agenda Gereja Konsili secara perlahan ditinggalkan! Gereja Konsili tidak bisa terus-menerus berpura-pura!

Akhirnya Paus Fransiskus melalui Motu Proprio Traditionis Custodes membatalkan dokumen Summorum Pontificum dari Paus Benediktus XVI, menetapkan Misa Novus Ordo sebagai satu-satunya lex orandi Gereja Konsili, dan secara bertahap meniadakan Misa Latin Tradisional. 

Ini menjadi blunder besar bagi pendukung KVII karena justru membuka topeng Gereja Konsili yang selama ini berusaha ditutupi dengan berbagai propaganda, termasuk melalui kebijakan "hermeneutic of continuity". Berdasarkan dokumen Traditionis Custodes sekarang tidak dapat dibantah lagi bahwa Gereja Konsili yang ekumenis bukanlah Gereja Kristus, melainkan Gereja Antikristus!

Itu membuat sikap Mgr. Lefebvre yang sejak awal menolak KVII dan mendirikan SSPX untuk mempertahankan ajaran tradisional Gereja, TERBUKTI BENAR!

Fakta ini menjadi momen pencerahan bagi kita semua!

Sekarang menjadi amat jelas dan terang benderang mengapa Gereja Konsili membenarkan adanya kegiatan doa bersama semua agama, mengapa Gereja Konsili membiarkan adanya gerakan karismatik dengan ritual iblisnya menyesatkan banyak umat, mengapa ada Paus yang nekat mencium Quran tanpa rasa bersalah, mengapa berhala Pachamama bisa dihormati di dalam Basilika St. Petrus, bahkan mengapa Gereja Konsili, termasuk KWI tentunya, ikut ambil bagian aktif dalam agenda globalis untuk sibuk mempromosikan program vaksinasi....

Berkat Traditionis Custodes sekarang kita tahu pasti itu semua karena Gereja Konsili memang bukan Gereja yang diwariskan oleh para Rasul. Gereja Konsili tidak lain adalah Gereja Antikristus! 

Memang ini fakta yang menyakitkan, tapi lebih baik diungkapkan ketimbang didiamkan dan banyak orang terjebak di dalamnya sampai akhir hidupnya. Ini suatu situasi tidak nyaman yang tidak bisa kita hindari atau kita tutup-tutupi lagi, suka atau tidak suka kita harus menghadapinya!

Di video bagian ketiga atau terakhir saya akan membahas bagaimana sikap kita sebagai orang Katolik yang ingin tetap setia menjadi pengikut Kristus di dalam Gereja Katolik dalam menghadapi situasi luar biasa yang terjadi sekarang ini.

Terima kasih atas perhatian anda...

Viva Christo Rey!
 

Posting Komentar

0 Komentar