TRADITIONIS CUSTODES Dan Terbongkarnya Topeng Konsili Vatikan II (part 1)


 

Transkrip video:

Pax vobis, salam damai dan sejahtera bagi kita semua!

Ini adalah video tentang Konsili Vatikan II yang paling penting yang pernah saya buat sejauh ini. Karena materinya cukup panjang, saya akan membaginya menjadi beberapa video. Silahkan simak baik-baik video ini sampai akhir dan ikuti kelanjutannya...

Pada tanggal 16 Juli 2021 Paus Fransiskus mengeluarkan dokumen yang ditulis atas inisiatifnya sendiri, yaitu Motu Proprio Traditionis Custodes. Berdasarkan dampaknya ini adalah dokumen resmi Gereja Katolik yang terpenting sejak Konsili Vatikan II. Mengingat pentingnya dokumen ini, saya sengaja tidak terburu-buru dalam menanggapi. Saya mencoba menangkap berbagai reaksi dan komentar banyak pihak terhadap dokumen kontroversial tersebut, baik dari berbagai sumber di luar negeri maupun dari dalam negeri.

Tanggapan klerus lokal cukup beragam. Sebagian besar, kalau tidak dapat dikatakan semua, tentu saja mendukung dokumen ini. Ada yang menganggap dokumen ini tidak penting bagi umat Katolik di Indonesia. Alasannya karena Misa Latin Tradisional hanya dipraktekkan secara amat terbatas. Ada lagi yang menganggap dokumen ini perlu untuk melanjutkan semangat KVII di dalam Gereja Katolik secara tegas tanpa dihalangi oleh romantisme masa lalu yang sudah usang. 

Tapi sayang sekali sejauh ini malah belum ada tanggapan dari klerus lokal yang biasa mempersembahkan Misa Latin Tradisional. Entah karena takut mendapat teguran uskup, takut dipindahtugaskan ke paroki di pulau terpencil, atau karena alasan lain, saya tidak tahu. Bagaimanapun sikap ini memberikan kesan pada mereka yang selama ini mendukung keberadaan Misa Latin Tradisional bahwa Misa asli Gereja Katolik tersebut tidak lebih hanyalah variasi liturgi yang tidak penting dan tidak layak diperjuangkan! Kita tentunya berharap klerus yang bersangkutan suatu saat berani menyatakan sikapnya sehingga orang-orang Katolik tradisionalis di Indonesia tidak merasa harus berjuang sendiri.

Ada tiga point penting dalam dokumen Traditionis Custodes yang akan disinggung dalam video ini:

1. Pembatalan terhadap Moto Proprio Summorum Pontificum dari Paus Benediktus XVI.
2. Upaya untuk menghambat dan bahkan secara bertahap meniadakan Misa Latin Tradisional.
3. Menetapkan Misa Novus Ordo sebagai satu-satunya liturgi ritus Romawi di Gereja Konsili.

Dokumen ini berjudul "Penjaga Tradisi". Tapi ironisnya, isinya malah membungkam dan menghancurkan tradisi! Inilah lelucon paling lucu dari Paus Fransiskus sepanjang masa kepausannya.

Tapi adalah keliru kalau kita melihat dokumen ini hanyalah soal pembatasan atau pelarangan Misa Latin Tradisional. Dokumen Traditionis Custodes berkaitan erat dengan pertarungan ideologi yang ada di balik Misa Latin Tradisional dan Misa Novus Ordo! Bahkan jika kita pahami lebih dalam, dokumen Traditionis Custodes sebenarnya telah membongkar topeng diabolik KVII yang selama ini selalu dijaga dengan rapi oleh para hirarki upahan melalui berbagai macam propaganda!

Melalui Traditionis Custodes, Paus Fransiskus secara resmi menetapkan Misa Novus Ordo sebagai satu-satunya ekspresi lex orandi Gereja Katolik pasca-konsili! Secara tidak langsung itu berarti bahwa Misa Latin Tradisional yang sudah berabad-abad digunakan Gereja Katolik pra-Konsili BUKANLAH ekspresi lex orandi dari Gereja Konsili! Sebagai konsekuensinya, Misa Latin Tradisional cepat atau lambat harus disingkirkan!

Harus kita ingat, bahwa ini bukan sekedar soal bahasa karena Misa Novus Ordo juga bisa dilakukan dalam bahasa Latin seperti yang sering kita lihat pada Misa Natal atau Paskah yang ditayangkan langsung dari Vatikan! Tidak ada masalah dengan Misa Novus Ordo yang dipraktekkan dalam berbagai macam bahasa, entah itu bahasa Latin, bahasa Inggris, bahasa Spanyol, bahasa Indonesia, bahasa Jawa, atau bahasa-bahasa lainnya. Itu semua tetaplah Misa Novus Ordo dan semuanya merupakan lex orandi dari Gereja Katolik pasca-Konsili.

Tapi Misa Latin Tradisional berbeda! Melalui Traditionis Custodes secara implisit Misa Latin Tradisional sudah dinyatakan BUKAN lex orandi Gereja Konsili, dan sebagai konsekuensinya harus disingkirkan!

Jadi apa yang membedakan Misa Latin Tradisional dengan Misa Novus Ordo?

Yang membedakan adalah teologi yang mendasarinya! Secara garis besar, Misa Latin Tradisional didasarkan pada teologi upacara korban Kalvari. Itu ditandai dengan imam menghadap altar dan liturgi yang berpusat pada Tuhan. Sementara Misa Novus Ordo didasarkan pada teologi perjamuan kudus yang lebih mirip Protestan. Itu ditandai dengan imam yang menghadap umat dan liturgi yang berpusat pada komunitas.

Lex orandi lex credendi, cara kita berdoa menentukan bagaimana iman kita! Dari prinsip ini kita mengetahui bahwa liturgi Misa adalah ekspresi dari iman Gereja.

Misa Latin Tradisional yang dibakukan pertama kali oleh Paus St. Pius V, berasal dari liturgi Misa yang sudah dipraktekkan Gereja Katolik sejak abad ke 5. Misa ini menjadi lex orandi Gereja Katolik sampai dengan tahun 1969. Dalam Misa Latin Tradisional itulah seluruh teologi ajaran Gereja Kristus yang sama sejak jaman para Rasul diekspresikan!

Setelah Konsili Vatikan II ternyata ada ajaran atau semangat Konsili Vatikan II yang tidak dapat diekspresikan dalam Misa Latin Tradisional. Dan sebaliknya, ada elemen-elemen liturgi Misa Latin Tradisional yang tidak sejalan dengan semangat Konsili Vatikan II. Oleh karenanya Gereja Katolik pasca-Konsili membutuhkan sebuah liturgi Misa yang baru agar selaras dengan 'semangat' Konsili Vatikan II.

Maka pada tahun 1965, menjelang Konsili Vatikan II berakhir, Anibale Bugnini yang diduga kuat sebagai seorang freemason mendapat tugas untuk membuat pembaharuan liturgi. Dalam salah satu komentarnya dia mengatakan demikian, "Kita harus menghilangkan dari doa dan liturgi Katolik SEGALA SESUATU yang dapat menjadi batu sandungan bagi saudara-saudara kita yang terpisah, yaitu Protestan." Pernyataan ini dengan amat jelas menunjukkan bahwa pembentukan Misa Novus Ordo memang didasarkan pada semangat ekumenisme yang kompromis sesuai ajaran Konsili Vatikan II!

Sebenarnya, keberadaan Misa Novus Ordo yang dirancang untuk mengakomodasi semangat ekumenis Konsili Vatikan II sudah mengindikasikan bahwa Gereja Katolik pasca-Konsili memiliki ajaran iman dan teologi yang berbeda dengan Gereja Katolik pra-Konsili.

Tapi anggapan ini berusaha ditepis oleh Paus Benediktus XVI melalui konsep "hermeneutic of continuity". Apabila KVII ditafsirkan sejalan dengan ajaran tradisional Gereja, maka Gereja Katolik pasca-Konsili tetaplah Gereja Katolik yang sama dengan Gereja pra-Konsili. Paus Benediktus XVI tahu betul, jika Konsili Vatikan II sampai terbukti menghasilkan teologi dan ajaran iman yang berbeda dengan ajaran Gereja Katolik pra-Konsili, pasti ada yang salah dengan Konsili Vatikan II!

Untuk mendukung "hermeneutic of continuity" yang digagasnya, pada tahun 2007 Paus Benediktus XVI mengeluarkan Motu Proprio Summorum Pontificum yang memberi kebebasan para imam untuk mengadakan Misa Latin Tradisional tanpa harus meminta ijin Uskup. Menurutnya Misa Latin Tradisional dan Misa Novus Ordo adalah dua bentuk yang berbeda dari ritus yang sama. Atau dengan kata lain dua forma dari satu lex orandi yang sama. Misa Novus Ordo disebut sebagai "Misa Forma Ordinaria" (bentuk biasa) dan Misa Latin Tradisional disebut sebagai "Misa Forma Extraordinaria" (bentuk khusus/tidak biasa).

Dengan menghidupkan kembali Misa Latin Tradisional untuk eksis bersama-sama dengan Misa Novus Ordo, Paus Benediktus XVI ingin menunjukkan bahwa segala pembaharuan dalam Konsili Vatikan II tidak mengubah iman Gereja karena dapat diekspresikan sama baiknya dalam dua cara, baik melalui Misa Novus Ordo maupun Misa Latin Tradisional. Mereka yang senang dengan cara beriman yang modern, aktif, dinamis, inovatif, dan ekumenis silahkan mengikuti Misa Novus Ordo. Sedangkan mereka yang suka dengan gaya-gaya retro, klasik, konservatif, dan kontemplatif, silahkan mengikuti Misa Latin Tradisional!

Ternyata gagasan "hermeneutic of continuity" hanya cantik dalam teori tapi tidak sesuai dengan kenyataan!

Mereka yang mengikuti Misa Latin Tradisional cepat atau lambat dapat merasakan adanya perbedaan yang signifikan. Perbedaan Misa Latin Tradisional dan Misa Novus Ordo bagaikan korban bakaran yang dilakukan Habel dan Kain, yang satu lebih baik dari yang lain. Tidak hanya dalam kekudusan liturginya yang terasa superior dibanding Misa Novus Ordo, tapi juga kedalaman teologi ajaran Gereja Katolik pra-konsili yang mendasari liturgi Misa suci tersebut. Akhirnya tidak jarang dari mereka sampai pada kesimpulan bahwa Konsili Vatikan II yang membawa banyak buah-buah buruk dalam kehidupan Gereja Katolik adalah suatu penyimpangan!

Inilah yang dilihat oleh Paus Fransiskus sebagaimana yang ditulisnya pada surat pengantar dokumen Traditiones Custodes, "...penggunaan instrumental Missale Romanum tahun 1962 sering ditandai dengan penolakan tidak hanya terhadap reformasi liturgi (Misa Novus Ordo), tetapi juga terhadap Konsili Vatikan II itu sendiri...".

Paus Fransiskus tahu betul, membiarkan keberadaan Misa Latin Tradisional dengan kebebasan yang diberikan oleh Summorum Pontificum akan sama halnya dengan membiarkan semangat penolakan terhadap Konsili Vatikan II dan Misa Novus Ordo terus berkembang. Bagi pendukung Konsili Vatikan II itu sama saja dengan tindakan bunuh diri! 

Inilah yang tidak bisa dibiarkan oleh Paus Fransiskus sehingga dia mengeluarkan Motu Proprio Traditiones Custodes yang intinya membatalkan Summorum Pontificum, secara bertahap meniadakan Misa Latin Tradisional, dan menetapkan Misa Novus Ordo sebagai satu-satunya lex orandi Gereja Katolik pasca-Konsili!

Apakah Paus Fransiskus tidak menyadari dampaknya atau memang karena tidak punya pilihan lain, saya tidak tahu. Tapi dokumen Traditiones Custodes sebenarnya telah membuka topeng Konsili Vatikan II yang sekarang terpaksa harus menunjukkan wajah aslinya!

Seperti yang saya sebut tadi, Summorum Pontificum dikeluarkan oleh Paus Benediktus XVI sebagai bagian untuk mendukung gagasan "hermeneutic of continuity". Paus Benediktus XVI ingin meyakinkan kita bahwa pembaharuan yang dibawa Konsili Vatikan II tidak menghasilkan ajaran yang berbeda dari Gereja Katolik pra-konsili! 

Paus Benediktus XVI pasti menghayati betul pernyataan Rasul Paulus:

Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia (Gal.1:8-9).

Paus Benediktus XVI adalah salah seorang bapa konsili yang masih hidup. Apabila Konsili Vatikan II ternyata mengajarkan ajaran yang berbeda dari Gereja pra-Konsili maka semua bapa konsili, termasuk Paus Benediktus XVI sendiri, telah bersalah dan ada di bawah kutukan Rasul Paulus! Inilah yang pasti tidak diinginkan oleh Paus Benediktus XVI.

Tapi Konsili Vatikan II memang mengajarkan ajaran yang berbeda dari Gereja pra-Konsili! Semangat ekumenisme yang menjadi jantung dari dokumen-dokumen Konsili Vatikan II tidak pernah diajarkan oleh para Rasul dan semua bapa-bapa Gereja sebelum Konsili Vatikan II. Semangat ekumenisme inilah yang menjadi perbedaan mendasar antara Gereja Katolik pra-Konsili dan Gereja Konsili! Itu cukup untuk membuat Gereja Konsili BERBEDA dari Gereja pra-Konsili, yang juga berarti Gereja Konsili BERBEDA dengan Gereja Kristus yang diwariskan secara berkesinambungan oleh para Rasul dan bapa-bapa Gereja!

Akhirnya gagasan "hermeneutic of continuity" hanyalah topeng cantik yang berusaha menutupi fakta Gereja Konsili sebagai GEREJA YANG BERBEDA dari Gereja para Rasul!

Sekarang, melalui 'Traditionis Custodes' Paus Fransiskus telah membuka topeng tersebut! Dengan menetapkan Misa Novus Ordo sebagai satu-satunya lex orandi Gereja Konsili, itu sama saja dengan mengakui SECARA RESMI bahwa Gereja Konsili memang BERBEDA dengan Gereja pra-Konsili! Dan sebagai konsekuensinya, Gereja Konsili juga BERBEDA dengan Gereja yang diwariskan oleh para Rasul! Itu sebabnya di awal tadi saya katakan Traditionis Custodes ini adalah dokumen terpenting sejak Konsili Vatikan II!

Apakah itu berarti Gereja yang diwariskan oleh para Rasul sudah tidak ada lagi? Mustahil! Tuhan sendiri sudah menjanjikan Gereja yang didirikan-Nya tetap eksis sampai akhir jaman! Seperti yang dikatakan Rasul Paulus, akan tetap ada suatu sisa umat yang dipilih Tuhan menurut kasih karunia (Rm.11:5). Mereka adalah orang-orang yang tetap setia pada iman Gereja pra-Konsili dan menolak mencemarkan dirinya dengan semangat ekumenisme yang diajarkan Gereja Konsili!

Lalu bagaimana mungkin ada Gereja pra-Konsili dan Gereja Konsili yang memiliki ajaran berbeda tapi sama-sama mengaku sebagai Gereja Katolik?

Mengapa tidak? Itulah yang dijelaskan Tuhan melalui perumpamaan lalang dan gandum yang tumbuh bersama dalam satu ladang. Gandum berasal dari benih yang ditaburkan Tuhan, sementara itu lalang adalah benih yang ditaburkan musuh-Nya akibat kelengahan para penjaga ladang. Yang dimaksud sebagai gandum tentu saja Gereja Kristus yang diwariskan oleh para Rasul, sedangkan lalang adalah Gereja Konsili yang baru muncul setelah Konsili Vatikan II dan sekarang melalui Traditionis Custodes sudah resmi dinyatakan BERBEDA dari Gereja yang diwariskan para Rasul!

Sekarang pertanyaan pentingnya, jika gandum adalah Gereja Kristus apakah lalang adalah Gereja Antikristus?

Saya akan menjawab ini dalam video berikutnya.

Terima kasih atas perhatian anda...

Viva Christo Rey!

Posting Komentar

0 Komentar