Solusi Hidup Beriman Di Masa Pandemi | No Vaksin No Problem - No Faith BIG PROBLEM!

 

Transkrip video:

 

 Pax vobis, salam damai dan sejahtera bagi kita semua...

Sudah setahun lebih pandemi virus corona yang berasal dari Wuhan - Cina ini menjadi bencana yang menyengsarakan seluruh dunia. Sampai sejauh ini belum ada solusi yang tepat untuk mengatasi pandemi tersebut.

Upaya karantina atau pembatasan kegiatan masyarakat terbukti menimbulkan persoalan baru berupa lumpuhnya perekonomian sehingga tidak mungkin diberlakukan dalam waktu lama.

Sementara upaya vaksinasi juga bermasalah karena vaksin-vaksin yang ada sebenarnya masih dalam tahap uji coba tapi dipaksakan untuk diberikan kepada masyarakat karena kebutuhan darurat. Akibatnya selain pemberian vaksin tersebut menimbulkan efek samping yang tidak jarang bersifat fatal bagi sebagian orang, vaksin-vaksin yang setengah jadi tersebut juga ikut memicu munculnya varian-varian virus baru yang lebih berbahaya dan lebih cepat menular..

Ini membuat solusi medis bagaikan buah simalakama.. Tanpa vaksinasi virus terus menyebar makin luas, sementara dengan vaksinasi justru muncul varian virus baru yang semakin berbahaya dan sulit ditangani.

Dunia seperti sedang menerima kutukan untuk menjalani penderitaan akibat pandemi ini entah sampai kapan... Bencana ini sekaligus juga menyadarkan manusia betapa kemajuan teknologi yang didewakan sebagian orang ternyata tidak berdaya ketika berhadapan dengan virus yang tak terlihat mata....

Lalu apakah berpaling pada Tuhan bisa menjadi solusi?
Seharusnya YA, itu solusi yang terbaik...!

Tetapi apa yang dilakukan oleh Paus Fransiskus tahun lalu, ketika mengajak semua tokoh agama bersama-sama mencanangkan tanggal 14 Mei 2020 sebagai hari doa dan puasa untuk menghadapi pandemi, adalah sebuah kesalahan besar yang justru menambah parah bencana yang terjadi!

Mengapa demikian?

Karena agama-agama lain tidak menyembah Tuhan yang sama dengan kita. Maka ajakan doa bersama untuk menghadapi pandemi seperti itu sama dengan menghadirkan allah-allah lain di hadapan Tuhan yang benar! Itu adalah pelanggaran terang-terangan atas hukum pertama, "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku" (Kel.20:3). Bagaimana mungkin kita meminta pertolongan Tuhan dengan cara melanggar perintah-Nya yang pertama? Itu jelas mustahil!

Dengan tindakan tersebut Paus Fransiskus seolah berkata seperti ini, "Mari kita ajak tuhan-tuhan yang kita sembah itu, Allah Tritunggal, Baal, Lucifer, Beelsebul, Jin Arab, Brahma, Visnu, Shiva, Pachamama untuk bekerja sama menolong kita! Semakin banyak tuhan yang terlibat, semakin bagus!"

Kita tahu itu adalah penghinaan bagi Tuhan dan pasti bukan tanpa konsekuensi. Maka tidak heran kalau bukan pertolongan Tuhan yang kita dapat tetapi bencana yang semakin berat!

Celakanya tindakan bodoh yang sama juga dilakukan oleh pemerintah kita melalui kegiatan "PrayFromHome" beberapa waktu yang lalu. Bahkan perwakilan Gereja Katolik dalam kegiatan tersebut, seolah malu pada kekatolikannya, berdoa tanpa membuat tanda salib dan tanpa menyebut nama Yesus Kristus Tuhan kita! Sudah pasti kegiatan tersebut hanya akan menambah berat bencana pandemi yang terjadi!

Lalu apakah itu berarti meminta pertolongan Tuhan di masa pandemi ini akan sia-sia?
Sama sekali tidak, itu tetap cara terbaik. Hanya saja harus dilakukan dengan benar, bukan dengan cara yang malah mendatangkan murka Tuhan!

Misalnya, ketimbang Paus Fransiskus mengajak semua tokoh agama untuk berdoa bersama jauh lebih baik jika ia mengajak hanya hirarki dan umat Katolik saja untuk bertobat dan berdoa bersama memohon pertolongan Tuhan. Jika pun tetap ingin mengajak pemimpin agama lain, ajak mereka untuk bergabung dengan menerima iman Katolik terlebih dahulu sebelum berdoa bersama! Tapi saya yakin itu tidak akan dilakukan oleh Paus Fransiskus atau hirarki Gereja Katolik lain yang dijiwai semangat ekumenis ala Konsili Vatikan II.

Lalu apa solusinya?

Lupakan semangat ekumenisme yang terbukti menyesatkan karena lebih mementingkan keinginan dunia ketimbang kehendak Tuhan. Dan kembalilah pada ajaran Gereja Katolik yang benar sebelum Konsili Vatikan II, yang lebih mengutamakan kehendak Tuhan ketimbang keinginan-keinginan dunia.

Selanjutnya, sama seperti bencana Kota Niniwe dapat dihindarkan setelah penduduk kota tersebut mendengarkan seruan Nabi Yunus untuk bertobat, kita pun bisa mulai dengan membangun semangat pertobatan dan pengudusan hidup kita masing-masing sejalan dengan ajaran iman yang benar. Semoga dengan cara demikian Tuhan berkenan segera menghentikan pandemi berkepanjangan ini, atau setidaknya menolong kita untuk melewatinya.

Mari kita lihat persoalan yang kita hadapi dalam pandemi ini!

Bagi umat Katolik bencana pandemi ini membawa akibat yang lebih dari sekedar bahaya penyakit dan kematian badan. Akibat pandemi kita juga mengalami kesulitan mendapatkan akses terhadap sakramen-sakramen yang dibutuhkan demi keselamatan dan pengudusan jiwa kita. Entah karena klerusnya yang takut tertular virus atau karena pembatasan oleh pemerintah.

Menjadi pertanyaan besar bagi kita semua, jika akses terhadap sakramen menjadi sulit atau bahkan tidak ada, bagaimanakah kita dapat membangun semangat pertobatan dan menguduskan hidup kita tanpa sakramen?

Beruntung Injil memberi petunjuk bahwa kemungkinan untuk memperoleh rahmat keselamatan, pertobatan, dan pengudusan di luar sakramen itu tetap tersedia. Misalnya dalam kasus penjahat yang disalibkan bersama Tuhan kita. Sebelum disalibkan Tuhan mengatakan, "Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan.." (Mrk.16:16) yang artinya Sakramen Baptis itu perlu bagi keselamatan. Tapi penjahat yang disalibkan bersama Tuhan kita tetap diselamatkan meski dia hanya percaya tapi tidak dibaptis.

St. Thomas Aquinas menjelaskan keadaan ini dengan sangat baik: manusia memang dibatasi oleh sakramen, tapi Tuhan tidak dibatasi oleh sakramen.

Artinya, jika kita ingin diselamatkan maka kita harus dibaptis di dalam Gereja Katolik, tidak ada jalan lain. Jika kita ingin mendapatkan pengampunan dosa maka kita harus menerima Sakramen Tobat, tidak ada jalan lain. Jika kita ingin bersatu dengan Tuhan maka kita harus menerima Sakramen Ekaristi, tidak ada jalan lain.

Tapi karena kerahiman-Nya yang besar dan alasan-alasan yang hanya diketahui Tuhan sendiri, Dia dapat menyelamatkan orang yang tidak menerima Sakramen Baptis, mengampuni dosa orang yang tidak menerima Sakramen Tobat, dan mempersatukan Diri-Nya dengan orang yang tidak menerima Sakramen Ekaristi. Tentu saja Tuhan tidak akan menyelamatkan orang yang tidak percaya atau tidak mau diselamatkan, Dia juga tidak akan mengampuni orang yang tidak bertobat, dan yang jelas Dia tidak akan mempersatukan Diri-Nya dengan orang yang menentang Sabda-Nya.

Nah, problem kita saat pandemi ini diantaranya adalah sulitnya akses pada Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi. Padahal kedua sakramen itu perlu kita terima secara rutin demi pengudusan hidup kita. Maka agar kita tetap dapat memiliki kesempatan untuk memperoleh anugerah-anugerah tersebut kita perlu membangun semangat pertobatan dan kerinduan untuk bersatu dengan Tuhan secara terus-menerus.

Memang kepastian untuk mendapatkan anugerah pertobatan dan pengudusan hanya bisa diperoleh melalui sakramen-sakramen dalam Gereja Katolik. Tapi setidaknya dengan cara tadi kita tetap memiliki harapan untuk dapat memperolehnya jika akses untuk menerima sakramen tertutup bukan karena kesalahan kita. Itu yang penting!

Tentunya ada banyak cara untuk membangun sikap pertobatan yang terus-menerus dan memupuk kerinduan untuk bersatu dengan Tuhan setiap hari. Salah satu cara sederhana yang dapat kita gunakan adalah dengan Doa Mazmur Yesus. Sekali lagi ini bukan satu-satunya cara, tapi cara inilah yang saya tahu dan sudah saya praktekkan selama bertahun-tahun.

Bentuk dasar dari Doa Mazmur Yesus terdiri dari dua buah doa sederhana.

Doa yang pertama:
"Tuhan Yesus Kristus Putra Allah, kasihanilah aku orang berdosa"
Doa ini dalam tradisi Gereja Timur dikenal juga dengan nama Doa Yesus. Doa ini sudah mulai dipraktekkan sejak abad kedua atau ketiga. Dasar yang digunakan adalah doa yang diajarkan Tuhan Yesus dalam perumpamaan tentang doa orang farisi dan doa pemungut cukai (Luk. 18:13). Selain itu juga seruan orang buta di dekat Kota Yerikho (Luk.18:38).

Doa yang kedua:
"Tuhan Yesus Kristus, aku mengasihi Engkau"
Doa ini diambil dari jawaban Petrus ketika ia ditanya Tuhan kita hingga tiga kali berturut-turut setelah sebelumnya ia menyangkal Tuhan kita sebanyak tiga kali (Yoh.21:15-17).

Dalam Doa Mazmur Yesus, doa yang pertama diucapkan sebanyak 10 kali berturut-turut, lalu dilanjutkan dengan doa yang kedua satu kali, kemudian kembali ke doa yang pertama 10 kali, dan seterusnya berulang-ulang. Disebut Doa Mazmur Yesus karena dalam versi aslinya doa yang pertama diucapkan hingga sebanyak 10 x 15 atau total 150 kali, sama seperti jumlah Mazmur.

Doa yang pertama diucapkan 10 kali berturut-turut sebagai simbol pertobatan kita yang telah berdosa karena melanggar 10 Perintah Allah. Selanjutnya, sama seperti Tuhan bertanya kepada Petrus yang bertobat setelah menyangkal-Nya, "Apakah engkau mengasihi Aku?" Tuhanpun sesungguhnya bertanya hal yang sama pada kita terkait dengan pertobatan yang kita lakukan. Maka doa yang kedua adalah jawaban kita kepada Tuhan, "Tuhan Yesus Kristus, aku mengasihi Engkau".

Doa yang kedua ini sekaligus juga menegaskan bahwa motif kita dalam bertobat bukanlah sekedar takut hukuman atau ingin memperoleh keselamatan pribadi. Motif kita yang utama dalam bertobat adalah karena kita mengasihi Tuhan. Dengan menghayati ini maka Doa Mazmur Yesus menjadi ungkapan pertobatan terbaik yang mungkin ada dalam seluruh ajaran iman Kristen! Tidak ada pertobatan yang lebih dalam selain pertobatan karena kita mengasihi Tuhan. Ketika akses pada Sakramen Tobat dibatasi, melalui doa sederhana ini kita masih dapat berharap memperoleh pengampunan atas dosa-dosa kita.

Selain itu doa yang kedua juga menjadi ungkapan kerinduan kita untuk bersatu dengan Tuhan. Ini sejalan dengan apa yang dikatakan Tuhan dalam Injil, "Jika seorang MENGASIHI Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan DIAM BERSAMA-SAMA dengan dia..." (Yoh.14:23). Ketika akses pada Sakramen Ekaristi dibatasi, kita masih dapat berharap Tuhan berkenan mempersatukan Diri-Nya dengan kita melalui doa ini.

Dengan demikian melalui Doa Mazmur Yesus ini kita dapat membangun semangat pertobatan dan memupuk kerinduan untuk bersatu dengan Tuhan setiap hari. Dalam skenario terburuk sekalipun kita tetap memiliki harapan untuk memperoleh keselamatan bagi jiwa kita. Itu yang terpenting!

Sekali lagi saya tidak bermaksud mengatakan Doa Mazmur Yesus ini sebagai pengganti Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi! Bagaimanapun rahmat pertobatan dan persatuan dengan Tuhan hanya tersedia secara pasti melalui sakramen saja. Tapi setidaknya melalui doa sederhana ini kita tetap membuka diri pada rahmat pertobatan dan persatuan dengan Tuhan sebagaimana yang kita rindukan melalui Sakramen. Di masa pandemi, ini menjadi sangat penting demi keselamatan jiwa kita.

Doa Mazmur Yesus ini bisa diikuti oleh semua Kristen, baik Katolik, Ortodoks, maupun Protestan. Jika anda ingin mempelajari Doa Mazmur Yesus lebih lanjut, anda bisa bergabung dengan program CRUSADER ACADEMY yang kita adakan di platform udemy. Atau anda bisa juga bergabung dengan grup FB kami, dimana setiap hari kami mengadakan kegiatan doa bersama menggunakan Doa Mazmur Yesus. Link-nya ada di keterangan video...

Pada video ini saya akan memberikan panduan sederhana bagaimana mempraktekkan Doa Mazmur Yesus dalam aktivitas kehidupan sehari-hari di masa pandemi. Saya berharap setelah menonton video ini anda sudah bisa mempraktekkan doa sederhana ini secara langsung.

Sebagai penderita lupus, saat ini saya tidak bisa mendapatkan vaksinasi untuk virus korona karena alasan adanya faktor komorbid. Celakanya obat-obatan untuk terapi lupus bersifat menurunkan daya imun tubuh. Padahal di saat pandemi ini orang justru disarankan untuk menaikkan daya imun dengan berbagai cara agar tidak mudah terserang virus. Dengan demikian bagi saya bepergian ke luar rumah, apalagi harus ke tempat dimana banyak orang berkerumun rasanya seperti harus berjalan melewati ladang ranjau. Resiko tertular virus sangat besar.

Maka mengandalkan pada perlindungan Tuhan adalah langkah yang terbaik. Itu biasa saya lakukan dengan mengucapkan Doa Mazmur Yesus dalam hati sambil melakukan aktivitas ringan seperti saat berjalan kaki, menunggu antrian, saat duduk di angkutan umum, dan sebagainya. Setidaknya itu jauh lebih baik dari pada sibuk bermain gadget.

Tentu saja saat saya melakukan kegiatan yang memerlukan fokus atau aktivitas berpikir, doa ini saya hentikan sementara. Setelah kegiatan tersebut selesai saya kembali melanjutkan doa. Demikianlah yang saya lakukan saat saya harus menjalani aktivitas di luar rumah di saat pandemi.

Memang Doa Mazmur Yesus bukanlah pengganti vaksinasi ataupun mampu memberikan efek kebal terhadap serangan virus, sama sekali tidak seperti itu. Tapi dengan berdoa setidaknya kita dapat melakukan kegiatan dengan tenang karena dalam iman kita percaya Tuhan menyertai dan melindungi kita.

Dengan demikian kita juga tidak perlu terjebak harus menuruti kewajiban vaksinasi apabila vaksin yang diberikan bertentangan dengan iman dan moral. Misalnya saja terhadap vaksin-vaksin yang kandungan bahannya menggunakan janin hasil aborsi dan sebagainya. Juga kalau kita khawatir pemberian vaksin justru akan memperburuk kesehatan kita, seperti contohnya saya sendiri yang tidak mau divaksin karena memiliki faktor komorbid.

Dan yang terpenting, bagi seorang Katolik doa ini memberikan ketenangan bagi jiwa karena kita tetap memiliki harapan terhadap anugerah pertobatan dan pengudusan meski dalam situasi akses terhadap sakramen sangat dibatasi.

Anda pun bisa melakukan hal yang sama. Ucapkan doa pertama dalam hati, "Tuhan Yesus Kristus Putra Allah, kasihanilah aku orang berdosa." Lakukan sebanyak 10 kali. Lalu lanjutkan dengan doa kedua dalam hati, "Tuhan Yesus Kristus aku mengasihi Engkau." Lakukan sebanyak satu kali.

Selanjutnya kembali ke doa yang pertama sebanyak 10 kali, doa yang kedua sekali, dan seterusnya berulang-ulang secara perlahan dalam hati. Tidak perlu menghitung berapa kali anda harus mengucapkan doa ini, lakukan saja kapanpun anda punya kesempatan melakukannya.

Untuk menghitung jumlah pengulangan doa, anda bisa menggunakan alat bantu doa seperti komboskini ataupun rosario. Jika tidak ada keduanya, anda bisa menggunakan jari-jari tangan.

Alat bantu doa favorit yang saya gunakan sehari-hari adalah komboskini. Bentuknya kecil sehingga tidak mencolok jika kita gunakan untuk berdoa saat beraktivitas di tempat umum. Anda bisa membuatnya sendiri, di keterangan video saya sertakan link video tutorial untuk membuat komboskini.

Atau jika anda tidak ada waktu untuk membuatnya, saya memiliki stok beberapa buah komboskini. Anda bisa mendapatkannya melalui link yang ada di keterangan video. Komboskini tersebut tidak dijual, cukup anda memberikan donasi sukarela untuk kelangsungan channel ini.

Semoga video ini dapat membantu anda untuk menjalani hidup di masa pandemi ini dengan penyertaan Tuhan melalui berkat yang terpancar dari Doa Mazmur Yesus.

Terima kasih atas perhatian anda..

Viva Christo Rey

Posting Komentar

0 Komentar