Solusi Melawan Nabi-Nabi Palsu | METANOIA VS Ekumenisme

 

Transkrip video:

Pax vobis, salam damai dan sejahtera bagi kita semua...

Video ini masih berkaitan tentang nabi-nabi palsu. Tapi kali ini kita akan membahas solusinya! Yaitu bagaimana kita dapat melawan nabi-nabi palsu yang menolak terwujudnya Kerajaan Allah di bumi dan telah menyesatkan banyak orang.

Karena Kerajaan Allah di bumi hanya mungkin terwujud setelah semua Kristen kembali bersatu di dalam Gereja-Nya, maka solusi yang efektif untuk melawan para nabi palsu itu adalah dengan membangun persatuan Kristen tanpa ekumenisme! Ini akan menelanjangi kebohongan para nabi palsu yang biasanya mempromosikan persatuan ekumenisme yang berujung pada pembangunan Gereja Antikristus, dan sekaligus menggagalkan rencana mereka.

Tapi sebelum itu kita akan merangkum kembali dua video sebelumnya. Ini penting agar kita menyadari betul persoalan yang kita hadapi akibat perpecahan Kristen sebelum kita berbicara tentang solusinya!

Video pertama diawali dengan masalah pelayanan penyembuhan spiritual yang dilakukan oleh orang-orang non-Katolik dalam nama Yesus. Sesuai dengan Injil Mat.7:22-23 ada kemungkinan penyembuhan tersebut tidak berasal dari Tuhan Yesus. Itu dapat terjadi apabila orang-orang yang melakukan penyembuhan dalam nama Yesus, disaat yang sama mereka melawan kehendak Tuhan! Dalam hal ini mereka melawan kehendak Tuhan untuk mewujudkan Kerajaan-Nya melalui Gereja Katolik yang telah didirikan-Nya.

Pada video kedua saya berbicara tentang perlunya Gereja Katolik bagi keselamatan. Itu terkait pada rencana keselamatan yang tidak hanya memulihkan kodrat manusiawi kembali menjadi ciptaan yang serupa dengan Gambar Tuhan, tapi juga memulihkan tatanan duniawi kembali menjadi seperti di dalam surga dengan cara mewujudkan Kerajaan Allah di bumi!

Kodrat manusiawi dipulihkan dengan pengudusan hidup manusia melalui sakramen-sakramen yang tersedia di dalam Gereja. Maka denominasi Protestan yang menolak sebagian sakramen-sakramen Gereja sama artinya dengan menentang rencana Tuhan untuk menguduskan kemanusiaan.

Sementara itu Kerajaan Allah di bumi diwujudkan dengan pengakuan seluruh dunia tanpa kecuali pada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Raja. Karena Gereja Katolik yang dipimpin seorang Wakil Kristus adalah perlambang yang sempurna dan sekaligus cikal bakal dari Kerajaan Allah di bumi, maka mereka yang memisahkan diri dari Gereja Katolik karena menolak dipimpin oleh Wakil Kristus sama artinya dengan menolak rencana Tuhan untuk membangun Kerajaan-Nya. Ini berlaku bagi denominasi-denominasi Protestan maupun Gereja-gereja Ortodoks.

Ada komentar di video yang menganggap ayat Injil Mat.7:22-23 tidak dimaksudkan untuk orang-orang Ortodoks dan Protestan, tapi bagi mereka yang menyalahgunakan Nama Yesus bagi kepentingan-kepentingan duniawi, seperti untuk mengumpulkan kekayaan dan sebagainya.

Tentu saja kurang tepat, karena kalau itu yang dimaksud maka ayat Mat.7:23 seharusnya berbunyi, "...Aku SUDAH tidak mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" karena mereka sebelumnya pengikut Yesus, namun kemudian menyimpang dan berbuat jahat. Tapi yang tertulis di Injil tidak demikian.

Mat.7:22 jelas tertulis demikian, "..Aku TIDAK PERNAH mengenal kamu!...," artinya bahkan saat mereka dibaptis pun mereka sudah tidak dikenal oleh Tuhan kita. Itu bisa terjadi karena mereka tidak menerima baptisan yang sama (Ef.4:5), atau juga karena mereka ada dalam kelompok Kristen yang melawan kehendak Tuhan untuk mewujudkan Kerajaan-Nya melalui Gereja Katolik! Dengan kata lain itu merujuk pada orang-orang Kristen yang ada di luar Gereja Katolik, yaitu diantaranya Ortodoks dan Protestan.

Tapi yang menjadi keberatan adalah mengapa mereka disebut sebagai pembuat kejahatan padahal sekalipun mereka di luar Gereja Katolik mereka selalu berusaha hidup baik dengan mengikuti ajaran Kitab Suci dan ajaran tradisi para rasul?

Satu hal yang pasti, mereka yang ada di luar Gereja Katolik bagaimanapun telah menolak Wakil Kristus sebagai pemimpin Gereja.

Pikirkan ini...

Bagaimana mungkin kita berharap seluruh dunia tanpa kecuali mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Raja kalau orang Kristen sendiri menolak mengakui Wakil Kristus sebagai pemimpin mereka sebelum Tuhan datang kembali! Itu sama seperti berharap dapat membangun gedung bertingkat sementara untuk membangun rumah sederhana saja tidak mampu! Jelas itu omong kosong!

Dengan demikian menolak Wakil Kristus sebagai pemimpin Gereja-Nya sama artinya dengan menolak rencana Tuhan untuk mewujudkan Kerajaan-Nya! Dan menolak terwujudnya Kerajaan Allah berarti membiarkan dunia terus ada di bawah pengaruh dosa! Jadi amat jelas bahwa kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang Ortodoks dan Protestan (tanpa mereka sadari) adalah menolak ikut serta membangun Kerajaan Allah sehingga berakibat dosa dan kejahatan tetap berkuasa di bumi!

Kesimpulan sederhana:

Perpecahan dari Gereja Katolik, terlepas dari apapun penyebabnya, adalah suatu kesalahan dan harus diperbaiki! Tidak peduli mereka terpecah karena skisma yang hanya menolak kepemimpinan Wakil Kristus, atau karena reformasi yang menolak banyak sakramen Gereja, mereka tetaplah ada di luar Bahtera Keselamatan! Akibatnya, mereka akan ikut binasa bersama dengan orang-orang yang tidak mengenal Kristus jika tidak kembali bersatu ke dalam Bahtera!

Sekarang tersedia tiga pilihan bagi orang-orang Kristen:

Yang pertama, menolak untuk bersatu karena menganggap kelompoknya sudah benar dan hanya percaya pada Yesus Kristus itu sudah cukup bagi keselamatan. Pilihan ini jelas bertentangan dengan kehendak Tuhan yang ingin mempersatukan domba-domba-Nya menjadi satu kawanan dengan satu hembala (Yoh.10:16). Pilihan ini harus kita tolak.

Pilihan kedua, bersatu tanpa harus kembali ke dalam Gereja Katolik melalui ekumenisme. Persatuan semacam ini jelas bertentangan dengan kehendak Tuhan karena selain terjadi DI LUAR Gereja yang didirikan-Nya, juga dibangun dengan cara mengkompromikan kebenaran dan mentoleransi kesesatan. Persatuan melalui ekumenisme ini yang sekarang sedang diupayakan oleh semua kelompok Kristen, termasuk juga oleh para nabi-nabi palsu. Karena persatuan secara ekumenis bertentangan dengan kehendak Tuhan, pilihan inipun harus kita tolak!

Pilihan yang ketiga adalah kembali bersatu di dalam Gereja Kristus yang satu, kudus, katolik, dan apostolik. Ini memang bukan pilihan yang populer, tapi inilah pilihan yang benar! Tuhan tentu menginginkan semua domba-domba-Nya yang keluar dari kandang dengan berbagai alasan, kembali bersatu sebagai satu kawanan dengan satu gembala di dalam Gereja yang didirikan-Nya. Persatuan ini dapat diwujudkan melalui metanoia, yaitu dengan cara setiap kelompok tanpa kecuali melakukan koreksi diri sehingga suatu saat, dengan pertolongan Tuhan, semuanya bersatu di dalam Gereja Kristus.

Saya tidak tahu apakah gagasan persatuan Kristen melalui metanoia ini suatu gagasan yang orisinil atau tidak, tapi sejauh yang saya tahu belum ada satu pun channel youtube Kristen di Indonesia yang mengupayakan persatuan Kristen dengan cara ini. Saya optimis suatu saat akan muncul channel-channel Kristen yang memiliki kesadaran untuk membangun persatuan Kristen melalui metanoia ini!

Saya akan menceritakan secara singkat dari mana munculnya gagasan persatuan Kristen melalui metanoia ini...

Sejak channel CN didirikan beberapa tahun yang lalu, memang gagasan untuk membangun persatuan Kristen sudah ada, tapi masih sangat sederhana. Karena awalnya channel CN berisi video-video apologetika kontra Islam, pada waktu itu gagasan persatuan Kristen hanya didasarkan pada adanya "musuh bersama" yang harus dihadapi.

Namun dalam perjalanan waktu kita menyadari persatuan seperti ini sangat rapuh. Apabila karena satu dan lain hal "musuh bersama" ini tidak ada lagi, maka perpecahan Kristen pasti kembali akan terjadi!

Maka kita membutuhkan persatuan yang lebih kokoh. Dari Injil kita tahu Tuhan menghendaki domba-domba-Nya bersatu sebagai satu kawanan dengan satu gembala. Maka dapat kita simpulkan bahwa persatuan Kristen dengan kembali bersatu di dalam Gereja Katolik yang didirikan Tuhan adalah persatuan Kristen yang paling kokoh.

Tapi bagaimana persatuan ini dapat diwujudkan?

Berbagai upaya persatuan sudah dilakukan selama berabad-abad tapi gagal membuahkan hasil. Misalnya saja Konsili Ferrara-Florence tahun 1438-1449 sebenarnya berhasil membuahkan kesepakatan dari delegasi Gereja-gereja Ortodoks untuk kembali bersatu ke dalam Gereja Katolik. Namun saat delegasi Gereja Ortodoks itu kembali ke daerahnya, mereka dicap sebagai pengkhianat dan kesepakatan yang sudah dibuat, dibatalkan secara sepihak.

Sementara itu upaya mempersatukan kembali orang-orang Protestan ke dalam Gereja Katolik juga tidak pernah berhasil. Apalagi dengan adanya berbagai kepentingan politik yang ikut mempengaruhi, jurang perpecahan malah semakin lebar.

Belajar dari berbagai kegagalan yang terjadi dalam sejarah maka kita perlu pendekatan yang berbeda tapi tetap mempertahankan prinsip persatuan kembali ke dalam Gereja Katolik tanpa kompromi. Dari sinilah muncul gagasan untuk mengadopsi proses transformasi spiritual manusia ke dalam proses persatuan Kristen.

Yohanes Pembaptis berseru di padang gurun Yudea, "Bertobatlah sebab Kerajaan Allah sudah dekat.." (Mat.3:2). Demikian juga Rasul Petrus di hari Pentakosta berseru, "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis.." (Kis.2:38).

Dari ayat-ayat tersebut dapat kita simpulkan bahwa langkah pertama yang harus diambil setiap orang berdosa untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, bahkan menuju kekudusan, adalah pertobatan. Atau bisa juga kita sebut sebagai proses metanoia, yaitu perubahan pikiran berupa penyesalan atas dosa yang dibuat dan sekaligus menginginkan kekudusan.

Karena proses persatuan Kristen juga melibatkan upaya pemulian menuju keadaan yang lebih baik, maka kita dapat menerapkan pola yang sama. Kita dapat  menerapkan proses metanoia ini untuk mengawali proses bersatunya semua Kristen yang terpisah agar kembali ke dalam Gereja Katolik! Dengan cara demikian maka persatuan Kristen dilakukan dengan cara yang berbeda dari sebelumnya.

Jangan pernah mulai proses persatuan dengan mencari "siapa yang salah" dalam tragedi perpecahan yang terjadi. Cara seperti itu hanya akan menimbulkan perdebatan berkepanjangan yang biasanya berujung pada kesepakatan untuk tidak sepakat, alias tetap tidak bersatu! Berabad-abad cara ini sudah digunakan tanpa hasil! Tidak perlu kita lanjutkan lagi! Orang yang mulai mempertanyakan itu hanya menunjukkan tidak adanya niat untuk bersatu, karena dia sudah tahu dengan cara demikian pada akhirnya upaya persatuan akan gagal seperti yang sudah terjadi sebelumnya.

Pada metanoia kita tidak mulai dengan mencari "siapa yang salah", tapi mulai dengan mengakui, "saya bersalah" dan selanjutnya melakukan koreksi diri. Inilah ciri khas prinsip metanoia yang mendasar dan berlaku untuk setiap kelompok tanpa kecuali!

Bagi Ortodoks itu berarti mengakui perpisahan gereja akibat skisma sebagai suatu kesalahan. Dan selanjutnya berusaha melakukan koreksi diri untuk kembali pada keadaan sebelum skisma terjadi. Demikian juga bagi Protestan berarti mengakui perpisahan akibat reformasi Martin Luther adalah suatu kesalahan. Dan selanjutnya berusaha melakukan koreksi diri untuk kembali pada keadaan sebelum reformasi!

Lalu bagaimana dengan Gereja Katolik dalam hal skisma dan reformasi, apakah tidak ikut andil dalam kesalahan? Dalam hal tragedi skisma maupun reformasi, sedikit atau banyak tentu saja Gereja Katolik juga ikut berperan. Tapi dalam metanoia kita tidak mulai dengan mengeluarkan selumbar di mata orang lain, melainkan dengan mencabut balok di mata sendiri. Maka metanoia apa yang harus dilakukan oleh Katolik, bukan urusan Ortodoks maupun Protestan. Demikian juga sebaliknya. Setiap kelompok hanya perlu melakukan metanoia-nya sendiri.

Selain itu fokus dari metanoia bukan pada penyebab perpecahan tapi pada akibat dari perpecahan. Kita tidak mempermasalahkan penyebab skisma tapi fokus pada akibat dari skisma. Kita juga tidak mempermasalahkan penyebab reformasi tapi fokus pada akibat dari reformasi.

Mengenai penyebab perpecahan tidak perlu dibahas lagi karena sudah terbukti berabad-abad tidak pernah selesai dibahas dan hanya menghambat metanoia. Cukuplah itu dipandang sebagai tragedi sejarah yang melibatkan semua pihak dan harus diselesaikan dengan dua kata ini: maafkan dan lupakan.

Sementara itu Katolik pun juga harus melakukan metanoianya sendiri. Pertama dengan mengakui bahwa Konsili Vatikan II yang telah membuat Gereja Katolik terbelah dua bagaikan ladang yang ditumbuhi oleh lalang dan gandum, adalah suatu kesalahan! Selanjutnya orang Katolik harus melakukan koreksi diri dengan mengkritisi Konsili Vatikan II yang ingin mengubah ajaran Gereja demi mengikuti keinginan dunia, dan kembali pada ajaran tradisional Gereja yang setia pada kehendak Tuhan.

Apakah masalah dalam Gereja Katolik hanya KVII? Tidak juga, mungkin ada banyak, saya tidak tahu. Tapi yang jelas ada di depan mata adalah KVII, maka itulah yang harus jadi prioritas untuk dibereskan. Kelak Tuhan sendirilah yang akan menolong kita untuk membereskan masalah lainnya jika itu memang perlu.

Jadi karena Gereja Katolik tidak perlu kembali kemana-mana, maka fokus metanoia Katolik adalah membersihkan ladang dari lalang yang tumbuh di dalamnya. Agar dengan demikian Gereja Katolik menjadi tempat yang layak untuk kembali bersatunya semua domba-domba Tuhan yang terpisah di luar kandang! Saya percaya itulah yang diinginkan Tuhan kita!

Akan sangat tidak menyenangkan kalau orang-orang Ortodoks dan Protestan enggan kembali bersatu karena terganjal skandal Paus yang mencium Quran, berhala Pachamama yang dihormati di Basilika St. Petrus, Uskup-uskup dan imam-imam di Jerman yang memberkati pasangan LGBT, dan banyak penyimpangan lainnya! Itu semua harus dibenahi! Maka metanoia yang harus dilakukan Katolik sebenarnya tidak kalah beratnya dengan metanoia yang dilakukan oleh Ortodoks maupun Protestan!

Melalui video-video yang mengkritisi KVII dan juga mendorong kembalinya orang-orang Katolik pada ajaran tradisional Gereja, sebenarnya CN sedikit atau banyak sudah mempraktekkan metanoia ini! Jadi berlawanan dengan apa yang dituduhkan sebagian orang Katolik selama ini bahwa CN memecah belah umat Katolik, apa yang dilakukan oleh CN justru ikut ambil bagian dalam upaya membangun persatuan Kristen tanpa ekumenisme!

Dari Injil (Yoh.10:16) kita tahu, bahwa yang bekerja untuk mempersatukan kita adalah Tuhan sendiri. Maka kita perlu membuka diri pada campur tangan Tuhan agar persatuan yang kita upayakan melalui metanoia bukan lagi keinginan dan karya kita sendiri tapi bagian dari kehendak dan karya Tuhan. Kita hanyalah orang-orang yang menyediakan diri untuk ikut berpartisipasi dalam rencana dan karya Tuhan! Selain itu kita memang mutlak membutuhkan pertolongan Tuhan dalam melakukan metanoia ini, karena kita tidak akan mampu melakukannya hanya dengan kekuatan manusiawi kita sendiri.

Oleh karena itu sudah sejak tiga tahun yang lalu CN mengadakan kegiatan doa bersama yang salah satu tujuannya adalah ikut membangun semangat persatuan Kristen! Kegiatan doa ini dapat diikuti semua Kristen, baik itu Katolik, Ortodoks, maupun Protestan.

Tentunya timbul pertanyaan, bagaimana mungkin CN mengadakan kegiatan doa bersama semua Kristen tanpa jatuh pada semangat ekumenisme yang ditolak oleh CN?

Sangat mungkin, karena doa yang digunakan dalam kegiatan tersebut sepenuhnya berakar dari tradisi Gereja Katolik, namun dapat diikuti oleh orang-orang Ortodoks maupun Protestan. Maka kegiatan doa bersama tersebut sama sekali tidak bertentangan dengan semangat CN yang ingin membangun semangat persatuan Kristen tanpa ekumenisme.

Selama ini kegiatan doa bersama tersebut hanya dilakukan secara terbatas di grup FB. Namun apabila banyak yang menginginkan kegiatan doa bersama tersebut dilakukan secara publik dan terbuka bagi semua orang, kita akan coba mengadakannya di channel ini. Anda bisa menuliskan di kolom komentar apabila menginginkannya.

Nah, demikian tadi persatuan Kristen tanpa ekumenisme dengan jalan metanoia menjadi solusi kita untuk melawan nabi-nabi palsu yang terus melawan rencana Tuhan untuk mewujudkan Kerajaan-Nya di bumi.

Inilah doa Tuhan kita kepada Bapa-Nya:
"..supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita..." (Yoh.17:21)

Mari kita mulai membangun persatuan di dalam Kristus seperti yang dikehendaki-Nya, yaitu bersatu di dalam Gereja yang didirikan-Nya.

Terima kasih atas perhatian anda...

Viva Christo Rey!

Posting Komentar

0 Komentar