Transkrip:
Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...
Hari Senin, 21 April 2025, Paus Fransiskus meninggal dunia. Kabar ini tidak terlalu mengejutkan mengingat penyakit berat yang dialaminya dalam beberapa bulan terakhir. Tapi bagaimanapun kematian Paus Fransiskus telah meninggalkan kesedihan bagi semua orang Katolik tanpa kecuali, meski dengan kadar kesedihan yang berbeda-beda.
Ada satu hal yang sangat layak dikenang dalam masa kepausan Fransiskus yang bernama asli Jorge Mario Bergoglio. Melalui segala perkataan, perbuatan, maupun keputusan-keputusan kontroversial yang dibuatnya, Paus Fransiskus telah memberikan Gereja Katolik sesuatu yang tidak dapat diberikan para Paus pendahulunya, yaitu wajah asli Konsili Vatikan II.
Sebelum masa Paus Fransiskus, pandangan saya kurang lebih sama dengan kebanyakan orang Katolik. Saya memandang Konsili Vatikan II sebagai sebuah karya Roh Kudus yang berupaya memperbaharui Gereja Katolik. Segala perubahan yang terjadi di Gereja Katolik, entah itu baik atau buruk, selalu saya pahami sebagai bagian dari proses perubahan yang harus terjadi di Gereja Katolik untuk menjadi lebih baik, sesuai dengan cita-cita Konsili Vatikan II. Bahkan kegiatan doa bersama semua agama di Asisi yang dipimpin oleh Paus Yohanes Paulus II pada saat itu saya pandang sebagai kegiatan yang sangat positif demi mewujudkan perdamaian dunia.
Tapi setelah Paus Fransiskus menjadi pemimpin Gereja Katolik pada tahun 2013, segera pandangan saya mulai berubah.
Beberapa tindakan dan pernyataan Paus Fransiskus di tahun pertama kepausannya sudah membuat banyak orang Katolik kebingungan memahaminya. Misalnya, tindakannya membasuh kaki non-Katolik pada perayaan Kamis Putih, pernyataannya bahwa orang atheis juga diselamatkan dan dapat masuk surga, lalu Paus Fransiskus menyatakan dirinya percaya pada Tuhan tapi bukan Tuhan Katolik, dan lain-lain. Itu semua memaksa saya mulai mencari tahu bagaimanakah pandangan Gereja Katolik yang sesungguhnya tentang masalah itu. Sejak saat itulah saya mulai menggali ajaran-ajaran tradisional Gereja Katolik dari berbagai sumber. Sebagai konsekuensinya, saya mulai melihat Konsili Vatikan II sebagai sebuah kekeliruan dan memutuskan untuk mengambil jarak terhadap segala pembaharuan yang muncul akibat Konsili Vatikan II.
Berbeda dengan para Paus pendahulunya, Paus Fransiskus mendapatkan formasi imamatnya di masa eforia Konsili Vatikan II dan ditahbiskan sebagai imam Yesuit pada tahun 1969. Karena masih mengenal dan pernah menghayati ajaran Gereja Katolik tradisional, para pendahulu Paus Fransiskus cenderung menerapkan hasil Konsili Vatikan II secara hati-hati. Akibatnya kesesatan modernisme Konsili Vatikan II yang masuk ke dalam Gereja Katolik secara bertahap ini umumnya tidak disadari oleh sebagian besar orang Katolik.
Tapi Paus Fransiskus yang merupakan seorang klerus hasil bentukan Konsili Vatikan II tidak begitu peduli pada ajaran tradisional Gereja Katolik. Baginya Gereja Katolik untuk manusia modern dimulai sejak Konsili Vatikan II. Dengan demikian segala perubahan yang dituntut oleh konsili harus diterapkan tanpa perlu mempertimbangkan ajaran dan tradisi Gereja Katolik sebelumnya. Ini yang membuat kepausan Fransiskus menjadi sangat berbeda dengan kepausan para pendahulunya.
Bisa kita katakan Paus Fransiskus adalah Paus Konsili Vatikan II. Segala pernyataan, tindakan, dan ajaran-ajaran yang dituangkan dalam berbagai dokumen, seluruhnya sejalan dengan semangat Konsili Vatikan II yang terbuka pada perkembangan jaman. Selama 12 tahun Paus Fransiskus telah membawa Gereja Katolik berubah secara signifikan untuk mengikuti semangat dan keinginan dunia.
Lalu apa yang sedang diinginkan dunia?
Dunia ingin membangun antitesis dari Kerajaan Allah, yaitu sebuah tatanan dunia baru yang dibangun di atas dasar globalisme dan prinsip DEI yang merupakan singkatan dari Diversity atau keberagaman, Equity atau kesetaraan, dan Inclusion atau kesertaan. Itulah Kerajaan Antikristus yang sedang dirancang oleh musuh-musuh Gereja untuk menggantikan Kerajaan Allah.
Di masa kepausan Fransiskus, agenda Konsili Vatikan II untuk mengikuti keinginan dunia ini mulai diterapkan di Gereja Katolik dengan kecepatan penuh. Melalui ensiklik 'Laudato Si' Gereja Katolik mengikuti semangat dunia yang sedang terobsesi pada pelestarian lingkungan. Sementara itu prinsip DEI diikuti Gereja dengan membangun semangat ekumenisme semua agama seperti yang ditunjukkan dalam dokumen "Human Fraternity". Juga melalui skandal Pachamama yang berupaya merangkul agama-agama pagan demi menjadikan Gereja Katolik lebih inklusif sesuai prinsip DEI. Lalu pernyataan Paus Fransiskus di Jakarta dan Singapura yang mengatakan semua agama adalah jalan menuju Tuhan semakin menegaskan hadirnya semangat ekumenisme universal semua agama sesuai tuntutan DEI yang diinginkan dunia.
Sementara itu prinsip DEI untuk merangkul gaya hidup menyimpang terlihat dalam sikap Gereja Katolik yang semakin permisif terhadap gaya hidup LGBT dengan mengijinkan pemberkatan gerejawi untuk pasangan LGBT dalam dokumen "Fiducia Supplicans".
Upaya Gereja Katolik modern mengikuti semangat dan tuntutan dunia hanya akan berhasil dengan baik jika bebas dari keterikatan pada Gereja Katolik masa lalu yang ajaran-ajarannya tidak dapat berubah. Nah, upaya melepas keterikatan pada Gereja Katolik yang lama ini dilakukan Paus Fransiskus melalui Motu Proprio 'Traditiones Custodes' dengan menetapkan Misa Novus Ordo sebagai satu-satunya 'lex orandi' dan secara bertahap meniadakan Misa Latin Tradisional. Dengan cara ini Paus Fransiskus menunjukkan bahwa Gereja Katolik modern bukanlah kesinambungan dari Gereja Katolik yang lama.
Perubahan penting lainnya adalah dengan membangun prinsip sinodalitas dalam Gereja. Hal ini membuat Gereja Katolik yang sebelumnya bersifat hirarkis-monarkis sebagai cikal bakal Kerajaan Allah, menjadi semakin demokratis dan siap untuk SELALU BERUBAH sesuai tuntutan jaman. Semua perubahan tersebut membuat Gereja Katolik modern menjadi sangat berbeda dari Gereja Katolik yang lama.
Singkatnya, Paus Fransiskus berhasil melakukan perubahan radikal sesuai semangat Konsili Vatikan II yang menjadikan Gereja Katolik modern sejalan dengan semangat dan keinginan dunia.
Tapi Rasul Yakobus sudah mengingatkan kita:
Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah. (Yak.4:4)
Nasihat Rasul Yakobus ini menyadarkan kita bahwa Gereja Katolik modern yang sesuai semangat Konsili Vatikan II dengan bersahabat dan mengikuti keinginan dunia, ternyata justru membuatnya memusuhi Tuhan! Itulah Gereja Katolik modern yang merangkul dunia dan telah mengkhianati Tuhan Yesus Kristus Sang Mempelainya. Keadaan Gereja Katolik modern ini tepat seperti yang disimbolkan dalam Kitab Wahyu sebagai perempuan pelacur.
Tuhan sudah mengingatkan kita untuk meninggalkan perempuan pelacur tersebut, yaitu Gereja Katolik modern yang telah memilih untuk menjadi milik dunia:
"Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya.
Sebab dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah mengingat segala kejahatannya..." (Why.18:4-5)
Tuhan menghendaki kita keluar dari Gereja Katolik modern yang tidak setia, dan memilih menjadi sisa umat seperti yang sudah dinubuatkan oleh Rasul Paulus (Rm.11:5), yaitu Gereja Katolik yang masih setia berpegang pada ajaran iman para Rasul dengan menolak segala pembaharuan Konsili Vatikan II. Itulah Gereja Kristus yang tanpa melaluinya tidak seorang pun dapat memperoleh keselamatan.
Paus Fransiskus dengan berbagai perubahan radikal yang dilakukannya telah membuat banyak orang mulai sadar bahwa Gereja Katolik modern bukanlah Gereja Kristus! Gereja Katolik modern adalah perempuan pelacur dalam Kitab Wahyu, itulah Gereja yang tidak setia dan sudah kehilangan segala berkat dan rahmat Tuhan. Gereja Katolik modern ini harus ditinggalkan dan pada waktunya akan dihancurkan sesuai nubuat Tuhan.
Selamat jalan Paus Fransiskus....
Terima kasih telah membuat kami sadar akan kondisi Gereja Katolik. Terima kasih telah menunjukkan wajah asli yang merusak dari Konsili Vatikan II sehingga kini kami memilih untuk menjadi bagian dari sisa umat Katolik yang berpegang teguh pada ajaran iman para Rasul dan menolak segala pembaharuan Konsili Vatikan II.
Viva Christo Rey!
0 Komentar